Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajah Shoshana Johnson, 30 tahun, terlihat letih. Di sebuah ruangan tertutup, perempuan berdarah Afrika ini menjalani interogasi. Sebuah bentakan keras memintanya supaya menyebutkan identitas dan tujuannya ke Irak. Dengan suara bergetar, ia menjawab, ”Saya hanya memenuhi perintah.” Suasana mencekam itu dua pekan lalu ditayangkan secara eksklusif oleh jaringan televisi Al-Jazeera.
Johnson memang nahas. Pada 23 Maret 2003, kendaraan tempurnya tersesat di padang pasir di Kota Nasiriyah, Irak selatan. Bersama empat temannya dari Kompi Perawatan 507 Infanteri Amerika, ia tertangkap pasukan Irak. Hingga kini pasukan gabungan pimpinan Amerika belum berhasil menemukan Johnson.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) menyatakan ada tujuh prajurit Amerika yang kini menjadi tawanan pasukan Irak. Kepastian status ”tawanan” diperoleh berkat tayangan Al-Jazeera. Sebuah tayangan yang mengguncang dada rakyat Amerika. Selain itu, Pentagon juga menyebut ada delapan prajurit Amerika yang berstatus ”hilang dalam tugas”. Dengan status ini, kondisi kedelapan prajurit itu masih menjadi tanda tanya besar.
Kepala Staf Pasukan Gabungan Amerika, Jenderal Richard Myers, menyatakan telah mengerahkan Delta Force, pasukan elite Amerika, untuk mencari dan menyelamatkan prajurit Amerika yang ditawan pasukan Irak. Upaya pencarian dilakukan secara cepat. Setiap detik akan sangat berharga bagi kehidupan para tawanan. Pelbagai gedung di Bagdad, Basra, dan Nasiriyah pun disisir secara teliti. Tapi, hingga berita ini ditulis, para tawanan perang itu seperti lenyap ditelan bumi. ”Perasaan saya mengatakan mereka masih hidup,” ujar Jenderal Myers.
Beberapa kemungkinan memang telah diungkap Myers. Bekas pilot tempur dalam Perang Vietnam ini menyebut kemungkinan para tawanan saat ini bersama Saddam Hussein. Dengan membawa mereka, kata Myers, Saddam memiliki ”tameng hidup” yang bisa dijadikan alat tawar-menawar. Kemungkinan lain, mereka berada di sebuah ruang bawah tanah (bungker) yang terpisah dengan Saddam. Bila analisis Myers benar, upaya pencarian dan penyelamatan para tawanan akan sesulit upaya mencari Saddam.
Memang, upaya pencarian dan penyelamatan tawanan perang bukanlah perkara mudah. Dalam Perang Teluk 1991, misalnya, Michael Speicter, kini berusia 43 tahun, hingga sekarang nasibnya tak jelas. Pilot pesawat tempur Amerika F/A 18 yang pada 17 Januari 1991 tertembak jatuh di wilayah Bagdad itu diyakini masih hidup. Dinas Intelijen Amerika (CIA) menyatakan Speicter berada dalam cengkeraman pasukan Irak. ”Tim pencari tetap menjadikannya target penting,” ujar Menteri Pertahanan Amerika, Donald H. Rumsfeld.
Toh, Amerika telah meminta pasukan Irak memperlakukan prajurit Amerika yang tertangkap menurut Piagam Jenewa. Sebagai tawanan perang (prisoner of war), seorang prajurit berhak mendapat makanan dan perlakuan yang layak. Sebuah permintaan aneh dan berstandar ganda. Soalnya, saat mengurung 650 anggota Taliban di penjara militer Guantanamo, Amerika menolak memberikan hak-hak tawanan seperti diatur dalam Piagam Jenewa.
Kini keluarga prajurit Shoshana Johnson tengah dibekap kecemasan. Tayangan Al-Jazeera, yang memperlihatkan raut ketakutan Johnson, menghantui keluarganya yang tinggal di Virginia, Amerika Serikat—ribuan kilometer dari Irak. Nikki Johnson, saudara perempuan Shoshana, meminta pemerintah Amerika menyelamatkan Shoshana. ”Ini mimpi buruk yang mengerikan,” ujar Nikki.
Setiyardi (CNN, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo