Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sekolah untuk kerja

337 orang lulusan stm pembangunan dilantik menteri p dan k. menurut menteri, minat masuk sekolah kejuru an meningkat. karena itu, stm pembangunan akan melaksanakan program double shief. (pdk)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUNGLAH reputasi STM tak sempat luntur oleh ramai-ramai perkelahian antar pelajar di Jakarta baru-baru ini. Anjuran Presiden agar para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah kejuruan nampaknya mulai membawa hasil. Walaupun daya tampung sekolah-sekolah kejuruan masih sangat terbatas, minat masuk ke sekolah itu semakin meningkat saja. Menteri P&K sendiri menyebutkan keadaan yang nenggembirakan itu ketika melantik lulusan STM Pembangunan Januari kemarin. Di STM yang memiliki masa belajar empat tahun itu -- STM semacam itu ada 8 buah tapi yang sudah menghasilkan dan dilantik Menteri kemarin sebanyak 337 orang dihasilkan oleh STM Pembangunan di Jakarta, Semarang dan Yogyakarta--peminatnya sudah lima kali lebih besar dari daya tampung yang tersedia. Karena itu Menterl Sjarif Thajeb awal tahun ini telah merencanakan akan melaksanakan program dua ganda (double shift) yaitu ada STM pagi dan STM sore mulai tahun ajaran 1976. Dengan cara serupa itu diharapkan kebutuhan juru teknik sebanyak 22.500 orang pada akhir Pelita II nanti bisa terpenuhi. Kalangan Industri Usaha pemerintah untuk memperbanyak kesempatan belajar pada sekolah-sekolah kejuruan, tidak cuma di bidang itu saja. Dengan alasan agar pelaksanaan pendidikan menengah kejuruan dapat dilakukan dengan efisien, efektif dan relevan -- tentunya setelah diadakan konsultasi secara terus menerus dengan kalangan industri, perdagangan dan jasa, serta fihak-fihak pendidikan tinggi mnaka pola kurikulum pendidikan menengah kejuruan yang meliputi 7 jenis sekolah kejuruan dan mencakup 37 jurusan, telah dibakukan: Kurikulum yang pada umumnya merupakan pembaharuan dari kurikulum sekolah-sekolah kejuruan yang sudah ada itu, akan diberlakukan mulai tahun ajaran 1976 ini juga, mulai dari kelas satu bagi kurang lebih 90 sekolah kejuruan yang tersebar di seluruh negeri. Adapun sekolah-sekolah itu misalnya, Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan (SMTK) yang merupakan bentuk baru dari SKKA dulu, Sekolah Menergah Pekerjaan Sosial (SMPS) yang dulu bernama Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA), Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) yang dulu bernama Sekolah Menengah Pembangunan Industri Kerajinan (SMPIK) Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Pembina yang merupakan bentuk baru dari SMEA lama, Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP) sebagai sekolah baru, Sekolah Teknologi Menengah (STM) bentuk baru dari STM lama, serta Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan (STM Pembangunan) yang merupakan sekolah baru. STM Pembangunan itu sendiri bisa disebut sekolah baru, karena kurikulumnya resmi dibakukan lewat Keputusan Menteri P&K mulai tahun ajaran 1976. Walaupun sekolah kejuruan yang satu-satunya memiliki masa pendidikan empat tahun itu (selebihnya hanya tiga tahun) sudah berjalan sejak tahun 1971 dalam status perintis. Sudah pasti sekolah-sekolah kejuruan yang resmi dibuka oleh pemerintah itu, diharapkan akan menghasilkan tenaga yang memang cocok dengan kebutuhan masyarakat. "Kurikulum yang telah dilakukan tersebut berorientasi pada tujuan dan disusun atas dasar efisiensi dan efektifitas, serta memperhatikan etika keluwesan kejuruan", ucap Menteri. Dan nampaknya maksud pemerintah walaupun masih harus dibuktikan lebih lanjut--agar para lulusan sekolah-sekolah tersebut bisa diserap oleh kebutuhan masyarakat, mulai terbukti dari STM Pembangunan kemarin yang berdasarkan informasi sementara diperkirakan 50 prosen tamatannya telah diserap oleh pasar kerja. "Diharapkan dalam waktu yang akan datang jumlah tersebut meningkat", ucap Pror. Santoso Hamidjojo, Dirjen Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah. Harapan pejabat P&K itu ditunjang oleh kenyataan telah diterimanya banyak permintaan dari fihak industri untuk melatih tenaga kerjanya di STM Pembangunan misalnya dari Caltex, Union Oil dan lain-lain. Memang jelas ada perbedaan antara kurikulum yang dibakukan dengan kurikulum lama. Misalnya saja terhadap siswa sekoah kejuruan yang baru dibuka itu ada keharusan untuk melakukan praktek sekurang-kurangnya 16 jam pelajaran setiap minggu. Dari tujuannya, sekolah kejuruan yang lama mempunyai maksud ganda: untuk mendidik tamatan yang langsung disiapkan ke pasar kerja, dan tamatan yang disiapkan untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Sementara sekolah kejuruan bentuk baru tujuannya hanya untuk menghasilkan tamatan yang siap masuk ke pasar kerja. Perbedaan itu mengakibatkan pra lulusan sekolah'kejuruan lama kurang terarah pada jabatan-jabatan tertentu, sedangkan lulusan sekolah kejuruan baru diarahkan pada jenis dan tingkat jabatan tertentu berdasarkan pola standarisasi dunia kerja yang ada. Tentu saja perbedaan itu bisa terjadi karena orientasi kurikulumnya juga tidak sama: sekolah kejuruan lama berorientasi akademis di samping praktis, sekolah kejuruan baru orientasinya dunia kerja, sehingga hal-hal teoritis yang tidak terlalu relevan, dikurangi. Barang Baru Pelaksanaan sekolah-sekolah kejuruan yang oleh pemerintah diharapkan bisa menyediakan tenaga pembangunan seperti teknisi industri, juru teknik, pengatur di bidang teknologi kerumahtanggaan, pengatur di dunia usaha, pengatur di bidang industri kerajinan, serta sebagai penyesuaian usaha dan metoda dalam pelayanan sosial dan pengembangan masyarakat, sudah pasti tidak akan semudah rencana di atas kertas. Kurikulum 1975 misalnya kurikulum baru yang mesti dijalankan tahun ini juga oleh sekolah umum di berbagai tingkat --nampaknya mengalami nasib kurang mujur. Karena selain ada kesan tergesa-gesa, persiapan untuk menampung perubahan kurikulum itu di kebanyakan sekolah yang bersangkutan belum disiapkan secara matang. Tentu bisa dimaklumi hambatan-hambatan baik teknis maupun non teknis terhadap pelaksanaan kurikulum baru itu. Sehingga walaupun sudah diundur satu tahun (mestinya sudah dilaksanakan tahun 1975, sesuai dengan namanya), toh pelaksanaannya --walaupun oleh beberapa pejabat yang bersngkutan tidak dianggap gawat--cukup mengundang rasa khawatir. Dari pada tidak dimulai sekarang juga, dari pada diundur-undur lagi, "kesulitan yang akan dihadapi toh akan sama juga", ucap seorang pejabat P&K memberi alasan kenapa kurikulum 75 harus dimulai pada tahun ajaran 1976. Barangkali orang tua yang merasa was-was terhadap pelaksanaan kurikulum baru itu, bisa dimaklumi. Tapi pendapat pejabat P&K itu juga bisa difahami. Yan, jelas kurikulum baru. ibarat barang baru, selalu mengundang tanda-tanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus