Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pintar mengetik 10 jari bukanlah jaminan bagi Edy untuk bisa menguasai komputer yang bisa bicara. Dia mesti belajar sampai enam bulan, sebelum mahir berkomputer. Yang membuat frustrasi saat mengetik dengan Microsoft Word, misalnya, dia harus mendengarkan sang komputer membaca huruf per huruf dalam bahasa Inggris. "Awalnya butuh konsentrasi yang amat tinggi, kata Edy.
Kesulitan itulah yang hendak diatasi oleh Yayasan Mitra Netra. Organisasi nirlaba yang sering membantu para tunanetra ini berangan-angan membuat software pembaca seperti Jaws, tapi yang berbahasa Indonesia. Untuk proyek ini Mitra Netra sejak 2001 menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sayang, sudah tiga tahun berjalan program ini masih jalan di tempat.
Kegagalan itu tak membikin patah semangat para aktivis Mitra Netra. Menurut Irwan Dwi Kustanto, wakil direktur organisasi itu, kini mereka juga bekerja sama untuk membangun kamus elektronik untuk para tunanetra. Proyek pembuatan kamus Inggris-Indonesia yang bernama Meldic (Mitra Electronic Dictionary) ini didanai oleh Citibank. "Kami sudah mendapat lisensi gratis dari penulis kamus, John M. Echols, Hassan Shadily, dan Cornell University," ujar Irwan.
Selain kedua program itu, pada Agustus 2004 nanti Mitra Netra juga akan meluncurkan peranti lunak yang bisa mengubah naskah Microsoft Word menjadi ke naskah dengan huruf Braille, begitu juga sebaliknya. Proyek ini dikerjakan bareng dengan Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Burhan Sholihin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo