Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Padat Tapi Kurang

Terminal lintas andalas di kota Padang makin dipadati bus jarak jauh. Jalur Padang-Tabing padat dan sempit. Pemda kodya Padang menaikkan retribusi terminal untuk meningkatkan pendapatan.

11 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERMINAL Lintas Andalas di kota Padang makin ramai saja. Bukan saja bus makin banyak singgah di kota ini, tapi lebih lagi belakangan ini arus penumpang juga meningkat. Terutama penumpang dan barang yang berangkat menuju Jakarta dan Medan. "Jurusan luar daerah kini meningkat dari biasa", kata seorang petugas LLAJR Lintas Andalas kepada TEMPO. Sesungguhnya bukan cuma itu. Jumlah bus khususnya yang mengangkut penumpang dan beroperasi dari Padang menuju Palembang, Tanjung Karang dan Jakarta juga bertambah. Dulu baru ada "ANS" dan "Sari Ekspres" dengan puluhan armadanya. Kini ada lagi "Taurens" bus baru yang membawa penumpang Padang-Jakarta langsung. Dan keramaian itu makin menjadi lagi ketika dari utara bus Medan macam "ALS" juga mampir di Padang dalam perjalanan menuju Jakarta pula. Keadaan begitu tentu saja menjadikan lintas di sini makin sempit. Terminal Padang tadinya diperkirakan akan mampu menampung perkembangan arus penumpang dan barang sampai sekitar 10 tahun. Nyatanya perhitungan itu meleset. Itulah sebabnya walikota yang sekarang drs. Hasan Basri Durin sudah mengancer-ancer juga kemungkinan Lintas Andalas yang khusus buat bus antar kota dan daerah ini kelak akan ditempatkan di pinggiran kota. Ide begitu bukan tanpa alasan. Sebab keramaian di Lintas jelas berakibat sesaknya pula jalur jalan Padang-Tabing ke arah Bukittinggi. Pada jam-jam tertentu kendaraan yang lalu lalang terpaksa tertatih-tatih. Apalagi beberapa jembatan menuju pusat kota masih menghalang dan menambah kemacetan itu. Terutama di jembatan Purus. Kemacetan seperti itu tentu pula disebabkan oleh tidak sebandingnya pertumbuhan kendaraan dan perbaikan jalan. Misalnya jalan yang disebut macet tadi masih tidak berobah dalam posisi dan lebar seperti dulu. Padahal pertumbuhan kendaraan di Sumatera Barat meningkat. Misalnya jika tahun 60-an masih sekitar 10.000 kendaraan umum, kini naik menjadi 25 ribuan. Keadaan begitu seperti kenyataan di Lintas yang khusus bus juga dirasakan di terminal Oplet Pasar Coan Hoat Pasar Jawa Padang. Tempat oplet keluar masuk itu juga terasa sempit. Akibatnya bemo terpaksa dipindahkan. Dan itu sempat mengundang kericuhan beberapa bulan yang silam. Tak Sesuai Tetapi belakangan ini yang menjadi soal pula bagi Pemda Kodya Padang adalah tidak sebandingnya pula pendapatan dari tempat penumpukan bus dan oplet itu. Suasana yang ramai di Lintas dan terminal Goan Hoat, apalagi dengan peningkatan para petugas yang diturunkan dalam pengamanan belum memadai dengan hasil yang diperoleh. Padahal mestinya laju keramaian diikuti pula oleh peningkatan pendapatan. Ada beberapa sebab mengapa itu terjadi. "Pengamanan oleh petugas Hansip dan LLAJR kurang ketat", kata sejumlah pengusaha bus kepada TEMPO. Barangkali maksudnya adalah masih banyaknya pengunjung yang leluasa masuk tanpa membeli karcis peron dengan harga Rp 5 per orang itu. Tapi para pengusaha bus mengakui bahwa untuk restribusi tiap keluar bagi angkutan bus a Rp 150 berjalan lancar. Tapi Walikota Padang drs. Hasan Basri Durin yang berdiri di depan mimbar DPRD Kota dua pekan yang silam mengungkapkan hal itu sebagai tidak memadai. Dalam tahun anggaran 1974/1975 cuma menghasilkan Rp 6 juta dari Rp 7 juta yang direncanakan. Target itu memang terlalu rendah, jika dilihat dari ramainya orang dan kendaraan yang keluar masuk terminal Lintas Andalas itu. Dan itulah sebabnya walikota mengajukan perobahan peraturan daerah (perda) tentang restribusi atas penggunaan stasiun bus dan oplet di Padang. Mendahului pengesahan perobahan restribusi itu walikota melalui SK-nya 6 bulan yang lalu sudah menaikkan tarif. "Besarnya pungutan tidak sesuai dengan perkembangan dan kenaikan harga", kata walikota ketika itu. Perda Senin 16 Mei yang silam sudah disetujui DPRD Padang. Memang agaknya buat Pemda Padang sementara memang belum ada pilihan selain cuma meningkatkan pendapatan, sebelum terminal yang permanen buat bus di sekitar pinggiran Padang bisa dibangun. Dan jika begitu kemacetan dan keramaian apa boleh buat masih akan tetap begitu adanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus