Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WAP adalah suatu format komunikasi yang spesifikasinya bersifat global dan terbuka. Berkat format yang diperkenalkan pertama kali pada Juni 1997 ini, sebuah telepon seluler (ponsel) GSMglobal system for mobile communicationdapat berinteraksi dengan beragam informasi dan layanan di internet. Adapun situs WAP adalah situs yang menyediakan layananbaik data maupun jasayang bisa diakses melalui ponsel WAP. Boleh dibilang, kemunculan situs penyedia layanan WAP merupakan buntut dari keluarnya ponsel berstandar tersebut.
Bagaimana fenomena kemunculan situs-situs yang menyediakan layanan WAP seperti itu mesti dilihat? Harian Asian Wall Street Journal (AWSJ) edisi 16 Mei melaporkan, ponsel berfasilitas WAP sejatinya masih merupakan perangkat yang eksotis bagi pasar Asia. Sebagian besar pengakses internet tetap mengandalkan komputer dan baru sedikit yang memilih ponsel WAP sebagai alternatif. Sayang, AWSJ tak menyebut angkanya. Kebanyakan operator telekomunikasi pun baru dalam taraf coba-coba (trial basis) untuk menawarkan layanan WAP.
Mengutip keterangan Wakil Presiden Senior Nokia Asia-Pasifik, Nigel Litchfield, AWSJ menunjuk minimnya jumlah produk yang tersedia di pasar sebagai salah satu penyebab lambatnya popularitas WAP dan situs yang memfasilitasinya. Selain itu, kemampuan ponsel WAP sendiri masih terbatas. Ia baru mampu mengakses teks dan grafik sederhana. Padahal, selain pada aspek gaya dan warna, konsumen Asia sangat menaruh perhatian pada fungsionalitas dan teknologi sebuah ponsel. Walhasil, fenomena WAP, baik dalam bentuk ponsel maupun situs, belum begitu memikat konsumen atau pengguna internet pertama.
Di Indonesia, situasinya nyaris tak jauh berbeda dengan yang ditulis AWSJ. Nokia boleh dikata melaju sendirian sebagai penyedia ponsel WAP setelah Januari silam perusahaan telepon genggam Finlandia ini memperkenalkan Nokia 7110, mendahului produsen lain. Pembuat ponsel yang lain, meski sudah memiliki produk sejenis, belum secara resmi menjualnya di Indonesia.
Setelah lima bulan beredar, tidak ada data resmi mengenai daya serap pasar terhadap Nokia 7110. Manajer Umum Nokia Mobile Phones Indonesia, Shaun Colligan, pun hanya menjawab diplomatis bahwa produk tersebut sangat populer. Distributor-distributor Nokia, misalnya, melaporkan adanya minat yang tinggi terhadap ponsel itu. Tapi, sekali lagi, tidak ada angka penjualan yang diumumkansesuatu yang sejatinya menyulitkan analisis.
Satu-satunya yang bisa dijadikan patokan mungkin penjelasan Manajer Pelaksana InTouch, Kendro Hendra. InTouch adalah operator penyedia layanan WAP pertama di Indonesia. Menurut Kendro, sejak beroperasi perdana April lalu hingga saat ini, pihaknya berhasil mengoleksi 5.000 pelangganatau kurang dari setengah persen dari semua pelanggan ponsel di Indonesia, yang mencapai sekitar 2,1 juta orang.
Dari fakta tersebut, wajar jika para penyedia layanan WAPyakni perusahaan internettampak seperti belum terlalu antusias menyediakan layanan mengingat jumlah pemilik ponsel WAP masih sedikit. Situasinya seperti pertanyaan lebih dulu mana antara telur atau ayam. Artinya, mereka menunggu pemilik ponsel WAP mencapai jumlah tertentu, baru kemudian menyediakan layanan, atau sebaliknya, mereka menyediakan layanan dulu untuk mendorong naiknya kepemilikan ponsel WAP.
Bila demikian kenyataannya, bagaimana peluang perusahaan internet untuk mengeruk keuntungan melalui situs-situs atau penyedia content WAP? Kendro mengakui, perolehan tahunannya untuk saat ini melulu hanya dari produsen ponsel (sebagai sponsor) yang memberikan layanan WAP secara cuma-cuma kepada pembeli ponsel WAP.
Kelak, ia merencanakan beberapa model bisnis yang mungkin dapat dilakukan untuk mengeduk untung, misalnya melalui penarikan biaya langganan dari pemakai, komisi penjualan e-commerce, dan iklan. "Atau melalui pola bagi hasil dengan operator," kata Kendro, "Kami masih menjajaki semua kemungkinan tersebut." Walhasil, masih terlalu dini memang untuk mengevaluasi peluang bisnis dan sukses-tidaknya WAP di Indonesia.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo