BERSELANCAR di dunia internet memang mengasyikkan. Waktu berjam-jam bisa tak terasa bila tangan sudah asyik menggerakkan clurut (mouse), menjelajahi situs-situs kegemaran. Cuma, bagaimana dengan pulsa telepon? Padahal, sejak Maret ini tarif telepon naik 16 persen.
Jangan khawatir. Cobalah berselancar melalui gelombang radio, yang biayanya lebih murah. Untuk menangkap gelombang radio, komputer hanya memerlukan bantuan modem yang disambungkan dengan radio handie-talkie (HT). Pada awal pengoperasiannya, tahun 1989, kecepatan transmisi data yang dapat dilakukan internet lewat radio ini memang hanya 300 bit per detik. Alhasil, pengguna hanya bisa memakai fasilitas ini untuk berkirim surat elektronik. Namun, itu dulu. Sekarang, bila seorang pengguna telah tergabung dalam jaringan internet lewat radio dengan lembaga yang menjadi pintu gerbang akses (gateway) seperti Ipteknet milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, ia akan bisa berselancar selancar menggunakan saluran telepon.
Salah satu pengguna yang setia menggunakan internet di jalur radio seperti itu adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Sejak 1989, Lapan telah merintis eksperimen komunikasi data digital dengan menggunakan saluran radio, dengan mengaplikasikan protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol)?standar bahasa internet. Kini Lapan sudah membentuk jaringan antarunit penelitian yang dimilikinya. "Kita bisa berselancar sepuas hati tanpa perlu lagi dipusingkan oleh tingginya tarif telepon," ujar Soewarto Hardhienata, Kepala Bidang Teknologi Transmisi Komunikasi Dirgantara Lapan.
Dengan gelombang radio, lumayan banyak biaya yang bisa dihemat. Memang ada ongkos Rp 600 ribu per tahun yang harus dikeluarkan untuk menyewa frekuensi radio. Tapi, karena frekuensi ini bisa digunakan beramai-ramai, jatuhnya tetap lebih murah daripada internet biasa.
Lebih murahnya internet radio ini bisa dilihat dari tarif yang disodorkan warung yang menyewakan internet. Di Bandung, warung internet yang menggunakan gelombang radio cuma mengutip uang sewa Rp 6 ribu per jam. Sedangkan internet yang menggunakan saluran telepon disewakan Rp 10 ribu untuk waktu pemakaian yang sama. Nah, kalau Anda dalam sehari menggunakan dua jam, dalam sebulan Anda bisa menghemat Rp 240 ribu.
Sayangnya, ada kelemahan yang cukup mengganggu dari cara ini. "Kecepatannya agak lamban dan sangat bergantung pada cuaca. Bila terhalang gedung atau cuaca buruk, komunikasi jadi terganggu," ujar Onno W. Purbo, ahli internet dari Institut Teknologi Bandung. Karena itu, selain membutuhkan modem dan HT, pengguna gelombang radio juga mesti menyiapkan penangkal petir karena antena radio sangat rawan terhadap petir. Demi keselamatan alat, para pemilik kios internet di Kota Kembang yang tergabung dalam jaringan radio bahkan sering harus mematikan peralatannya bila langit terlihat mendung.
Mungkin karena masih ada kendala itulah tak serta-merta biaya murah yang ditawarkan internet radio langsung memikat semua pengguna internet. Pengelola Detik.com, Budiono Darsono, misalnya, tegas-tegas mengungkapkan keenggannya memakai radio untuk saat ini. "Kalau memang bagus, kenapa tidak dari dulu cara itu berkembang? Jadi, kami lebih memilih pulsa telepon," ujarnya.
Tentu saja tak semua pengguna "fanatik" dengan internet melalui jalur telepon seperti Budiono. Beberapa pengguna internet banyak pula yang meminta kepada perusahaan penyedia akses, Indonet, untuk menjajaki internet radio. "Kalau arah permintaan ke sana, ya, tentu kita akan mengikuti. Secara teknis tak ada masalah," ujar Direktur Utama Indonet, Sanjaya.
Yusi A. Pareanom, Mustafa Ismail (Jakarta), dan Rinny Srihartini (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini