Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Juru Baca Sahabat Tunanetra

Dengan peranti lunak Jaws, komputer bisa bicara. Aplikasi ini cocok untuk penyandang cacat netra.

31 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dunia Suryandaru kini tak lagi hitam pekat. Penyandang tuna- netra itu sekarang bisa "melihat" dunia yang penuh warna: ada Abdullah Gymnastiar, dai favoritnya?dengan sorban khas bergelung di kepala?ada Kafi Kurnia, pakar pemasaran kesayangannya, ada cerita pertandingan bola yang sering berakhir dengan melodrama, juga ada gosip-gosip artis yang dibencinya.

Dunia yang gemerlap itu muncul sejak Ndaru piawai berkomputer dan menjelajah Internet. Berkomputer memang bukan soal sulit bagi orang normal berpenglihatan baik. Tapi, bagi Ndaru, yang kehilangan penglihatannya sejak 1998, pekerjaan itu nyaris muskil. Bagaimana mengetik jika dia tak bisa melihat huruf di keyboard atau kursor di layar? Belum lagi soal bagaimana membaca naskah di layar monitor.

Semua kesulitan itu tak lagi mengganggu Ndaru berkat Jaws (www.freedomscientific.com/fs_products/ software_jaws.asp). Inilah peranti lunak yang memiliki kemampuan membaca naskah yang sedang ditampilkan di komputer. Istilah pembuatnya, screen reader. Apa pun yang ditampilkan di layar akan dibaca huruf demi huruf. Perintah ke komputer pun dibacakan dengan lantang. Jadi, jika Ndaru membuka program Microsoft Word, setiap perintah akan terdengar dibacakan: "Start, Program, Microsoft Word, file Untitled". Satu demi satu huruf yang diketik pun akan "terdengar". Ketiklah "Jakarta", maka akan muncul suara: "Je-e-ke-e-ar-ti-e".

Memang, basis peranti lunak ini masih bahasa Inggris, sehingga huruf-huruf dia baca dalam ejaan Inggris. Diperlukan kesabaran tinggi untuk mendengar satu demi satu huruf dibacakan hingga membentuk kata. Tapi, jika Ndaru masuk ke Internet yang situsnya berbahasa Inggris, program ini jauh lebih lincah. Kata-kata di situs tak lagi dia eja per huruf, tapi sudah dalam bentuk kata. Bahkan semua teks akan dia lalap, mulai dari link hingga berita.

Berkat suara ajaib Jaws, Ndaru betah duduk 2-3 jam di depan komputer kunonya?cuma sekelas Pentium II?yang di sana-sini warnanya sudah tampak kusam oleh debu. Situs langganannya adalah situs milik Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan Kafi Kurnia. Ia kerap men-download nasihat dari jawara dakwah dan pemasaran itu.

Salah satu prestasi terhebat pria ini adalah membuat e-mail di Yahoo. "Rasanya senang sekali bisa berkomunikasi dengan teman-teman senasib di kota lain," kata Ndaru.

Yang juga kecipratan kebahagiaan dari komputer yang bisa bicara ini adalah Edy Satyo. Alumni Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ini mendapat kecelakaan pada 1989, dua hari menjelang ujian masuk perguruan tinggi negeri, sehingga tak bisa melihat. Kini Edy mencari rezeki dengan menjadi staf telemarketing sebuah lembaga pendidikan di Semarang. Dia menyurati calon murid atau meneleponnya.

Sebelum bisa mengetik di mesin pendongeng itu, semua surat harus ia ketik di mesin ketik. Ini sungguh pekerjaan yang merepotkan. Bila salah ketik, dia tak tahu di mana harus mengoleskan penghapus cair. Juga, sering dia masih terus mengetik meskipun pita sudah habis. Walhasil, ketikannya pun tak terbaca. "Sungguh merepotkan, saya sangat bergantung pada orang lain," kata sekretaris Persatuan Tunanetra Indonesia Jawa Tengah itu.

Semua kerepotan itu sirna setelah dia pintar mengetik di komputer yang bisa ngomong. Tak ada lagi masalah dengan pita mesin ketik atau kerepotan mencari penghapus cair. Surat-surat organisasi maupun bisnisnya juga bisa rampung lebih cepat dan rapi. Edy, meskipun baru bisa membuka pro-gram Microsoft Word, kini bisa menekuni bisnis baru, yaitu me-manajeri sebuah band remaja untuk tur di kota kecil se-kitar Semarang, seperti Jepara.

Untuk bisa memainkan Jaws, komputer yang dibutuhkan harus berkemampuan multimedia (memiliki speaker dan CD ROM) dengan prosesor minimal Pentium II 400 MHz dan ruang di hard disc sebesar 10 Mb. Semua komputer versi Windows (Windows ME, 98, NT, 2000, dan XP) bisa memainkan peranti lunak ini.

Selain Jaws, sebenarnya ada beberapa program lain bagi tunanetra seperti HAL for Windows, Read Please, Home Page Reader, Out Spoken. Namun, menurut Edy Mulyanto, pengajar komputer bicara dari Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, kebanyakan program itu rumit dan tak komplet.

Meski komplet dan tak rumit, sayangnya harga Jaws ini masih kelewat tinggi, US$ 1.095 (sekitar Rp 9 juta) untuk lisensi lima orang. Ini yang membuat pengurus Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) kelimpungan. Menurut Chaerudin Parlaungan Siregar, Ketua Pertuni Jawa Tengah, pihaknya terpaksa meminta anggaran pemerintah untuk membeli software ini. Komputernya pun bantuan dari pemerintah Norwegia.

Dengan melambungnya harga Jaws ini, tak mengherankan bila saat ini peranti ini masih jauh dari populer. Pemakainya baru terbatas di kota seperti Jakarta, Bandung, dan Medan. Jumlah mereka sekitar 50 orang. Mereka bahkan sudah tergabung dalam milis khusus para penyandang cacat netra. "Teknologi ini sangat membantu," kata Irwan Dwi Kustanto, Wakil Direktur Yayasan Mitra Netra. "Tanpa ini, kami yang cacat ini akan makin tergilas," ujar alumni Jurusan Filsafat Institut Agama Islam Negeri Jakarta yang cacat retina matanya sejak umur sembilan tahun itu.

Di Yayasan Mitra Netra, saat ini ada 10 karyawan yang hampir saban hari bekerja dengan software bikinan Freedom Scientific itu. Mereka bekerja di bagian humas, penelitian, dan pengembangan, hingga programer. Bahkan ada tiga jurnalis tunanetra yang dilatih kantor berita Antara yang selalu memperbarui berita di situs Mitra Netra (http://www.mitranetra.or.id).

Burhan Sholihin, Dian Yuliastuti (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus