Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sekali Gosok, Aman Tiga Bulan

8 Maret 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senyum lebar tanda percaya diri boleh-boleh saja. Tapi awas kalau gigi berlubang. Lubang pada gigi yang membuat kepala senut-senut itu kebanyakan disebabkan oleh ulah bakteri streptococcus. Sekali kuman itu menempel di gigi, gula yang menempel di permukaan gigi dan di dalam rongga mulut akan diubahnya menjadi asam. Dan asam inilah yang kemudian akan menggerus lapisan gigi.

Jangan takut. Sebentar lagi itu bukan masalah. Sudah ditemukan pasta gigi dan cairan kumur yang bisa mengamankan gigi dari ancaman streptococcus selama tiga bulan dengan sekali pemakaian. Temuan terbaru yang dikembangkan oleh tim peneliti di Guy's King's and St. Thomas's School of Medicine and Dentistry, Inggris, ini telah sukses diujicobakan pada beberapa sukarelawan.

Menurut The Sunday Times, tim ini telah melakukan terobosan besar karena berhasil mengidentifikasi komponen dalam streptococcus yang sangat berperan dalam membuat lubang di gigi. Ternyata sang bakteri bisa menempel di gigi dengan bantuan peptida, komponen pembentuk protein yang terdapat pada permukaan kulitnya. Peptida itu kurang lebih berfungsi sebagai semacam perekat, sehingga tanpa bantuannya bakteri mustahil bisa menembus gigi.

Setelah komponen itu diketahui, tanpa kesulitan berarti, tim peneliti membuat komponen seperti peptida, p1025, di laboratorium. Bila p1025 ini dioleskan ke gigi, peptida imitasi ini akan menguasai semua ''lahan parkir" di gigi, sehingga ketika bakteri sesungguhnya datang, ia sudah tak mendapat tempat lagi. Alhasil, bakteri tak dapat berkembang dan dengan mudah bisa dibuang dengan gogok gigi rutin yang tetap harus dilakukan. Saat ini perusahaan farmasi Actinova sudah bersiap-siap menembus pasar setelah mengikat kerja sama dengan para penemunya.


Untuk Penambang Emas

Bila tidak berhati-hati, penggunaan air raksa bisa menyebabkan kerusakan organ saraf dan janin pada manusia. Namun, entah karena tidak paham atau tidak peduli, para penambang emas liar di beberapa kawasan Indonesia dengan ceroboh menggunakan dan membuang air raksa di sembarang tempat. Air raksa digunakan untuk mengikat butiran emas hasil ayakan yang seperti pasir menjadi gumpalan seberat 1-2 gram.

Kini ada alat pengurang kadar air raksa yang relatif murah, hasil pengembangan lembaga Pro Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbit dari Jerman. Alat yang sudah sukses diujicobakan di beberapa daerah Indonesia ini bernama Gold Retort atau Amalgam Retort, berbentuk pot dengan bahan baja tahan karat.

Cara penggunaannya begini. Emas yang sudah diayak dan air raksa sebagai pengikat dimasukkan ke alat ini. Pot yang bersisi amalgam (sebutan untuk campuran air raksa dan logam lainnya) itu dipanaskan sampai 100 derajat Celsius. Dari pemanasan ini akan timbul uap air raksa sisa yang akan mengalir ke ruang pendingin bersuhu 25 derajat Celsius. Dengan cara ini, sisa yang keluar lewat cerobong kecil akan segera mendingin dan berwujud cairan air raksa yang bisa dipakai kembali.

Dalam percobaan, alat ini mampu menghasilkan 3 gram emas dalam satu jam. Bandingkan dengan pemisahan konvensional, seperti di tambang Pongkor Bogor, yang memerlukan waktu sehari penuh untuk memperoleh 2 gram emas. Alat ini harganya sekitar Rp 2 juta. ''Ini termasuk sangat murah," kata Prof. Hadi S. Alikodra, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Teknologi Lingkungan, kepada I G.G. Mada Adi dari TEMPO. Agar lebih murah lagi, Maret ini Kantor Menteri Lingkungan Hidup akan menyalurkan alat yang gampang dipindah-pindahkan itu lewat kelompok penambang skala kecil, bukan kepada perorangan.


Minyak Penangkal AIDS

Buat penderita penyakit jantung, minyak kelapa termasuk bahan pangan yang harus dimusuhi. Bagi penderita AIDS (acquired immune deficiency syndrome), minyak kelapa justru harus dijadikan teman akrab. Di Rumah Sakit San Lazaro, Manila, para pengidap HIV (human immunodeficiency virus), virus yang merontokkan kekebalan tubuh, diberi minyak dengan dosis tertentu dan kapsul yang berisi monolaurin?komponen yang terdapat dalam minyak kelapa.

Pemberian minyak kelapa ini merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh US-based Nutritional Sciences Division of Enig and Associated, yang berhasil menemukan fakta bahwa pemberian monolaurin sebanyak 20-25 gram setiap hari mampu mengurangi jumlah HIV pada penderita. Monolaurin adalah asam lemak berantai medium yang bisa menghancurkan bungkus pelindung HIV. Seberapa ampuhnya monolaurin ini, hasil percobaan di Filipina itu baru bisa diketahui Agustus mendatang.

Musuh HIV tampaknya bukan hanya minyak kelapa. Supriyatna, ketika pekan lalu dikukuhkan sebagai guru besar ilmu farmasi Universitas Padjadjaran, mengungkapkan bahwa pohon mahoni pun punya daya hambat terhadap HIV. Menurut penelitiannya?bekerja sama dengan Research Institute for Wakan-Yaku di Toyama Medical and Pharmaceutical University, Jepang?senyawa ester metil klorogenat dan asam klorogenat yang diperoleh dari kulit batang mahoni, dicampur dengan senyawa tanin, dapat menghambat enzim-enzim yang dibutuhkan replikasi HIV.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum