Sampah dan manusia

SAMPAH nampaknya terbilang salah satu bentuk jasa dalam riwayat pembangunan Ibukota republik ini.Satu contoh: munculnya sayap kota semacam Grogol, tentu belum dilupakan berkat tanah rawa seanteronya diuruk dengan sampah. Paling akhir, setumpak tanah legok di bilangan Cawang (kiri-kanan jembatan) dua bulan belakangan ini sudah ditimbuni sampah. Cuma gunungan benda-benda sisa orang Jakarta itu sudah keburu teronggok,sementara 200 rumah di sana masih berpenghuni. Kabarnya pemerintah DKI ada menyediakan tanah ganti dengan ukuran 30 M2 di Cengkareng, pinggiran Jakarta jurusan Tangerang. Tapi penggusuran tak pakai ganti rugi, sedang tanah kapling itupun bukan cuma-cuma, "sebab kami mesti tebus Rp 150 ribu' ujar seorang penduduk sembari termangu di kaki gunung sampah itu, dia memiliki KTP DKI yang sah. Uang sejumlah itu katanya, tak mudah diperoleh. Kini kediaman mereka bagai dilanda gelombang banjir juga, dan bah sampah yang baunya juga menggebu-gebu itu, memang terasa menakutkan. Anak-anak misalnya, berhamburan memanjat dan para orang tua berteriak-teriak: kuatir bila telapak si bocah kena beling. Sampai kapan mereka betah di sana, terpulang pada pilihan ini: segera pindah ntau tertutup sampah. Sedang pohon kelapa serta beberapa pohon lain sudah meranggas.