Dua tahun lalu, Doni, staf pemasaran di industri pisau cukur, menerima surat elektronik (e-mail) yang mengajaknya untuk ikut arisan berantai di internet. Iming-imingnya luar biasa. Bayangkan, hanya dengan mengirimkan Rp 5 ribu ke rekening seseorang, dalam dua sampai tiga minggu Rp 800 juta akan masuk ke rekeningnya. Tapi Doni tak ambil pusing dengan tawaran yang kelewat dahsyat itu.
Tahun berikutnya, ia menerima lagi email serupa. Kali ini disertai kisah sukses seseorang yang berhasil dihujani kiriman uang hingga Rp 45 juta. Pertahanan Doni pun goyah. "Setelah e-mail kedua, saya mulai yakin kebenaran arisan ini. Sederhana dan dapat dipahami secara logis," ujarnya.
Surat berantai semacam itu sudah lama ditawarkan kepada pengguna internet. Sekarang, daya tariknya semakin tinggi. Jangan heran bila kotak surat elektronik Anda kebanjiran surat itu. Ketika PHK terjadi di mana-mana dan uang makin susah dicari, siapa sih yang tidak kepingin mendapat arisan sebanyak ratusan juta? Karena itu, Doni dan banyak pengguna internet lainnya yang dulu acuh tak acuh, kini menilai arisan berantai semacam itu tak bertentangan dengan logika.
Apa iya? Mari kita cermati skema arisan yang bernama Arisan Kejujuran dan Sambung Rasa (Aksara) ini. Bila Anda menerima surat elektronik untuk mengikuti Aksara, akan ditemui daftar nama empat orang dengan alamat e-mail dan rekeningnya masing-masing. Untuk menjadi peserta, cukup dengan mengirimkan uang sebanyak Rp 5 ribu kepada peserta nomor satu. Dengan cara itu semua nomor di bawahnya naik satu tingkat dan di posisi nomor empat otomatis akan tercantum peserta baru yang diminta untuk mengirimkan surat ajakan itu kepada 20 orang lain.
Bila skema berjalan lancar, alamat e-mail peserta nomor tiga akan tersebar di 400 orang, karena 20 orang yang dikirimi berita arisan itu akan meneruskannya kepada 20 orang lain. Di posisi puncak, e-mail akan sampai kepada 160 ribu orang. Jadi, jika orang yang mendapat surat itu masing-masing mengirim Rp 5 ribu, peserta di urutan pertama akan mendapat Rp 800 juta.
Meski ada unsur akal-akalan dan kemungkinan peserta tertipu, pengamat ekonomi Markus Dipo tak melihat arisan berantai sepenuhnya menipu. "Di sini ada unsur sukarela dalam keikutsertaan," ujarnya. Menurut Markus, pengguna internet boleh dikatakan rata-rata berpendidikan cukup, sehingga mereka bisa berpikir logis terhadap jebakan-jebakan yang ada, seperti terputusnya rantai di bawahnya. Berbeda dengan arisan berantai di Rusia dan Albania yang mengakibatkan ambruknya perekonomian di kedua negara tersebut. Di dua negara itu pesertanya kebanyakan berpendidikan rendah ataupun bila peserta memahami risikonya, karena suramnya keadaan mereka tidak melihat harapan lain kecuali ikut arisan. "Yang saya heran, mengapa para pengguna internet ikut-ikutan main?" kata Markus yang juga pernah menerima e-mail ajakan arisan itu.
Boleh jadi, risiko kerugian yang tidak terlalu besarlah yang membuat orang tertarik pada arisan yang lazim disebut skema ponsi itu. Doni, misalnya, yang belum sepeser pun mendapatkan kiriman setelah menjadi peserta, mengaku tidak menyesal. "Saya memang belum beruntung," ujarnya. Seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin disebut namanya juga mengaku tidak merasa rugi dengan mengikuti arisan ini. "Saya iseng meramaikan saja, tapi sampai sekarang jatah rezeki saya memang belum sampai," ujarnya.
Tentu tak semua orang seperti mereka. Di mata Roy Suryo, dosen di Institut Seni Indonesia dan pemerhati masalah internet, tawaran arisan semacam itu sangat menyebalkan. Secara teknis, katanya, surat elektronik semacam itu sangat membebani lebar pita (band width). Padahal, akibat krisis, lebar pita tersebut juga telah dipangkas kapasitasnya oleh para penyedia akses (provider). Gangguan lain, karena e-mail semacam itu biasanya dilengkapi dengan banyak lampiran, diperlukan waktu download yang lama. Artinya, pulsa yang terpakai makin banyak sementara harga pulsa telah meroket. Memang, ada program yang bisa mematok kuota karakter surat elektronik, tapi menurut Roy, program tersebut berisiko main hantam kromo semua e-mail yang masuk.
Jadi, bila Anda berminat mengadu untung mengikuti arisan berantai, paling tidak Anda harus siap rugi dua kali: kehilangan uang setoran dan tagihan telepon yang membengkak.
Yusi A. Pareanom dan Wenseslaus Manggut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini