Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Alibaba baru saja merilis model kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terbarunya, Qwen 2.5-Max. Model ini diluncurkan bertepatan pada Tahun Baru Imlek, saat kebanyakan masyarakat Cina sedang libur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Qwen 2.5-Max mengungguli hampir di seluruh bidang GPT-4, DeepSeek-V3, dan Llama-3.1-405B,” kata unit cloud Alibaba dalam pengumuman di akun resmi WeChat mereka, dikutip Reuters, Senin, 3 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan parameter yang lebih besar, yakni 72 miliar, model ini menunjukkan kinerja yang diklaim setara dengan model canggih lainnya dalam pemahaman dan penalaran bahasa, matematika, dan pemrograman.
Selain itu, Qwen 2.5-Max mendukung lebih dari 29 bahasa, termasuk bahasa Indonesia, yang memungkinkan aplikasi AI di berbagai sektor seperti otomotif, gaming, dan penelitian ilmiah. Dengan kemampuan multimodal, Qwen 2.5-Max dapat memproses dan menghasilkan teks, gambar, dan video.
Adapun peluncuran model baru Qwen terjadi setelah DeepSeek menarik perhatian industri dengan merilis model DeepSeek-V3 dan R1 pada Januari lalu. Model AI dari startup Cina itu mengejutkan Silicon Valley dan menyebabkan saham perusahaan teknologi turun, karena biaya pengembangannya yang rendah membuat investor mempertanyakan anggaran besar perusahaan AI di Amerika.
Kesuksesan DeepSeek memicu persaingan di antara perusahaan teknologi Cina. Dua hari setelah DeepSeek-R1 dirilis, ByteDance meluncurkan pembaruan model AI yang diklaim lebih unggul dari model OpenAI yang didukung Microsoft. “Model dasar besar memerlukan inovasi terus-menerus, kemampuan raksasa teknologi memiliki batasannya,” kata Liang Wenfeng, pendiri DeepSeek.
Sebelumnya, DeepSeek-V2 yang dirilis Mei tahun lalu memicu perang harga AI di Cina karena sifatnya yang open-source dan biaya pemrosesan yang sangat murah, hanya 1 yuan per satu juta token. Hal ini mendorong Alibaba memangkas harga hingga 97 persen untuk berbagai modelnya, diikuti oleh perusahaan teknologi lain seperti Baidu dan Tencent.
Liang Wenfeng menyatakan bahwa perusahaannya tidak peduli dengan perang harga dan lebih berfokus pada pencapaian Artificial General Intelligence (AGI). “Model dasar besar memerlukan inovasi terus-menerus, kemampuan raksasa teknologi memiliki batasannya,” ujarnya.
Meskipun perusahaan-perusahaan besar seperti Alibaba memiliki sumber daya yang lebih besar, DeepSeek disebut mengadopsi pendekatan berbeda dengan beroperasi layaknya laboratorium riset. Tim mereka sebagian besar terdiri dari lulusan muda dan mahasiswa doktoral dari universitas top Cina. Liang percaya bahwa struktur perusahaan besar yang hierarkis dan berbiaya tinggi bisa menjadi penghambat inovasi dalam industri AI di masa depan.