Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pergulatan Urban Hartati

Di Goethe Jakarta, koreografer Hartati menampilkan karya terbarunya. Pertunjukan dengan skala lebih kecil dibanding sebelumnya.

30 Juli 2007 | 00.00 WIB

Pergulatan Urban Hartati
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Tangan tiga penari itu membentuk posisi-posisi mudra. Simbol Buddha tentang cinta. Tubuh mereka lalu membentuk lingkaran, lantas permainan keenam tangan mereka mengekspresikan imaji kelopak padma. Musik elektronik meramu berbagai suara benda urban—musik yang juga memperlihatkan kontras pertunjukan: gerak feminin, sedangkan musik demikian maskulin.

Itulah pertunjukan Hartati berjudul Hari Ini. Bila kita biasa menonton pentas Hartati sebelumnya, ada sesuatu yang lain pada pentas malam itu. Biasanya karya Hartati merupakan sebuah produksi besar. Karyanya Membaca Meja pada 2002 atau Ritus Diri pada 2004, misalnya, melibatkan lebih delapan penari dan iringan musik langsung. Kini tiga penari, panggung kecil dan soundscape. ”Saya ingin minimalis,” katanya.

Panggung di Goethe tanpa banyak aksesori. Set hanya berupa latar yang dihiasi sejumlah gantungan plastik berbentuk segitiga yang dibasuh sorot cahaya biru lembut. Adapun di tengahnya dicantelkan kain oranye. Kesan abstrak muncul kuat. Koreografi Hartati terdiri dari tiga bagian. Pertama, penari solo Nur Hasanah. Tidak banyak yang mencuri perhatian dari geraknya, kecuali ketika ia menyeret kabel mikrofon, seraya berdehem.

Kedua, menghadirkan tiga penari Andara F. Moeis-Nur Hasanah-Siti Ajeng Soelaman mengeksplorasi sarung. Pendekatan Hartati terhadap sarung tampak lain. ”Saya tidak menempatkan sarung sebagai properti, tapi bagian dari kostum,” katanya. Meski variasi pergulatan sarung tak banyak, tertangkap bahwa gerakan mereka adalah gerak melepaskan kungkungan. Seolah bergulat melepaskan diri dari batasan.

Yang mencolok adalah musik. Biasanya koreografi Hartati selalu diiringi musik bernuansa Padang, tapi kali ini ilustrasinya karya komposer elektronik asal Belgia Marcappart. Musik Marc adalah sebuah soundscape dunia industri. Terdengar bunyi bak ketukan palu atau getaran setrum. Produser pertunjukan ini yang berasal dari Meksiko, Ines Sommelera, yang memperkenalkan Hartati kepada Marc. Marc tidak dapat datang ke Jakarta. Karena itu, setiap fragmen koreografinya selesai, Hartati mengirimkan rekaman videonya ke Belgia. Berdasar itu, Marc membuat komposisi.

Marc sendiri dikenal sebagai peramu tata suara pertunjukan Arco Renz, koreografer Belgia. Publik tari Indonesia pernah melihat karya tari solo Arco di Indonesian Dance Festival berjudul Heroine. Seorang diri, penari perempuan asal Taiwan Su Wen Chi berdiri di panggung. Tanpa banyak bergerak, tubuhnya mencari-cari sisi-sisi kekuatan, maskulinitas dalam dirinya. Pada waktu itu set, tata lampu, dan musik benar-benar klop. Musik mampu menampilkan kekukuhan, keliatan, dan keperkasaan perempuan.

Musik Marc memang menarik, dan karena itu Hartati berani menggunakan musik yang secara atmosfer berbeda dengan ekspresi penarinya. Pada bagian-bagian awal musik terasa lebih menekan, lebih kuat ketimbang gerak yang dimunculkan penarinya. Baru pada bagian ketiga musik dan gerak seperti saling mengisi. Saat jaring-jaring plastik tiba-tiba runtuh, ekspresi gerakan makin membebaskan diri. Gerakan tangan para penari yang mulanya masih terlihat diambil dari khazanah yoga kemudian jadi abstrak. Di situ antara musik dan gerakan kadang paralel, kadang saling menindih.

Karya tari Hartati sebelumnya dikenal dipenuhi unsur silat Padang yang penuh gerakan cepat, tangkas, tempo yang dinamis dengan formasi yang berubah terus. Malam itu, unsur tersebut terlihat tidak terlalu ditonjolkan.

Sempat terbayangkan, musik yang demikian urban jika diimbangi dengan gerak yang serba sigap dan trengginas demikian akan membuat pentas lebih solid—meski tak ada jaminan. Sebab, malam itu antara musik dan tubuh yang berbeda watak kerap menghasilkan benturan tak terduga. Tapi andai Marc dapat hadir langsung dalam latihan, antara musik dan gerak mungkin akan lebih bertenaga. Percobaan Hartati malam itu masih belum terlalu menyatu benar. Namun itulah sebuah titik maju dalam perjalanan dirinya sebagai koreografer.

Seno Joko Suyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus