Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKHLUK berjubah hitam serupa malaikat maut itu melayang-layang di kegelapan malam di sebuah area pemakaman yang kelam. Mata, tubuh, dan kedua tangannya memancarkan cahaya kilat berwarna biru. Dia berkata, ”Kamu bukan manusia lagi. Ilusi kehidupan masa lalumu telah hilang untuk selamanya.”
Itulah kalimat sambutan permainan dalam jaringan atau daring (online game) Chronicles of the Fallen. Meski berbahasa Inggris, game yang hanya bisa dimainkan melalui situs jejaring sosial Facebook atau MySpace ini karya anak Indonesia. Tergolong sebagai permainan jenis role playing games (RPG) atau bermain peran, The Fallen memungkinkan para pemain bebas memilih karakter sesuai dengan keinginan.
Kemunculan The Fallen menambah panjang daftar permainan daring yang berseliweran di situs jejaring sosial selama 2009. ”Tapi jumlah game buatan lokal masih minim dibanding produksi game asing,” kata Richard Kartawijaya, Wakil Ketua Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia, Selasa pekan lalu. Jumlah produksi lokal, kata Richard, tidak sampai ratusan. Negara seperti Amerika, Eropa, Jepang, dan Korea masih mendominasi produksi permainan daring di situs jejaring sosial.
Permainan daring di situs jejaring sosial kini kian mewabah. Ia menjadi fitur standar sebuah jejaring sosial. Sebuah data menunjukkan, satu dari sepuluh pemilik Facebook pernah memainkan online game. Tak mengherankan bila situs-situs jejaring sosial pun menyediakan fitur permainan.
Akhir tahun lalu, contohnya, Friendster mereformasi tampilan wajahnya untuk memikat kembali para penggunanya yang beralih ke Facebook. Selain mengubah tampilan menjadi mirip Facebook, fitur online game yang lucu-lucu pun ditambahkan untuk memikat hati pengguna. Salah satunya adalah Naughty Classroom. Dalam permainan ini, pemain diminta berbuat nakal agar sang guru memamerkan keseksiannya.
Selain menyenangkan penggunanya, hasil penjualan permainan daring cukup menggiurkan. Menurut Fajar A. Budiprasetyo, pembuat Chronicles of the Fallen, harga aplikasi permainan daring di pasar internasional berkisar US$ 10-30 ribu. ”Bergantung pada tingkat kesulitannya,” kata pengembang aplikasi yang menjabat sebagai CEO di PT SkyEight ini.
Pemuda berusia 34 tahun ini menjelaskan, ide membuat game Chronicles of the Fallen datang dari perusahaan pengembang game jejaring sosial Amerika Serikat, Entercast. Fajar merasa tak kesulitan membuat permainan tersebut. Meski demikian, proses pembuatannya cukup lama, tiga-empat bulan. ”Kami bekerja dengan satu tim, terdiri atas dua sampai tiga orang animator,” kata pria lulusan Universitas Ohio ini.
Kerumitan muncul pada saat membuat detail dan pada proses penyusunan aplikasi game. Aplikasi yang digunakan di antaranya Javascript dan PHP. Javascript adalah bahasa pemrograman yang berjalan di browser (program aplikasi yang menerjemahkan kode). Adapun PHP adalah bahasa pemrograman web yang banyak digunakan untuk pengembangan aplikasi, yang bertujuan menghasilkan halaman yang dinamis.
PHP bisa dimasukkan dalam HTML (HyperText Markup Language) dan bekerja di web server yang akan memproses kode menjadi halaman web agar bisa terbaca oleh peramban. Aplikasi ini cenderung bisa diimplementasikan di semua sistem operasi dan penggunaannya gratis. Si pemesan menginginkan game tersebut ada efek yang membuat lebih istimewa.
Tokoh-tokoh yang ada dalam game Chronicles of the Fallen meliputi manusia serigala dan vampir. Dalam permainan ini setiap pemain akan membentuk koalisi dan berperang. Laiknya game bergenre RPG, setiap karakter yang dimainkan dapat berubah dan berkembang ke arah yang diinginkan pemain. Bisa menjadi semakin hebat, semakin kuat, atau semakin berpengaruh. Parameternya ditentukan oleh naiknya level, baik dari status kepintaran, kecepatan dan kekuatan karakter, senjata yang semakin canggih, maupun jumlah teman atau makhluk peliharaan yang dimiliki.
