Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA sebuah siang, 1 Maret 2008.
Kemas Yahya Rahman: Halo.... Artalyta Suryani: Ya, siap.... Kemas: Sudah dengar pernyataan saya? He-he-he.... Artalyta: It’s good... very good. Kemas: Jadi tugas saya sudah selesai, he-he-he.... Artalyta: Siap....
Inilah fragmen percakapan telepon seluler hasil sadapan Komisi Pemberantasan Korupsi yang diputar pada sidang Artalyta di Jakarta pekan lalu. Kala itu Kemas menjabat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus dan Artalyta diduga merupakan tangan kanan Sjamsul Nursalim, bos Gajah Tunggal, yang terbelit kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.
Komisi antikorupsi memang memiliki wewenang untuk menyadap telepon tersangka korupsi. Dengan cara ini, komisi itu sudah menjebloskan banyak koruptor ke bui. Tapi, tidak lama lagi, Komisi mungkin bakal kesulitan menyadap telepon para tersangka kasus korupsi. Gara-garanya: Celebes.
Selular Bersandi—ini nama panjang peranti tersebut—adalah teknologi antisadap telepon seluler buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Lembaga riset pelat merah itu memperkenalkan teknologi ini tiga pekan lalu di Jakarta.
Sejatinya, pemerintah dan militer yang banyak membutuhkan alat antisadap itu. Soalnya, menurut Mohammad Mustafa Sarinanto, pakar telekomunikasi yang terlibat dalam pembuatan Celebes, ada indikasi sadap-menyadap makin marak saja—baik demi kepentingan bisnis maupun intelijen negara. Misalnya, akhir tahun lalu Kantor Bea dan Cukai Bandar Udara Soekarno-Hatta menyita satu paket penyadap telepon. Alat itu sedianya akan dikirimkan ke sebuah alamat yang ternyata adalah Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.
Yang jadi soal, masyarakat juga boleh membeli Celebes. ”Alat ini diperlukan oleh mereka yang perlu berkomunikasi secara rahasia,” ujar Reza Koraag, Manajer Pemasaran PT Dian Karya Sarana, yang didapuk memasarkan Celebes.
Dibanderol Rp 100 juta, sudah termasuk handset, Celebes saat ini sudah terjual kepada 20 pemakai. ”Mereka orang-orang yang tidak ingin terganggu privasinya,” ujar Reza.
Mustafa menyadari Celebes—seperti halnya setiap teknologi—memiliki sisi buruk. Itu tadi, alat ini dipakai untuk menyembunyikan perbuatan jahat. Tapi, kata Mustafa, meski dijual untuk umum, Celebes tak bisa dimiliki sembarang orang. ”Calon pembeli diverifikasi lebih dulu untuk memastikan alat ini tidak disalahgunakan,” ujarnya.
Celebes hadir dengan fitur antisadap yang lengkap: untuk suara ataupun teks pesan pendek (short message service). ”Jika yang disadap SMS, penyadapnya tak akan bisa membaca pesan itu karena teksnya sudah diubah menjadi deretan huruf tanpa makna,” kata Mustafa.
Bagaimana dengan suara? Penyadap hanya akan mendengar bunyi dengingan di telepon. Bunyi tak nyaman ini sebenarnya suara percakapan, tapi suara itu sudah disulih sehingga seperti tidak bermakna. ”Penyandian dilakukan di server di Internet, sebelum suara itu dikirim ke operator telepon seluler,” ujar Mustafa.
Sekali terenkripsi, suara itu aman dari penguping. Anggota tim pembuat Celebes lainnya, Dwidharma Priyasta, mengklaim teknologi enkripsi yang dipakai Celebes tak gampang diurai. ”Teknologinya hasil kerja sama dengan Lembaga Sandi Negara,” ujarnya. Teknologi itu, dia melanjutkan, akan terus diperbarui dari waktu ke waktu. ”Sehingga sekalipun saluran telepon bisa disadap, teks dan suaranya tidak akan terbaca atau terdengar,” kata Dwidharma.
Penyulihan itu bukan tanpa efek samping. Misalnya, kedatangan suara dan teks menjadi terlambat sekitar satu detik. ”Tapi delay ini tidak terjadi jika komunikasi dilakukan antarsesama pengguna Celebes,” ujar Mustafa.
Selain itu, tak perlu telepon seluler supercanggih untuk menjalankan aplikasi Celebes. Aplikasi antisadap ini bisa berjalan di atas sistem operasi Symbian 9 edisi ketiga, yang dilengkapi koneksi General Packet Radio Service, 3G, atau Wi-Fi. Handset yang dapat menjalankan program ini, di antaranya, Nokia E90, N73, N82, atau N81. ”Kami masih mengkaji aplikasi Celebes pada sistem operasi lainnya, seperti Mobile Windows,” ujar Mustafa.
Bukan hanya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang menawarkan teknologi ini. Di Internet, perangkat antisadap itu berserakan. Untuk peranti pengaman suara, ada di situs seperti www.cellcrypt.com yang bermarkas di Inggris, www.god-lock.com di Israel, atau www.securegsm dari Australia. Adapun pengaman pesan pendek bisa diperoleh melalui situs www.celltrust.com dari Amerika Serikat atau www.sms007.cz dari Republik Cek.
Semua situs itu menawarkan sandi yang sulit dipecahkan, yakni RSA 2048 bit dan AES 256 bit. Sekadar gambaran, sandi ini bisa diprogram untuk memiliki lebih dari 300 juta kunci kombinasi dan bisa berubah setiap saat sesuai dengan keinginan. Mereka juga menjanjikan program antisadapnya bisa dipakai di setiap negara dengan mudah, asalkan handset-nya sesuai.
Beberapa aplikasi bekerja tanpa perlu server Internet seperti Celebes. Cellcrypt—sekadar contoh. Syaratnya, operator harus memiliki fasilitas Circuit Switch Data sehingga handset pemakai bisa menjadi modem. Tapi mekanisme ini bukan tanpa kelemahan. Mustafa mengatakan Celebes pernah dijajal dengan sirkuit ini, tapi ternyata aplikasinya menjadi lambat dan sering gagal. ”Ada kendala keterbatasan infrastruktur di Indonesia,” ujarnya.
Tentu saja, tak ada antisadap jika tak ada alat penyadap. Faktanya, perangkat aplikasi untuk menyadap telepon seluler juga mudah diperoleh di Internet, seperti halnya peranti antisadap. Ada, misalnya, E-stealth atau Flexispy. Pembuat kedua peranti ini mengklaim penyadapan oleh alat mereka supercanggih dan tanpa jejak.
Misalnya, penyadapan itu tak memberikan pengaruh apa pun terhadap telepon seluler yang disadap: baterai tak menjadi boros, tak ada panas, tak ada bunyi saat didekatkan ke pengeras suara. Padahal inilah tanda-tanda awal bahwa telepon seluler itu sedang dikuping orang (lihat boks: ”Tiga Menguak Tabir”).
Tapi agaknya tak banyak yang peduli teleponnya disadap orang. Ruli Anwar, yang memiliki toko di Roxy Square dan menawarkan telepon seluler antisadap melalui Internet, mengaku alatnya belum laku satu pun. ”Peminatnya belum ada,” ujarnya.
Yandi M.R.
3 Menguak Tabir
Lauren Weinstein dari Vortex Teknologi, perusahaan jaringan Internet, memberikan tip bagaimana mengidentifikasi adanya penyadapan telepon seluler. Berikut ini tanda-tanda yang harus diwaspadai menurut Weinstein.
1. Lihat kondisi baterai. Semua telepon seluler bekerja dengan kekuatan baterai. Semakin banyak kegiatan, baterai semakin cepat terkuras. Nah, Anda mesti waspada jika baterai lebih cepat susut pada pemakaian normal.
2. Periksa suhu handset. Telepon seluler yang dicurigai ditunggangi penumpang gelap biasanya menjadi panas meski tidak terpakai.
3. Suara berisik. Dekatkan telepon seluler ke pengeras suara dalam keadaan menyala tapi tidak sedang dipakai. Suara berisik bisa menjadi tanda adanya penyadapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo