Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas konten bukan kunci tunggal untuk menjadi kreator TikTok yang sukses. Selain memberi tontonan yang bagus, para kreator harus mengerti rumus tertentu untuk mendongrak keterjangkauan atau engagement konten. Target itu bergantung pada kata kunci atau keyword, serta nilai edukasi yang ditawarkan kepada pengguna media sosial milik ByteDance Ltd tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa konten kreator yang ditemui Tempo di Jakarta Selatan pada Rabu, 29 Mei 2024, berbagi tips ihwal pentingnya engagement dibanding konten yang viral sesaat. Brand Activation Senior Manager Blu by BCA Digital, Rudini Triyadi, mengatakan minat penonton akun TikTok entitasnya dipancing dengan sejumlah trik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Misalnya memadukan hastag (tagar) dan keyword yang cocok, lalu memilih sound yang lagi viral di TikTok,” kata Rudini di sela pengumuman TikTok Ad Awards 2024.
Pemakaian tagar juga tidak sembarangan. Tim pengelola akun Tiktok Blu by BCA yang sudah berdiri selama tiga tahun itu memakai tagar yang berhubungan erat dengan konten. Lini digital PT Bank Central Asia Tbk itu membesut beragam tema video vertikal, mulai dari edukasi, finansial, dan sebagainya.
"Membangun akun organik dari bawah itu susah, kadang hanya ditonton 100-200 saja. Angka ribuan itu bahkan sudah besar kalau untuk awal-awal," tutur Rudini,
Menurut dia, mengawal interaksi di kolom komentar lebih sulit ketimbang membuat konten yang viral. Jika sebuah akun berhasil mengelola engagement, konten yang diunggah akan bertahan lama dan ditonton banyak pengguna TikTok.
Head of Channel E-commerce OMG, Meinar Dyan, memastikan tidak ada rumus baku untuk menyusun kombinasi keyword, suara latar, serta tagar di TikTok. Konten yang sempat viral pun suatu saat bisa sepi penonton, bahkan tidak dikunjungi lagi.
“Konten TikTok itu harus banyak diuji coba, testing juga harus banya,” kata Dyan, dalam acara yang sama. “Trik yang dipakai sekarang belum tentu berguna dua atau tiga bulan kemudian.”
Dyan menyarankan para kreator pemula untuk belajar copywriter—ilmu menulis kreatif dan persuasif—sebelum menggeber konten di Tiktok. Seni untuk menarik perhatian penonton pada lima detik pertama konten TikTok sangat penting untuk mempertahankan engagement. Kreator harus memahami umpan klik alias clickbait yang tepat untuk mengail penonton.
"Ketika video baru muncul di beranda penonton, jangan sampai mereka langsung swipe (pindah konten) karena tidak menarik,” ucap dia.
Kata TikTok Soal Rumus Konten Viral
Senada dengan Dyan, Head of Business Marketing TikTok Indonesia, Sitaresti Astarini, membenarkan bahwa algoritma TikTok bersifat acak dan tidak pasti. Kreator diminta aktif mengikuti tren yang sedang berkembang di platform tersebut.
Konten yang ditawarkan di TikTok, kata dia, harus mengandung nilai edukasi. Iklan sekalipun perlu dibalut dengan ide yang kreatif.
“Para pengiklan jangan hanya fokus ke jualan produk saja. Berikan pemahaman kepada penonton untuk mengetahui isi produk dan fungsinya juga,” kata Resti, sapaan akrab Sitaresti,
Resti menilai TikTok berkembang menjadi salah satu ekosistem toko digital yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia. "Kita sering melihat iklan bertebaran di TikTok. Platform ini mulai digunakan sebagai media untuk berjualan.”
Pilihan Editor: Pertanyakan Keseriusan Proyek Air Bersih di Jakarta dan IKN, Walhi: Sering Kali Hanya Klaim