Pria muda pembuat permainan daring khusus untuk jejaring sosial lainnya adalah Fajar Persada. Pria berusia 27 tahun ini mengelola sebuah perusahaan pembuatan game bernama Abigdev di Bandung. Beberapa karya yang telah dilahirkannya adalah Nusa Challenge dan Angklung Heroes yang bisa dinikmati di jejaring sosial Facebook. ”Tema yang kami ambil lebih bermuatan lokal,” katanya.
Game ini, kata Persada, dibuat demi melestarikan budaya bangsa. Karena itu, game yang dibuat Persada ini dikategorikan sebagai edu-game atau permainan yang menonjolkan pendidikan.
Permainan Nusa Challenge jauh lebih sederhana dibanding game Chronicles of the Fallen. Bentuk permainannya adalah menjawab kekhasan suatu daerah di Tanah Air. Pemain diminta mencocokkan jawaban dengan memilih satu dari empat item jawaban yang tersedia, yang cocok dengan wilayah yang ditunjukkan dalam peta buta di wilayah Nusantara. Jawaban yang benar akan menunjukkan kekhasan suatu wilayah. Misalnya dari makanan, monumen, pakaian adat, atau tempat pariwisatanya.
Apabila pemain menjawab dengan benar, akan diberi skor. Permainan berakhir jika waktu yang ditentukan telah habis. Keberhasilan pemain ditentukan oleh besarnya skor, bergantung pada berapa banyak jawaban benar para pemain. ”Kelebihannya bisa menambah pengetahuan tentang kekhasan daerah di Nusantara,” katanya.
Permainan lainnya adalah game Angklung Heroes. Pemain akan mendapat arahan untuk memainkan alat musik berupa angklung dengan cara menggoyangkan tetikus dan pengontrol permainan di keyboard (tuts Z, X, C, V) secara bersamaan. Jika tepat, bunyi yang dikeluarkan akan membentuk sebuah musik yang teratur dan enak didengar. ”Kedua game ini dibuat menggunakan flash,” kata Persada.
Flash adalah aplikasi untuk membuat gambar animasi. Menurut Persada, permainan buatannya dijual dengan harga US$ 600-1.000. ”Bergantung pada kerumitan dan efek game yang ditampilkannya,” ujarnya.
Chronicles of the Fallen, Nusa Challenge, dan Angklung Heroes belum banyak dimainkan orang. Berdasarkan statistik, pengguna online game di jejaring sosial ini belum menyentuh angka 1.000 orang. Angka ini masih jauh di bawah pengguna game buatan perusahaan pengembang ternama Amerika, Zynga, yang telah menelurkan ratusan game yang menjadi trend setter di dunia jejaring sosial. Beberapa game populer yang banyak dimainkan jutaan orang itu di antaranya Mafia Wars, Farmville, Texas Hold’Em, Football, dan Yoville.
Sampai saat ini, perusahaan yang didirikan oleh Mark Pincus, Michael Luxton, Eric Schiermeyer, Justin Waldron, Andrew Trader, dan Steve Schoettler pada 2007 ini telah memiliki 71 juta pelanggan terdaftar dan 46 juta pelanggan yang aktif di seluruh dunia. ”Wajarlah, kami masih tergolong baru dalam pembuatan online game,” kata Persada, yang memulainya pada awal tahun lalu.
Menurut Richard, prospek pengembangan game oleh animator lokal masih sangat menjanjikan. Peminat situs jejaring sosial terus bertambah. Jejaring sosial Facebook saja bisa menjaring 350 juta pengguna yang menjadi pasar game ini. Biasanya penggemar game alias gamer cepat bosan terhadap satu permainan. Setiap game paling lama bertahan antara dua dan tiga tahun. Artinya, game yang baru akan terus bermunculan. Solusinya, ”Ide dan kreativitas menjadi modal utama dalam pembuatan game ini,” kata Richard.
Rudy Prasetyo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo