Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Geliat Si Laser Biru

Sony meluncurkan pemutar Blu-ray di Jakarta dua pekan lalu. Teknologi ini mengancam posisi DVD.

30 Juli 2007 | 00.00 WIB

Geliat Si Laser Biru
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ini celaka buat para bintang film porno. Jika selama ini teknologi Digital Versatile Disc (DVD) masih bisa ”menyembunyikan” totol-totol di tubuh mereka saat beradegan panas, kini teknologi terbaru cakram perekam bakal memorak-porandakan rezeki mereka. Karena semua cacat, termasuk satu goresan kecil pun, akan terlihat terang-benderang dalam format video berdefinisi tinggi seperti HD DVD dan Blu-ray.

Sejumlah aktris ”syur” di Los Angeles segera saja melayangkan protes keras atas diluncurkannya film pertama dalam format HD DVD pada April lalu. Mereka khawatir penonton tak lagi berselera membeli film-film XXX. ”Saya tidak yakin apakah penonton ingin melihat film sejelas itu,” kata Stormy Daniels, aktris, penulis, dan produser film porno, seperti dikutip The New York Times.

Ketajaman gambar yang ditawarkan HD DVD dan Blu-ray inilah yang membuat cemas aktris 28 tahun itu. Teknologi lanjutan DVD ini memang menawarkan gambar lebih jernih ketimbang pendahulunya. Blu-ray dan HD DVD mempunyai resolusi 1920×1080, hampir tiga kali lebih besar dibanding cakram biasa yang cuma 720×480.

Resolusi sebesar itu membuat lekuk tubuh dan keriput pada mata terlihat lebih nyata. Begitu pula noda di permukaan kulit seperti panu dan selulit. Padahal nilai jual film esek-esek itu ada pada kemolekan tanpa cacat. ”Masalah utama adalah luka akibat bercukur,” ujar Daniels.

Perkembangan video berdefinisi tinggi itu tak bisa dibendung. Blu-ray dan HD DVD bahkan diramalkan akan menenggelamkan era kejayaan DVD yang muncul pada 1997. Adams, perusahaan riset media Amerika, memperkirakan penjualan cakram HD DVD dan Blu-ray akan mencapai US$ 10 miliar (sekitar Rp 90 triliun) setahun mulai 2012.

Indonesia juga bisa menikmati teknologi ini setelah Sony meluncurkan pemutar Blu-ray BDP-S1E pada di Jakarta dua pekan lalu. Pemutar Blu-ray siap edar mulai Agustus dengan banderol sekitar Rp 10 juta. ”Tidak rugi rasanya membeli pemutar Blu-ray karena film dalam format ini terus berkembang,” kata Yasushi Hasegawa, General Manager Home Audio Visual Division, Sony Marketing Asia Pacific.

Film dalam format HD DVD mulai diluncurkan pada 18 April 2006. Saat ini ada 241 judul film HD DVD di Amerika Serikat dan 61 film beredar di Jepang. HD DVD meluncurkan film buatan Universal Studios, NBC Studios, dan Weinstein Company plus perusahaan film porno seperti Wicked Pictures, Pink Visual, Bang Bros, Digital Playground Inc., dan Clubjenna Inc.

Sedangkan Blu-ray mulai meluncurkan film perdananya pada 20 Juni 2006. Hingga saat ini ada 302 film dalam format tersebut di Amerika. Film Blu-ray ini merupakan produksi Sony Pictures, 20th Century Fox, Buena Vista, dan Lionsgate.

HD DVD dan Blu-ray memang tengah ”berperang” memperebutkan pasar generasi lanjutan DVD. Toshiba, Microsoft, NEC, Sanyo, Kenwood, Intel, dan Memory-Tech memproduksi HD DVD. Sementara Blu-ray menjadi merek dagang Sony, Dell, Hewlett-Packard, Hitachi, LG Electronics, Matsushita Electric Industrial (Panasonic), Mitsubishi Electric, Philips Electronics, Pioneer Electronics, Samsung Electronics, Sharp, TDK, dan Thomson Multimedia.

Kedua mazhab teknologi video itu juga bersaing di pasar games. Kelompok HD DVD meluncurkan Xbox 360 melalui Produk Microsoft pada November 2005. Hingga kuartal kedua tahun ini, Xbox 360 telah terjual 11,6 juta unit di seluruh dunia. Blu-ray tak mau kalah. Dia menghadirkan PlayStation3 pada November 2006. Produk buatan Sony ini telah terjual 3,8 juta unit di seluruh dunia.

Dilihat dari kemampuan teknis, HD DVD dan Blu-ray hampir setara. Keduanya menggunakan laser biru-ungu untuk membaca dan menuliskan data. Blu-ray—tanpa ”e”—mengambil istilah dari laser biru. Huruf ”e” dihilangkan karena blueray telah menjadi kata umum yang tak bisa menjadi merek dagang. Sementara HD DVD merupakan hasil rumusan dalam pertemuan forum DVD.

Cakram Blu-ray mempunyai kapasitas penyimpanan yang lebih besar. Cakram satu lapis (single layer) Blu-ray kapasitasnya 25 gigabita, sementara cakram satu lapis HD DVD besarnya 15 gigabita. Kapasitas akan berlipat kalau lapisnya bertambah. Keduanya jauh melampaui kapasitas DVD tradisional yang hanya 4,7 gigabita. Artinya, teknologi penerus ini bisa menampung sedikitnya tiga film dalam cakram DVD.

Teknologi lanjutan ini tak melupakan rancangan sebelumnya. Pemutar HD DVD atau Blu-ray masih bisa membaca piringan berformat DVD atau CD. Namun, pemutar DVD tidak bisa memainkan cakram HD DVD atau Blu-ray. Persis seperti saat DVD menyisihkan kehadiran format CD. Pemutar DVD masih tetap bisa menayangkan film CD.

Tinggal persoalan harga. Harga cakram kedua format ini rata-rata sekitar Rp 500 ribu. Namun, pemutar Blu-ray kalah telak dari HD DVD. Harga pemutar Blu-ray rata-rata di atas US$ 500. Sementara pemutar HD DVD harganya mulai US$ 200. Penggerak Blu-ray pun menyiasati kelemahan ini. Sony mengumumkan harga baru Playstation3 menjadi US$ 499 dari semula US$ 599. Bagaimanapun, harga konsol games tetap lebih mahal ketimbang Xbox dalam kisaran US$ 200.

Persaingan ini tentu saja membuat konsumen bingung menentukan pilihan. Apalagi masing-masing tak bisa memutar cakram pesaingnya. ”Ada dua format pemutar film yang tak kompatibel. Situasi seperti ini harus segera dihentikan,” ujar Kevin Werbach, profesor Wharton Legal Studies and Business Ethics.

Beberapa pabrikan seperti Samsung atau LG kini sudah meluncurkan pemutar film yang bisa menayangkan format Blu-ray dan HD DVD. Namun, analis dari Creative Strategies, Tim Bajarin, mengatakan bahwa alat multiformat ini tak akan menghentikan perang tersebut. ”Solusi paling ideal adalah kedua pihak bergabung,” kata Bajarin. ”Seperti ketika masih format CD. Hanya ada satu platform untuk memenuhi kebutuhan konsumen.”

Dalam urusan film ”panas”, Blu-ray kini sudah melunak. Produsen film porno terkemuka, Vivid, telah meluncurkan film dengan format ini. Padahal, penggagasnya berkukuh tak akan membuat film porno dalam format Blu-ray. Namun, perusahaan asal Jepang itu tak bisa membendung pihak lain memproduksi film blue itu. Apalagi potensi pasar film porno cukup menggiurkan. Data penjualan dan rental film porno di Amerika mencapai US$ 12 miliar per tahun. Lebih besar dibanding industri sinema yang hanya mencapai angka penjualan US$ 6 miliar.

Daniels dan kawan-kawan pun kini tak punya pilihan lain selain berusaha habis-habisan menghilangkan semua cela di tubuhnya.

Yandi M.R.


Blue-ray Disc Produsen: Sony, Dell, Hewlett-Packard, Hitachi, LG Electronics, Matsushita Electric Industrial (Panasonic), Mitsubishi Electric, Philips Electronics, Pioneer Electronics, Samsung Electronics, Sharp, TDK, dan Thomson Multimedia Film yang sudah beredar: 302 film Kisaran harga: mulai US$ 599 Kapasitas cakram: 25 gigabita Jumlah film dan durasi dalam satu cakram: 22,2 jam Resolusi: ×1080

DVD Produsen: Tidak ada kontrak eksklusif Kisaran harga: di bawah Rp 1 juta Kapasitas cakram: 4,7 gigabita Durasi film dalam satu cakram: 3,8 jam Resolusi: ×480

HD DVD Produsen: Toshiba, Microsoft, NEC, Sanyo, Kenwood, Intel, dan Memory-Tech Film yang sudah beredar: 241 film Kisaran harga: mulai US$ 299 Kapasitas cakram: 15 gigabita Durasi film dalam satu cakram: 13,3 jam Resolusi: ×1080

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus