UNTUNGLAH reputasi STM tak sempat luntur oleh ramai-ramai
perkelahian antar pelajar di Jakarta baru-baru ini. Anjuran
Presiden agar para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah
kejuruan nampaknya mulai membawa hasil. Walaupun daya tampung
sekolah-sekolah kejuruan masih sangat terbatas, minat masuk ke
sekolah itu semakin meningkat saja. Menteri P&K sendiri
menyebutkan keadaan yang nenggembirakan itu ketika melantik
lulusan STM Pembangunan Januari kemarin. Di STM yang memiliki
masa belajar empat tahun itu -- STM semacam itu ada 8 buah tapi
yang sudah menghasilkan dan dilantik Menteri kemarin sebanyak
337 orang dihasilkan oleh STM Pembangunan di Jakarta, Semarang
dan Yogyakarta--peminatnya sudah lima kali lebih besar dari daya
tampung yang tersedia. Karena itu Menterl Sjarif Thajeb awal
tahun ini telah merencanakan akan melaksanakan program dua ganda
(double shift) yaitu ada STM pagi dan STM sore mulai tahun
ajaran 1976. Dengan cara serupa itu diharapkan kebutuhan juru
teknik sebanyak 22.500 orang pada akhir Pelita II nanti bisa
terpenuhi.
Kalangan Industri
Usaha pemerintah untuk memperbanyak kesempatan belajar pada
sekolah-sekolah kejuruan, tidak cuma di bidang itu saja. Dengan
alasan agar pelaksanaan pendidikan menengah kejuruan dapat
dilakukan dengan efisien, efektif dan relevan -- tentunya
setelah diadakan konsultasi secara terus menerus dengan kalangan
industri, perdagangan dan jasa, serta fihak-fihak pendidikan
tinggi mnaka pola kurikulum pendidikan menengah kejuruan yang
meliputi 7 jenis sekolah kejuruan dan mencakup 37 jurusan, telah
dibakukan: Kurikulum yang pada umumnya merupakan pembaharuan
dari kurikulum sekolah-sekolah kejuruan yang sudah ada itu, akan
diberlakukan mulai tahun ajaran 1976 ini juga, mulai dari kelas
satu bagi kurang lebih 90 sekolah kejuruan yang tersebar di
seluruh negeri.
Adapun sekolah-sekolah itu misalnya, Sekolah Menengah Teknologi
Kerumahtanggaan (SMTK) yang merupakan bentuk baru dari SKKA
dulu, Sekolah Menergah Pekerjaan Sosial (SMPS) yang dulu
bernama Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA), Sekolah Menengah
Industri Kerajinan (SMIK) yang dulu bernama Sekolah Menengah
Pembangunan Industri Kerajinan (SMPIK) Sekolah Menengah Ekonomi
Atas (SMEA) Pembina yang merupakan bentuk baru dari SMEA lama,
Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP) sebagai sekolah
baru, Sekolah Teknologi Menengah (STM) bentuk baru dari STM
lama, serta Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan (STM
Pembangunan) yang merupakan sekolah baru. STM Pembangunan itu
sendiri bisa disebut sekolah baru, karena kurikulumnya resmi
dibakukan lewat Keputusan Menteri P&K mulai tahun ajaran 1976.
Walaupun sekolah kejuruan yang satu-satunya memiliki masa
pendidikan empat tahun itu (selebihnya hanya tiga tahun) sudah
berjalan sejak tahun 1971 dalam status perintis.
Sudah pasti sekolah-sekolah kejuruan yang resmi dibuka oleh
pemerintah itu, diharapkan akan menghasilkan tenaga yang memang
cocok dengan kebutuhan masyarakat. "Kurikulum yang telah
dilakukan tersebut berorientasi pada tujuan dan disusun atas
dasar efisiensi dan efektifitas, serta memperhatikan etika
keluwesan kejuruan", ucap Menteri. Dan nampaknya maksud
pemerintah walaupun masih harus dibuktikan lebih lanjut--agar
para lulusan sekolah-sekolah tersebut bisa diserap oleh
kebutuhan masyarakat, mulai terbukti dari STM Pembangunan
kemarin yang berdasarkan informasi sementara diperkirakan 50
prosen tamatannya telah diserap oleh pasar kerja. "Diharapkan
dalam waktu yang akan datang jumlah tersebut meningkat", ucap
Pror. Santoso Hamidjojo, Dirjen Pendidikan Dasar dan Sekolah
Menengah. Harapan pejabat P&K itu ditunjang oleh kenyataan telah
diterimanya banyak permintaan dari fihak industri untuk melatih
tenaga kerjanya di STM Pembangunan misalnya dari Caltex, Union
Oil dan lain-lain.
Memang jelas ada perbedaan antara kurikulum yang dibakukan
dengan kurikulum lama. Misalnya saja terhadap siswa sekoah
kejuruan yang baru dibuka itu ada keharusan untuk melakukan
praktek sekurang-kurangnya 16 jam pelajaran setiap minggu. Dari
tujuannya, sekolah kejuruan yang lama mempunyai maksud ganda:
untuk mendidik tamatan yang langsung disiapkan ke pasar kerja,
dan tamatan yang disiapkan untuk meneruskan ke perguruan
tinggi. Sementara sekolah kejuruan bentuk baru tujuannya hanya
untuk menghasilkan tamatan yang siap masuk ke pasar kerja.
Perbedaan itu mengakibatkan pra lulusan sekolah'kejuruan lama
kurang terarah pada jabatan-jabatan tertentu, sedangkan lulusan
sekolah kejuruan baru diarahkan pada jenis dan tingkat jabatan
tertentu berdasarkan pola standarisasi dunia kerja yang ada.
Tentu saja perbedaan itu bisa terjadi karena orientasi
kurikulumnya juga tidak sama: sekolah kejuruan lama berorientasi
akademis di samping praktis, sekolah kejuruan baru orientasinya
dunia kerja, sehingga hal-hal teoritis yang tidak terlalu
relevan, dikurangi.
Barang Baru
Pelaksanaan sekolah-sekolah kejuruan yang oleh pemerintah
diharapkan bisa menyediakan tenaga pembangunan seperti teknisi
industri, juru teknik, pengatur di bidang teknologi
kerumahtanggaan, pengatur di dunia usaha, pengatur di bidang
industri kerajinan, serta sebagai penyesuaian usaha dan metoda
dalam pelayanan sosial dan pengembangan masyarakat, sudah pasti
tidak akan semudah rencana di atas kertas. Kurikulum 1975
misalnya kurikulum baru yang mesti dijalankan tahun ini juga
oleh sekolah umum di berbagai tingkat --nampaknya mengalami
nasib kurang mujur. Karena selain ada kesan tergesa-gesa,
persiapan untuk menampung perubahan kurikulum itu di kebanyakan
sekolah yang bersangkutan belum disiapkan secara matang.
Tentu bisa dimaklumi hambatan-hambatan baik teknis maupun non
teknis terhadap pelaksanaan kurikulum baru itu. Sehingga
walaupun sudah diundur satu tahun (mestinya sudah dilaksanakan
tahun 1975, sesuai dengan namanya), toh pelaksanaannya
--walaupun oleh beberapa pejabat yang bersngkutan tidak
dianggap gawat--cukup mengundang rasa khawatir. Dari pada tidak
dimulai sekarang juga, dari pada diundur-undur lagi, "kesulitan
yang akan dihadapi toh akan sama juga", ucap seorang pejabat P&K
memberi alasan kenapa kurikulum 75 harus dimulai pada tahun
ajaran 1976. Barangkali orang tua yang merasa was-was terhadap
pelaksanaan kurikulum baru itu, bisa dimaklumi. Tapi pendapat
pejabat P&K itu juga bisa difahami. Yan, jelas kurikulum baru.
ibarat barang baru, selalu mengundang tanda-tanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini