Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya dengan penuh semangat dan kegembiraan. Tradisi Agustusan menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia dari berbagai daerah.
Salah satu tradisi yang selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan kemerdekaan ini adalah gebuk bantal, suatu ajang unik dimana dua orang yang duduk di sebatang pinang atau bambu saling pukul menggunakan bantal. Namun, tahukah Anda asal usul dan makna di balik tradisi khas ini?
Asal Usul Gebuk Bantal
Tradisi gebuk bantal ternyata telah berusia ratusan tahun dan memiliki akar sejarah yang kaya. Dilansir dari Indonesiakaya, asal usulnya bermula dari tradisi perang-perangan yang pernah ada di beberapa daerah di Jawa Timur, terutama di daerah Blitar dan Malang. Konon, pada zaman dahulu, ketika Indonesia masih dijajah oleh penjajah Belanda, warga daerah-daerah tersebut menggelar simulasi perang menggunakan bantal sebagai perangkat imitasi senjata.
Pada masa itu, rakyat Indonesia tidak diizinkan untuk memiliki senjata api, sehingga mereka menggunakan bantal sebagai sarana untuk melatih kemampuan bertahan dan menghadapi kemungkinan penyerangan musuh. Pelatihan ini menjadi wujud perlawanan terhadap penindasan dan upaya mempertahankan kemerdekaan secara simbolis.
Makna Simbolis Gebug Bantal
Gebug bantal tidak sekadar hiburan semata. Lebih dari itu, tradisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam bagi masyarakat Indonesia. Bantal, sebagai senjata imitasi, melambangkan semangat perjuangan dan ketangguhan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini mengingatkan kita akan perjuangan berat yang telah dilalui oleh para pendahulu kita untuk mencapai kemerdekaan.
Selain itu, aksi melempar bantal secara bebas dan tanpa melukai satu sama lain juga mewakili semangat persatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Dalam momen Gebug Bantal, tidak ada perbedaan kasta sosial, ras, atau agama. Semua bersatu padu untuk merayakan keberagaman dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Prosesi Gebug Bantal
Perayaan Gebug Bantal biasanya dimulai setelah upacara bendera pada pagi hari tanggal 17 Agustus. Masyarakat berkumpul di lapangan atau tempat terbuka yang luas, seperti alun-alun, taman, atau area yang telah disiapkan khusus untuk acara ini.
Setiap peserta membawa bantal besar yang telah mereka persiapkan sebelumnya. Mereka berjejer dalam formasi tertentu, menyerupai formasi militer, sebagai penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan. Lalu, dengan diiringi musik dan yel-yel semangat, peserta melemparkan bantal ke udara dengan antusias dan semangat tinggi.
Momen ini seringkali diabadikan oleh banyak fotografer dan videografer karena keunikan dan kegembiraannya. Para peserta yang berpartisipasi tampak begitu ceria dan terlibat sepenuh hati dalam acara tersebut.
Kontroversi dan Konservasi Tradisi
Meskipun Gebug Bantal merupakan tradisi yang kaya makna dan melibatkan semangat kebersamaan, beberapa orang menganggapnya kontroversial karena dianggap menciderai lingkungan. Bantal-bantal yang digunakan biasanya terbuat dari busa atau bahan sintetis yang sulit terurai dan berdampak negatif pada lingkungan. Beberapa komunitas dan organisasi lingkungan mencoba untuk mengganti bantal-bantal tersebut dengan bantal-bantal ramah lingkungan, seperti yang terbuat dari bahan daur ulang atau kapas.
Meskipun ada beberapa kritik, tradisi Gebug Bantal tetap menjadi bagian penting dari perayaan kemerdekaan Indonesia dan terus dilestarikan oleh masyarakat dengan penuh semangat.
Pilihan Editor: Asal usul Lomba Bakiak, Permainan Tradisional saat Agustusan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini