Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perang dan arkeologi tak boleh saling berbenturan. Jauh sebelum Amerika Serikat dan sekutunya menyerbu Irak, sudah banyak seruan agar ada upaya sungguh-sungguh untuk melindungi situs-situs bersejarah. Militer Amerika pun membeberkan rencananya untuk memenuhi hal itu. Tapi, bagaimana bisa memastikan konflik bersenjata tak akan mengganggu keberadaan sebuah situs bersejarah, atau pengeboman dengan rudal-rudal canggih bisa sepenuhnya menghindarkan sebuah situs bersejarah dari salah sasaran?
Afganistan adalah contoh betapa tak ada yang bisa menjamin tuntutan itu. Di negeri ini, di bawah reruntuhan akibat konflik tak berkesudahan dan perang yang baru lalu, terkubur peradaban masa lalu. Tak terhitung jumlahnya.
Di Irak, banyak situs kuno yang sudah menjadi korban pengeboman pada Perang Teluk 1991. Situs itu meliputi Ziggurat dari Ur, kuil piramida di dekat Basra yang sudah berusia 5.000 tahun. Kuil ini belum hancur, tapi sudah sangat rentan.
Situs serupa adalah Nineveh di dekat Mosul, yang menjadi tempat raja-raja Assyria bertakhta selama 2.500 tahun. Ctesiphon di luar Bagdad mungkin saja jauh dari lintasan rudal, tapi struktur lorong bata yang sudah berusia 2.000 tahun ini—tertua di dunia—bisa runtuh karena guncangan di tempat sekitarnya. Babylon, 88 kilometer dari Bagdad, lokasi museum arkeologi terbesar dan tempat Taman Gantung dan Menara Babel direstorasi, malah diduga menjadi tempat untuk menyembunyikan senjata pemusnah massal.
Jika Saddam Hussein benar menggunakan berbagai situs itu sebagai tameng, akan sulit mencegah penghancuran yang mungkin terjadi. Konvensi Perlindungan Properti Budaya dalam Masa Konflik Bersenjata, yang ditetapkan di Den Haag pada 1954, melarang menjadikan monumen sebagai sasaran pengeboman. Tapi, jika senjata disembunyikan di situ, lain perkaranya.
Irak juga punya banyak tempat suci Islam. Penghancuran tempat-tempat itu bisa mengobarkan kegusaran di seluruh dunia Islam. Warisan masa lalu ini bisa membantu mempersatukan Irak, yang penduduknya terdiri atas kalangan-kalangan yang saling bermusuhan—muslim Syiah, muslim Sunni, Kurdi, umat Kristen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo