Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat sakit kepala orang meningkat saat suhu meningkat. Namun, para ahli seperti Dr. Nolan Pearson, seorang dokter saraf yang mengkhususkan diri dalam sakit kepala di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles, mengatakan penting untuk melihat lebih jauh dari sekadar panas untuk menemukan alasan sakit kepala di musim panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Cuaca sangat umum berada di empat atau lima pemicu teratas yang dilaporkan orang," kata Pearson kepada Live Science, Sabtu, 31 Agustus 2024. "Namun, saya berspekulasi bahwa itu mungkin sebenarnya disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan cuaca panas daripada panas itu sendiri.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, hal itu terjadi karena sebagian besar penelitian tentang panas dan sakit kepala hanya menunjukkan korelasi antara keduanya. Misalnya, sebuah penelitian mungkin mengamati tingkat penerimaan pasien sakit kepala di rumah sakit selama bulan-bulan berbeda dalam setahun dan menemukan bahwa sakit kepala lebih umum terjadi di musim panas. Namun, hal itu tidak membuktikan bahwa panas secara langsung menyebabkan sakit kepala tersebut.
Perason mengatakan mungkin ada perubahan lingkungan dan gaya hidup lain yang terjadi selama musim panas — seperti kualitas udara, paparan cahaya, atau tingkat aktivitas — yang juga menyebabkan berbagai jenis sakit kepala.
Pearson merekomendasikan agar setiap orang yang mengalami sakit kepala untuk lebih memperhatikan pemicu-pemicu yang mungkin terjadi ini, karena pemicu-pemicu ini memiliki lebih banyak penelitian yang mendasarinya dan mungkin lebih mudah diatasi daripada panas itu sendiri.
Pemicu sakit kepala karena cuaca panas
Kualitas udara yang buruk merupakan pemicu sakit kepala yang umum diketahui, dan salah satu efek umum dari gelombang panas adalah cenderung memperburuk kualitas udara. Panas dapat menyebabkan berbagai unsur kimia di udara berubah menjadi ozon, gas tak berwarna yang terkait dengan berbagai efek kesehatan, dan zat-zat berbahaya lainnya.
Selain itu, sistem angin dan tekanan udara yang didorong oleh cuaca panas dapat membuat polutan dari pembangkit listrik tenaga batu bara atau mobil bertahan di atas kota, alih-alih melayang.
Bulan-bulan yang lebih hangat juga disertai dengan hari-hari yang lebih panjang dan paparan sinar UV yang lebih besar. Paparan cahaya dan sakit kepala memiliki hubungan yang rumit. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa cahaya terang bukanlah pemicu sakit kepala itu sendiri, orang-orang yang mengalami migrain sering kali sensitif terhadap cahaya terang selama serangan. Jadi, mungkin saja terik matahari musim panas dapat memperburuk sakit kepala yang sudah ada.
Panas juga cenderung mengganggu rutinitas orang, memicu perubahan gaya hidup yang membuat sakit kepala lebih mungkin terjadi. Misalnya, orang mungkin lupa minum air putih tambahan saat cuaca panas, yang dapat menyebabkan dehidrasi, penyebab umum sakit kepala. Orang juga dapat mengalami penurunan nafsu makan saat cuaca panas, jadi fluktuasi gula darah karena tidak makan terlalu lama dapat memicu sakit kepala.
Di atas semua itu, panas dapat merusak jadwal tidur seseorang. "Tidur yang nyenyak terjadi paling efektif di lingkungan sekitar yang lebih dingin," kata Pearson. Ketika tidur malam terganggu — misalnya karena kepanasan — orang-orang secara signifikan lebih mungkin mengalami migrain dan sakit kepala.
Pilihan Editor: BMKG Minta Warga Siaga, Kesultanan Ternate Gelar Ritual Sou Gam