Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Aksi Penyamun di Pekan Kelabu

Penyamun digital membajak situs-situs besar. Pelakunya belum tertangkap hingga sekarang.

20 Februari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN kedua Februari lalu mungkin masa paling kelabu dalam sejarah jaringan internet. Seorang atau sekelompok penyamun digital telah beraksi membobol situs-situs raksasa semacam megaportal Yahoo!, situs lelang eBay, toko buku maya Amazon, dan situs perdagangan saham ETrade. Serangan itu membuat jutaan pengakses internet berang, belasan perusahaan korban merasa frustrasi, dan para pemburu hacker seperti bangun dari tidurnya.

Hampir semua perusahaan yang menjadi korban serangan menolak mengungkapkan berapa besar kerugian yang ditanggung. Tapi biro riset Forrester memperkirakan bahwa Amazon.com, yang tutup sementara selama sejam, akan kehilangan penjualan sebesar US$ 4,5 juta jika serangan itu berlanjut sampai 24 jam. Yahoo!, yang macet sekitar tiga jam, diperkirakan kehilangan US$ 1,6 juta per hari, sedangkan Dell Computer US$ 35 juta, Intel US$ 33 juta, dan Cisco System US$ 30 juta dalam sehari. "Setiap kali mereka menggulung tikar bisnis, dampaknya pasti akan memengaruhi langsung perolehan tahunan," kata Direktur Riset Forrester, Carl Howe, kepada USA Today.

Selain itu, pembajakan sebuah situs membuat para netter jeri. Forrester mengungkapkan, sekitar 58 persen pelanggan perdana—pertama kali berbelanja di internet—mengaku tidak sudi lagi mampir ke situs yang pernah dibajak orang. Sementara itu, dari jajak pendapat yang dilakukan oleh perusahaan riset pemasaran PC Data Inc., terungkap bahwa 45 persen pengguna internet mengaku akan mengurangi penggunaan kartu kredit untuk berbelanja di internet karena aksi pembajakan itu. Sekitar 37 persen responden mengatakan bahwa serangan penyamun digital telah mengubah opini mereka mengenai keamanan internet dan separuhnya mengaku berubah pendapatnya tentang situs-situs yang menjadi korban. Jajak pendapat itu dilakukan terhadap 3.430 pengakses internet pada 11-13 Februari lalu.

Nilai saham perusahaan-perusahaan korban serangan pun kemungkinan besar berada dalam bahaya. Seorang analis bursa mengatakan bahwa secara umum harga saham perusahaan yang dibajak turun rata-rata 3,9 persen sehari setelah peristiwa itu.

Sebaliknya, pembajakan situs membawa berkah tersembunyi bagi saham perusahaan pembuat keamanan jaringan. Saham salah satu perusahaan pembuat sistem keamanan Firewall, Watchguard Technologies, misalnya, melesat 46 persen menjadi US$ 49,13. Axent terdongkrak 22 persen, menjadi US$ 28,25, dan RSA Security melambung 20 persen.

Serangan itu dilakukan penyamun dengan menyusup ke sebuah sistem komputer. Setelah berhasil menembus, pembajak menanam sebuah peranti lunak. Peranti lunak ini dapat dikontrol si penyamun dari suatu tempat agar mengirimkan beribu-ribu data sehingga server situs penerima kewalahan. Akibatnya, lalu-lintas pengunjung ke sebuah situs kacau. Pengelola Yahoo! mengaku mendapat kiriman "bom data" dari 50 komputer, sedangkan eBay dibombardir puluhan komputer dari tiga kota.

Repotnya, serangan bom data itu sulit ditangkis sistem pengamanan apa pun. Sekali sebuah situs bobol, satu-satunya pilihan yang masih bisa ditempuh adalah memindahkan lalu-lintas ke suatu bagian jaringan lain sampai serangan berakhir. Cuma, proses ini cukup memakan waktu. Memang masih ada cara lain, misalnya meminta bantuan perusahaan penyelenggara jasa internet (ISP) untuk membuat semacam bendungan penangkal datangnya serangan. Hanya, cara ini akan mengakibatkan kinerja ISP melambat 20 persen. Karena itu, kebanyakan pemilik ISP menolak altenatif ini, takut diprotes pelanggan.

Setelah gelombang serangan hacker menyurut awal pekan lalu, lalu-lintas di situs-situs yang menjadi korban belum pulih seratus persen. Situs populer semacam Yahoo! masih ngadat selama tiga jam pada Senin silam. Toko buku maya Amazon, Buy.com, situs lelang eBay, situs bursa saham ETrade, dan situs berita CNN tetap lambat dan sulit diakses sampai Rabu pekan lalu.

Sampai saat ini, Biro Penyelidik Federal (FBI) Amerika Serikat sudah mencurigai beberapa nama. Salah satunya hacker cilik bersandi "Mafiaboy" asal Kanada. Tapi belum satu tersangka pun tertangkap. Kepala penyelidik urusan komputer FBI, Ron Dick, mengatakan pelakunya bisa siapa saja, bahkan mungkin remaja belasan tahun. Itu sebabnya pakar komputer dan insinyur perancang program keamanan Universitas Washington, David Dittrich, memperkirakan perburuan hacker itu akan memakan waktu berminggu-minggu dan melibatkan 2.000-3.000 komputer. Sebuah "lampu merah" lagi buat internet.

Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus