DI hostel, di luar kota Sydney. Pada menu yang terpampang dalam
empat bahasa: Inggeris, Perancis, Sepanyol dan Vietnam itu ada
tertulis nasi kare. Di meja-meja yang masih kosong (karena jam
makan siang masih satu jam lagi) ada saus tomat pedas. "Meja ini
buat orang-orang Itali", ujar pengantar. Di sudut yang lain,
cabe rawit yang telah diacar. "Ini buat orang-orang Vietnam", Di
kompleks yang mempunyai pelataran dan gedun-gedung yang luas,
terapat juga taman kanak-kanak. Bagi anak-anak di bawah 5
tahun, setelah minum teh -- kebiasaan orang Inggeris--jam 10
pagi, harus tidur. Di situ berkumpul anak dari berbagai warna
dan bahasa. Yang tadinya makan nasi dilatih untuk menelan roti
dan susu.
Di gedung lain, adalah tempat tinggal mereka, orang-orang yang
akan menetap di Australia. Biarpun tidak mewah, paling tidak
cukup memenuhi kebutuhan hidup. Memang ada beberapa kamar yang
rapi dan jorok, tentu harus mereka sendiri yang membersihkannya.
Di gedung dekat kantor, ada beberapa kelas bahasa Inggeris.
Kebetulan yang sibuk kursus Inggeris adalah para pengungsi
Vietnam, yang berdasarkan rasa kemanusiaan, ditolong dan
diterima di bumi Australia.Kalau ditanya apa alasan mereka
meninggalkan tanah airnya, jawaban mereka cuma satu: "Toi so
Cong San" (saya takut komunis). Biasanya lantas diakhiri dengan
ucapan: "Toi thich duoc o Uc Dai Loi', saya senang tinggal di
Australia.
Cina Makan Cina
Australia bukannya menghapus peraturan imigrasinya dengan
diterimanya orang-orang Vietnam. Australia yang memang mengirim
tentaranya untuk memerangi Komunis di Vietnam telah menerima
1.100 orang pengungsi dari Indo Cina, sesaat setelah Saigon
jatuh. Beberapa ratus lagi secara bergelombang akan datang di
bulan-bulan mendatang. Mereka kemudian ditempatkan di
hostel-hostel di Sydney dan Melbourne. Dengan tidak mengabaikan
kebiasaan hidup mereka, selama setengah tahun mereka diajarkan
cara hidup di tanah yang baru. Biasanya, sebelum jangka waktu
tersebut, banyak keluarga yang lantas keluar dari hostel,
demikian dia mendapatkan sebidang tanah atau pekerjaan di kota.
Dewasa ini penduduk Australia 13 juta lebih sedikit, sehingga
benua yang besar itu,rata-rata kepadatan penduduknya hanya 2 km2
per orang. Benua yang 200 tahun yang lalu merupakan penjara bagi
772 orang tahanan dan keluarganya ini, setelah ditemukannya
emas, merupakan tanah harapan untuk mencari nasib hidup yang
lebih baik. Juga tempat yang aman bagi pelarian-pelarian semacam
Charles Biggs si perampok besar dari Inggeris, atau anggota
Parlemen (juga Inggeris) yang minggat seperti Stonehouse.
Karena itulah, sulit bagaimana caranya memberantas para penetap
gelap (kini diperkirakan 25.000-orang), yang nongkrong di situ
sekitar 5 tahunan. Disinyalir sebagian besar adalah
pemuda-pemuda Amerika yang menolak milisi dan enggan untuk
divietnamkan. Dari Asia, jumlah yang terbesar adalah dari
Pilipina setelah Marcos mengumumkan UU Darurat Perang. Tapi
umumnya penetap gelap yang berasal dari Asia tidurnya lebih
terganggu kalau dibanding mereka yang berasal Eropa. Bukan saja
karena rupa yang berlainan, tapi peraturan yang lebih ketat
lebih mengancam keselamatan mereka tinggal di sana. Sehingga
penetap gelap ini akan tetap gelap masa depannya, biarpun
Fraser telah memberi amnesti 8.476 orang penetap gelap (dan baru
3.231 orang yang surat-suratnya sedang diproses).
Maka timbullah pemeo "Cina makan Cina" bangsa dewek memperkuda
bangsa dewek. Di Pecinan di Sydney, seorang dari Hongkong
mempunyai beberapa kamar di atas ruang judinya. Kamar itu
berukuran 8 x 4 meter. Di dalamnya dimuat tempat tidur
berderet-deret bagai sebuah bangsal rumah sakit kelas murah.
Semalam untuk sebuah tempat tidur harganya 5 dolar Australia.
Ini terbuka bagi siapa saja, entah dia pekerja pabrik, centeng
bank atau gadis bar. Semuanya sudah diatur rapi oleh sebuah
organisasi (gelap) yang juga mengatur lapangan kerja dan tempat
tinggal, yang tentu saja sekaligus jadi pengisap darah si
penari nasib baik tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini