Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

TV Menebar Aroma

22 Februari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ayangkan begini. Anda sedang menyaksikan acara memasak di televisi. Tiba-tiba dari televisi Anda menebar aroma kelezatan sajian sang koki. Mana mungkin bisa? Dengan teknologi yang dikembangkan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), itu bukan sesuatu yang mustahil. Saat ini MIT tengah mengembangkan satu set televisi yang bisa menebarkan berbagai aroma.

Tapi aroma itu tentu saja bukan berasal dari masakan yang sedang diperagakan di layar kaca atau wewangian yang ditebarkan di studio televisi. Muaranya ada pada cip silikon yang berisi 34 tabung cairan kimia yang masing-masing berkapasitas 25 nanoliter. Setiap tabung berisi ribuan aroma yang bisa dipadukan atau diprogram sesuai dengan yang dikehendaki.

Cara mengaktifkan bau-bauan itu cukup dengan mengalirkan listrik bertegangan rendah ke dalam cip sehingga selubung emas di tabung terbuka dan cairan kimia di dalamnya menebar ke ruangan. Sedangkan untuk pengisian ulang tabung, caranya seperti ketika mengisi tinta pada inkjet printer. Agar alat itu lebih efisien, tim yang dipimpin oleh Robert Langer ini saat ini sedang berusaha agar jumlah tabung yang bisa dipasang pada satu cip bisa lebih banyak.

Teknologi semacam ini ternyata tak hanya untuk urusan hiburan. Untuk urusan kesehatan pun bisa. "Aplikasi teknologi ini bisa dipakai di dalam tubuh manusia," ujar Langer kepada The Sunday Times. Dengan teknologi ini sebuah tabung berisi obat disusupkan ke bawah kulit dan bisa dikeluarkan sesuai dengan waktu yang diprogramkan.

Saat ini memang baru dibuat satu prototip, sehingga harganya masih mahal: sekitar 12 poundsterling. Namun, harga cip akan semakin murah ketika produksi massal dimulai.


Berwisata ala Flash Gordon

Bila gemerlap Eropa dan eksotisme pedalaman Nepal tidak lagi menarik, barangkali paket wisata yang dikemas Coopership, perusahaan pembuat pesawat di Dallas, akan menggugah minat Anda. Tawarannya memang dahsyat dan mungkin tak pernah terbayangkan: berwisata ke angkasa luar.

Yang diandalkan Coopership adalah proyek kapal angkasa luarnya yang diharapkan bisa menjadi pesawat komersial pertama yang mengangkut wisatawan. Kapal berbentuk prisma segitiga yang masing-masing sisinya berukuran 600 kaki ini terbuat dari bahan komposit padat agar lapis luarnya kukuh. Lambung kapal diisi campuran helium dan oksigen sehingga memungkinkan pesawat terangkat ke udara. Kapal ini nantinya akan berfungsi seperti "kapal induk" bagi peluncuran pesawat ulang alik.

Direncanakan, kapal ini akan mengudara dari lautan sampai ketinggian 1.500 kilometer dengan kecepatan 271 kilometer per jam. Selanjutnya, dari tempat ini pesawat ulang-alik dilontarkan dengan "katapel" elektronik. Mesin roket akan mendorong pesawat ulang alik ini 104 kilometer lebih tinggi. Setelah itu, pesawat akan menukik balik menuju kapal yang terapung di angkasa. Setelah bahan bakarnya diisi ulang, pesawat ulang alik ini bisa mengudara lagi.

Menurut pimpinan Coopership, Dale Harris, kepada The Sunday Times, prototip kapal ini akan dibangun mulai tahun 2001 dengan ukuran yang lebih kecil. Kapal dalam ukuran yang sebenarnya direncanakan akan mengangkut 25 penumpang dan mampu terbang dalam kecepatan 48 kilometer per jam. Satu paket perjalanan akan berlangsung sepanjang 12 hari. Namun, untuk piknik ala Flash Gordon ini, Anda harus merogok kocek sampai 14 juta poundsterlings. Ah!


Vaksin Hepatitis ala Indonesia

emberian vaksin untuk menangkal penyakit hepatitis B sudah lama dikenal. Namun vaksin yang komponen utamanya adalah HBsAg (hepatitis B surface plasma) yang diproduksi melalui pemurnian partikel virus dari plasma pengidap penyakit ini mempunyai keterbatasan. Pertama, dari persediaan sampel darah; kedua, vaksin yang dihasilkan tidak selalu cocok dengan ras tertentu karena virus hepatitis B memiliki variasi yang tinggi menurut lokasi geografi dan individu pengidapnya.

Menyadari hal ini, Lembaga Eijkman bekerjasama dengan PT Bio Farma mengembangkan vaksin melalui teknologi DNA (asam deoksibonukleat) rekombinan dari dua galur virus yang dominan di Indonesia, yaitu galur adw dan ayw. Gen yang menyandi HBsAg dari dua galur tersebut telah dikloning pada Escherichia coli. Selanjutnya dilakukan fermentasi dengan sel ragi Saccharomycess cereviase. Saat ini, vaksin telah siap untuk diproduksi dalam skala industri.

Manfaat bagi publik, mereka bisa mendapatkan vaksinasi yang cocok dengan biaya yang lebih murah. "Karena memakai sel ragi, pembuatannya tidak akan lebih mahal dari produksi bir," ujar Prof. Sangkot Marzuki , Direktur Lembaga Eijkman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum