Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom radang usus besar atau Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah sekumpulan gejala yang mempengaruhi sistem pencernaan. Meskipun merupakan kondisi yang umum, IBS dapat sangat tidak nyaman karena berdampak pada fungsi usus, menyebabkan perubahan pola buang air besar, serta menimbulkan gas berlebihan dan kembung di perut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Healthline, penderita IBS mengalami gejala seperti sakit perut dan kram. Selain itu, mereka mungkin sering mengalami diare, sembelit, atau kombinasi keduanya. IBS tidak menyebabkan kerusakan jaringan pada saluran pencernaan atau meningkatkan risiko kondisi yang lebih serius, seperti kanker usus besar. Sebaliknya, ini adalah kondisi kronis (jangka panjang) yang dapat dikelola oleh kebanyakan orang melalui perubahan pola makan dan rutinitas, penggunaan obat-obatan, serta terapi perilaku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu cara untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita adalah melalui tes kesehatan seperti scan, tes feses, kolonoskopi, dan biopsi. Untuk IBS, “Biopsi usus umumnya tidak menunjukkan kelainan apa pun,” kata Dr Sulaiman Bin Yusof, ahli bedah kolorektal dan umum di Colorectal Clinic Associates. Sebaliknya, biopsi Inflammatory Bowel Disease (IBD) seringkali menunjukkan kelainan yang jelas, seperti yang dikutip dari CNA Lifestyle.
Berbeda dengan IBS, IBD merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh peradangan pada saluran pencernaan. Sistem kekebalan tubuh secara tidak sengaja merusak saluran pencernaan. Tergantung pada bagian saluran cerna yang terpengaruh, IBD dapat dibagi menjadi penyakit Crohn atau kolitis ulserativa. Pada penyakit Crohn, peradangan dapat terjadi di berbagai bagian saluran pencernaan, termasuk mulut, esofagus, lambung, usus kecil, usus besar, dan anus, dengan area yang terkena mungkin berdekatan dengan jaringan sehat.
Gejala IBS bervariasi antar individu dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Gejala umum IBS meliputi:
- Nyeri atau Kram Perut: Seringkali nyeri perut berkurang setelah buang air besar.
- Kembung: Perasaan penuh atau bengkak di perut.
- Perubahan Pola Buang Air Besar: Bisa berupa diare, konstipasi, atau kombinasi keduanya.
- Feses yang Berubah Konsistensi: Feses bisa menjadi lebih keras atau lebih cair dari biasanya.
- Sensasi Buang Air Besar yang Tidak Tuntas: Perasaan seperti masih harus buang air besar meskipun sudah selesai.
Mungkin ada banyak sekali pengobatan IBS yang tersedia, namun penelitian yang mendukung keefektifannya masih harus dilihat. Berikut ini beberapa menurut penelitian :
- Minyak pepermin: Minyak ini diduga menenangkan usus dengan mengendurkan otot-ototnya. Penelitian menyarankan mengonsumsi 500mg hingga 800mg per hari dalam bentuk kapsul.
- Probiotik: Memperkenalkan bakteri usus yang bermanfaat dapat membantu. Namun, para ahli belum menentukan jenis bakteri dan dosisnya.
- Obat anti kram: Obat ini meredakan nyeri dengan mengendurkan otot-otot usus, namun dapat menimbulkan efek samping seperti mulut kering, pusing, dan penglihatan kabur.
- Terapi perilaku kognitif: Diperkirakan bahwa stres dapat menyebabkan IBS dan terdapat beberapa bukti bahwa terapi tersebut dapat membantu.
Tidak ada tes khusus yang dapat mendiagnosis IBS secara definitif. Diagnosis biasanya dilakukan berdasarkan gejala dan dengan mengesampingkan kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa. Proses diagnosis dapat melibatkan pemeriksaan fisik dan riwayat medis, tes laboratorium, prosedur endoskopi atau radiologi.
Meskipun IBD dan IBS dapat menyebabkan gejala yang serupa, mereka adalah kondisi yang sangat berbeda dalam hal penyebab, dampak pada kesehatan, dan pendekatan pengobatannya. IBD adalah penyakit inflamasi serius yang memerlukan penanganan medis yang intensif, sedangkan IBS adalah gangguan fungsional yang dikelola melalui perubahan gaya hidup dan pengobatan simptomatik.
Pilihan editor: Mengenal Apa Itu Sindrom Radang Usus Besar