Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Elon Musk kini telah membersihkan sekitar separuh dari 7.500 karyawan Twitter, menyebabkan seluruh tim yang tersisa benar-benar atau hampir sepenuhnya lesu. Termasuk mereka yang memiliki tugas mempertahankan platform dari hamburan hoax pemilu Amerika Serikat yang satu tahapannya akan menjelang pada pekan depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bidang yang paling terdampak oleh rasionalisasi ala Elon Musk adalah keselamatan dan kepercayaan produk, kebijakan, komunikasi, kurasi tweet, AI etikal, data sains, riset, pembelajaran mesin, social good, aksesibilitas, dan bahkan beberapa tim insinyur inti yang tertentu. Informasi ini berdasarkan kicauan oleh mereka yang termasuk dalam pengurangan karyawan dan juga mengetahui permasalahan ini.
Pengumuman yang disampaikan via email pribadi pada Jumat malam WIB itu juga menjadikan daftar eksekutif yang dipecat bertambah. Mereka menyusul CEO Parag Agrawal dan dua petinggi pertama yang sudah langsung dipecat Elon Musk saat dirinya memastikan menjadi pemilik Twitter pada pekan lalu. Mereka yang ada di kelompok ini termasuk Arnaud Weber, Wakil Presiden Rekayasa Produk Konsumen, dan Tony Haile, Direktur Senior Pengawasan Produk Kerja Sama Twitter dengan Media Massa.
Di akun twitter-nya, Tony Haile mengungkap kalau dirinya berada dalam kelompok 50 persen karyawan yang harus hengkang. "Ini hari yang aneh, kami tidak yakin apakah harus merasa lega atau sedih," cuitnya sambil menambahkan terima kasihnya kepada orang-orang yang telah bekerja bersamanya selama ini di Twitter.
Arnaud Weber juga mengumumkan kalau tiga tahun kariernya di Twitter telah berakhir. "Twitter masih punya banyak potensi yang masih tersimpan tapi saya bangga apa yang sudah kita capai," cuitnya.
Para karyawan Twitter di luar negeri juga telah dikirimi notifikasi. Tapi, isinya, untuk mereka baru sebatas diidentifikasi berpotensi terdampak atau berisiko dirasionalisasi untuk efisiensi, karenanya mereka harus terus mematuhi kebijakan perusahaan hingga informasi lebih pasti dibagikan. Kabarnya akan berlaku sama yakni pengurangan karyawan sebanyak 50 persen di luar Amerika.
Sementara, sejumlah karyawan yang berada dalam kelompok 50 persen lainnya mengungkap kecemasannya akan masa-masa berat memelihara infrastruktur kritikal Twitter dalam jangka pendek ke depan. “Shit is gonna start breaking,” kata sebagian dari mereka yang tentu saja menolak identitasnya dimunculkan.
THE VERGE