Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

'Demokratisasi' ala IBM

IBM sedang "kasmaran" dengan Linux. Kiat si raksasa biru meraih sukses pada abad e-commerce?


19 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SISTEM operasi adalah roh bagi sebuah komputer. Tanpa sistem operasi (OS), komputer secanggih apa pun bakal menjadi onggokan logam tak bernilai. Namun, di tangan International Blue Machine (IBM), OS tidak cuma berperan sebagai nyawa bagi sebuah komputer, tapi sekaligus kendaraan untuk melaju lebih cepat, aman, dan mampu beradaptasi dalam abad e-commerce yang melanda dunia internet dewasa ini.

Ambil contoh untuk sebuah transaksi pembelian mobil, misalnya. Pengelola suatu situs mesti menyediakan program aplikasi komputer yang mampu menangani beragam penawaran mobil, transaksi pembayaran lewat internet dengan kartu kredit, dan sistem penagihan ke konsumen serta bank penerbit kartu kredit yang bersangkutan. Nah, bagaimana jika dalam waktu yang sama terjadi seratus transaksi yang berbeda jenis tuntutannya? Rumit.

"Berbagai kebutuhan yang njelimet ini menuntut kemampuan server dengan OS yang bisa melayani keinginan konsumen dan pengelola situs yang sangat beragam dewasa ini," ujar Pete Tarrant, Vice President IBM E-Business Marketing, ketika ditemui TEMPO di sela-sela "IBM Asia-Pacific Press & Analyst Event" di Singapura, akhir Februari silam.

Kebutuhan dan tantangan inilah, tutur Pete, antara lain yang mendorong si raksasa biru—julukan IBM di kalangan pengguna komputer—untuk mendesain server yang bisa melayani beragam OS dalam bertarung pada abad e-commerce. Tantangan ini tidak mudah. Maklum, dewasa ini telah beredar berbagai macam OS, misalnya MS Dos dan Windows NT buatan Microsoft, OS/2 dan Advance Interactive Executive (Aix) dari IBM, NetWare/IntranetWare dari Novell, SCO OpenSystem/UnixWare atau Unix, serta Linux, yang belakangan semakin nge-trend di kalangan pengguna komputer.

Setiap OS memiliki sifat dan kemampuan yang berbeda. Sistem operasi yang kode pemrogramannya tertutup, seperti Windows NT, hanya mampu menjalankan program aplikasi komputer yang memang bisa mengenali kode Windows NT. Lain halnya dengan OS yang terbuka seperti Linux. Sistem operasi macam ini lebih luwes karena memang dirancang sebagai program yang menawarkan berbagai kemudahan dalam pengembangannya. Bahkan, kode pemrogramannya pun sengaja dibiarkan oleh penciptanya, Linus Trovalds, terbuka begitu saja sehingga para pemrogram komputer bisa mengembangkannya lebih lanjut sesuai dengan kebutuhannya.

Bagaimana jika konsumen menuntut hadirnya sebuah server yang mampu melayani beragam OS? Tak kurang akal, IBM pun meluncurkan server dengan arsitektur mesin yang "demokratis" alias mampu melayani beragam OS, sebagaimana ditegaskan oleh Mark Hennessy, Vice President IBM Enterprise System Group untuk Asia-Pasifik.

Di kelas personal computer (PC), si raksasa biru ini melempar server Netfinity ke pasaran. "Server kami mampu mendukung beroperasinya lima OS, dari IBM OS/2, Linux, Windows NT, Novell NetWare/IntranetWare, hingga SCO OpenSystem/UnixWare," ujar Yanuar Wijaya, Netfinity Product Specialist IBM Indonesia.

Pilihan strategi five-in-one ala IBM ini rupanya tidak salah. International Data Corporation (IDC), dalam laporan kuartal terakhir tahun silam, menyebutkan tingkat pemasaran Netfinity yang meningkat dari 12,2 persen menjadi 14,2 persen di pasar server Asia-Pasifik. Sementara itu, kakak Netfinity, RS/6000, hadir dengan desain yang mendukung berjalannya dua sistem operasi: Aix dan Linux. Pendek kata, konsumen kini tidak perlu khawatir. Mereka tinggal memilih mau menggunakan OS yang mana dalam proses instalasi server mereka.

Kendati mengaku "demokratis", usut punya usut, belakangan ternyata IBM tampak naksir berat kepada OS terbuka seperti Linux atau Unix. Para petinggi IBM seperti John Callies, Vice President IBM Personal Systems Group, dan Michael Nelson, Director of Internet Technology & Strategy IBM Corporation, dalam presentasinya di Singapura tidak mengingkari hal ini.

"Kuncinya ada pada tingkat fleksibilitas Linux, yang sesuai dengan tuntutan perkembangan e-commerce," ujar John. IBM tidak main-main dengan tekadnya untuk mengusung sistem operasi yang ber-platform terbuka dalam server mereka. Kini, para ahlinya malah tengah berkutat dalam Project Monterey, sebuah proyek pengembangan server yang bakal mencakup penggunaan Unix sebagai sistem operasinya, untuk prosesor berkecepatan 64 bit yang bakal dipasarkan pada akhir tahun ini.

Widjajanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum