Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Kegilaan Bernama Pokémon Go

Pokémon Go membuat orang bersedia melakukan apa pun untuk memburu monster imut ini. Popularitasnya melebihi Twitter.

18 Juli 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERHENTILAH bermain Pokémon. Dilarang berburu Pokémon di sini. Berbagai imbauan seperti itu kini tersebar di dunia maya dan dunia nyata dalam dua pekan terakhir. Sejak aplikasi game Pokémon Go dirilis pada 6 Juli lalu, tingkah laku orang yang memainkannya memang aneh-aneh. Meme menyindir dan lucu tentang orang memainkan game berbasis augmented reality ini pun bertebaran di media sosial.

Pokémon Go secara resmi baru dirilis di tiga negara: Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Tapi virus kegilaannya sudah menyebar ke mana-mana, termasuk di Indonesia. Cerita keluhan seorang driver Go-Jek yang mengantarkan penumpangnya hanya untuk berburu karakter monster imut Pokémon dan menjadi viral di dunia maya adalah contoh konkret.

"Customer gak jelas order gojek cuma mau nyari permainan yg di aplikasi gak tau mainan apaan, emon emon begitu… gue berhenti di titik b eh bang ayo majuan dikit lg ayo bang.. busett gak tau nangkap apaan tp gpp dpt 73 ribu.. tuh org gua tinggal sambil nyengir2 seneng bgt P'A hahaha," tulis pemilik akun Panji Vidiantoro II di grup Facebook "Koran Go-Jek Keluhan Driver Customer".

Screen capture lain yang juga ramai diperbincangkan di kalangan netizen adalah curahan hati seorang pengemudi Uber Motor bernama Fajar Agustus Putra. Di grup "Komunitas Uber Motor Indonesia", Fajar mengungkapkan pengalaman yang mirip dialami Panji.

"Gue rider uber, abis maghrib gue dapet order call. Pas gue pick up ternyata yg gue pick up orangnya masih remaja. Terus gue starttrip dan di ubermap tidak ada arah tujuan. Pas gue tanya mau kemana eh tu bocah bilang mau nyari POKEMON. Dalam hati gue ngomong "WHAT THE F*** THIS YOUNG!!!" setelah keliling nyari pokemon di bsd city apesnya lagi batrenya abis terus gue minta maaf ama tu bocah. Alhamdulillah itu bocah ngasih uang ke gue cepek," tulis Fajar mengungkapkan kekesalannya.

Demam Pokémon juga dialami Amalia Utami, 24 tahun. Pegawai bank swasta di kawasan Thamrin, Jakarta, ini bisa menghabiskan waktu sampai lima jam hanya untuk bermain Pokémon Go. "Setiap 15 menit saya buka ponsel untuk lihat Pokémon, siapa tahu ada di sekitar meja kerja," katanya pekan lalu. Hanya lima hari bermain, dia sudah mencapai level 11 dan mengumpulkan 59 Pokémon. Monster terkuat yang didapatnya adalah Pinsir dengan nilai Combat Poin mencapai 669.

Budi Gunadi Sadikin, mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, tak ingin ketinggalan. Awalnya ia menonton siaran di televisi yang menyebutkan harga saham Nintendo naik pesat. "Harga saham Nintendo naik, anak saya yang laki-laki kok juga sibuk jalan-jalan bawa ponselnya. Rupanya disebabkan Pokémon Go," ujarnya pekan lalu. Saat ini Budi memiliki 14 jenis Pokémon dan sudah memasuki level 4. Ia mengaku memainkannya saat senggang. "Awalnya mencoba saja, biar tahu perkembangan zaman."

Dunia memang tengah dilanda demam berburu monster virtual dalam game Pokémon Go. Belum seumur jagung keberadaannya, popularitas aplikasi game untuk telepon seluler berbasis Android dan iOS buatan Niantic Labs untuk perusahaan game Jepang, Nintendo, itu langsung meledak. Harga saham perusahaan ini bahkan melambung hingga 25 persen hanya dua hari sejak game tersebut diluncurkan. Jika ditotal, kenaikan harga saham Nintendo mencapai US$ 7 miliar atau setara dengan Rp 91,9 triliun.

Lantas apa yang membuat orang tergila-gila pada Pokémon Go? Kata kuncinya adalah augmented reality. Berkat teknologi ini dan dipadukan dengan kamera ponsel, karakter fiktif Pokémon muncul di alam nyata, bisa di bawah meja, di pohon, atau di jalan raya. Untuk menangkap Pokémon sebanyak-banyaknya, pemain bahkan harus berjalan hingga puluhan kilometer. Dalam menentukan lokasi monster kecil ini, para pemain dipandu global positioning system (GPS) di peta online.

Pokémon Go adalah pengembangan dari game online multipemain berbasis GPS bernama Ingress, yang dibuat pendiri Niantic, John Hanke, pada 2012. Menurut Hanke, beberapa situs Pokémon Go dibangun berdasarkan lokasi, termasuk di titik terpencil yang dikunjungi para pemain Ingress. "Tempat paling populer dijadikan lokasi PokeStop dan Gyms," kata Hanke, yang 16 tahun lalu merilis Keyhole, aplikasi peta online berbasis GPS dan merupakan cikal-bakal Google Earth.

Para pemburu Pokémon benar-benar mengejar monster itu ke mana saja di dunia nyata, seperti di jalan, gedung bersejarah, tempat ibadah, museum, bahkan kuburan. Tak jarang petualangan itu berakhir dengan kecelakaan. Kepolisian di Amerika Serikat sudah mengeluarkan peringatan agar berhati-hati saat bermain Pokémon Go.

Sejumlah pemburu Pokémon juga mendatangi lokasi-lokasi yang seharusnya tak jadi tempat bermain. Ada Pokémon yang dilaporkan terdeteksi di Museum Sejarah Holocaust dan Monumen Veteran Perang Vietnam di Washington, Tugu Peringatan Serangan 11 September 2011 di New York, hingga Museum Auschwitz—bekas kamp konsentrasi Nazi Jerman—di Polandia.

Museum Sejarah Holocaust di Washington rupanya ditandai sebagai PokeStop, yakni lokasi strategis perburuan Pokémon dan bonus game. Setidaknya ada tiga PokeStop ditemukan di dalam museum itu. Seorang pemain mengunggah gambar Koffing, Pokémon dengan senjata gas beracun, melayang di dalam museum di dekat tanda Auditorium Helena Rubinstein. Padahal ruangan itu berisi testimoni sejumlah orang Yahudi yang lolos dari kamar gas Nazi Jerman.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang ada, Pokémon Go saat ini menjadi aplikasi gratis terlaris di toko aplikasi. Pengguna harian Pokémon Go melebihi pemakai aplikasi kencan Tinder dan melewati jumlah pengguna Twitter sehari-hari. Lima persen dari semua perangkat Android di Amerika Serikat sudah dipasangi Pokémon Go. Data SurveyMonkey Intelligence menunjukkan ada sekitar 21 juta orang di Amerika yang bermain Pokémon Go setiap hari.

Sukses Pokémon Go mematahkan rekor aplikasi Clash Royale, yang menjadi game favorit di Amerika Serikat tahun ini. Pokémon Go juga melibas Candy Crush Saga, aplikasi game terfavorit sepanjang masa yang dirilis King empat tahun lalu.

Saking banyaknya yang memainkan Pokémon Go, server Nintendo pun jebol. Akibatnya peluncuran Pokémon Go secara global tertunda. Meski Niantic menyatakan peluncuran Pokémon Go di kawasan Eropa dan Asia hanya tinggal menghitung hari, para penggila game di kawasan itu sepertinya sudah tak sabar menunggu. Kekecewaan terbesar dialami para gamer di Jepang. Negara tempat lahir Pokémon itu justru dilewati. "Harap sabar menunggu, sebentar lagi," kata Kento Suga, Manajer Pemasaran Niantic untuk wilayah Asia.

Penggemar Pokémon di Cina tak kalah geram lantaran tak bisa segera menikmati Pokémon Go. Padahal penduduk negeri itu adalah konsumen video game terbesar di dunia. Tahun lalu mereka menghabiskan hingga US$ 22,3 miliar untuk bermain video game. "Aku sudah mencoba segalanya untuk mendapatkan Pokémon Go, tapi selalu gagal," tulis pengguna situs microblogging Weibo seperti dilaporkan Time.

Pemilik ponsel Android sebenarnya bisa mengunduh game ini dari situs pihak ketiga penyedia layanan Android Application Package (APK). Salah satu yang terpopuler adalah APK Mirror. Satu hari setelah Pokémon Go dirilis, traffic APK Mirror melejit hampir 400 persen atau mencapai lebih dari 4 juta pengakses. "Dapat link dari teman di Path dan tidak sulit mengunduhnya," ucap Amalia. Hanya, pemasangan aplikasi tak resmi ini berisiko terkena malware alias program jahat.

Adapun pengguna iPhone bikinan Apple bisa mengunduh Pokémon Go dengan sedikit "merusak" perangkat lunak gawai mereka. Trik lain adalah dengan meminjam akun Apple ID orang lain, seperti yang dilakukan Annetya Hapsari, 28 tahun, pegawai perusahaan swasta di bilangan Sudirman, Jakarta. Dia menggunakan akun temannya yang berada di Amerika Serikat. "Jadi bisa mengunduh permainan ini tanpa mengubah apa pun di iPhone," ujarnya. Tertarik mencoba?

Gabriel Wahyu Titiyoga, Maya Nawangwulan, Inge Klara Safitri


Istilah dalam Pokemon Go

Trainer
Pengguna aplikasi Pokémon Go.

Pokémon
Monster-monster mungil yang ditangkap untuk dilatih.

PokeBall
Bola merah-putih yang digunakan untuk menangkap Pokémon.

PokeStop
Lokasi yang ditandai di peta untuk mendapatkan Pokeball dan bonus lainnya.

Pokémon Gyms
Lokasi bagi para trainer untuk bertarung menggunakan Pokémon. Pemenang bisa mengontrol Gyms dan mendapatkan hadiah. Seperti PokeStop, Gyms juga sudah ditandai di peta.

Egg
Berisi Pokémon yang bisa ditetaskan pemiliknya dengan berjalan.

Evolve
Perubahan Pokémon menjadi kuat lewat sejumlah rangkaian latihan dan pertarungan.

Candle, Stardust, Potion
Bonus yang bisa didapat selama permainan dan dapat dipakai untuk mengembangkan kemampuan Pokémon atau dalam pertarungan.

SIMILARWEB | GOOGLE TRENDS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus