Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan perkembangan internet dan perangkat mobile di Asia Pasifik, para pemasar kini semakin gencar untuk mengimplementasikan strategi pemasaran yang berbasis data. Namun, ekosistem data di Asia Pasifik masih terbilang sangat baru dibandingkan Eropa dan Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Data digital menyebabkan kebingungan, khususnya bagi para pemasar tradisional yang baru saja terjun ke industri. Kata-kata seperti Big Data sering diucapkan di setiap publikasi dan konferensi, dan banyak pemasar tradisional yang khawatir melewatkan tren terbaru ini," ujar Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati, Selasa, 12 Maret 2019.
Saat ini data memainkan peranan penting dalam bidang pemasaran. Generasi yang lahir pada era digital, kata Wido, telah mempengaruhi brand tradisional yang dibangun selama beberapa dekade dengan strategi pemasaran yang memanfaatkan sejumlah besar data di media digital.
Wido menambahkan, pertumbuhan e-commerce sebagai saluran distribusi tidak hanya membuat data menjadi sangat berharga bagi generasi yang berinteraksi di ranah online. Namun, mampu membuktikan kehebatannya dalam mencetak penjualan offline melalui saluran tradisional.
"Mengutip perkataan penulis Freakonomics Steven Levitt, data, bagi saya, adalah salah satu cara yang paling kuat untuk menyampaikan sebuah cerita. Saya mengambil banyak data dan saya mencoba untuk menjadikan data itu mampu bercerita," kata Wido.
Data menciptakan tantangan yang unik bagi pemasar untuk merencanakan dan mengeksekusi kampanye berbasis data dari awal hingga akhir, sehingga penting untuk membuat kerangka yang sesuai dengan karakter data yang tersedia demi tercapainya hasil bisnis yang bermakna.
Menurut Wido, data digital yang berkualitas dapat membuat pemasar lebih cerdas tentang bisnis mereka dalam berbagai cara. Mulai dari temuan-temuan yang lebih baik dan penargetan lebih tajam untuk mengoptimalkan upaya pemasaran dan pengukuran ROI yang lebih akurat.
"Data memberikan nilai lebih. Namun, kebingungan industri tradisional menjadikan tergesa-gesa dalam mengumpulkan dan menggunakan data, dan kerapkali dengan cara yang tidak efektif maupun efisien," tutur Wido.