Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Navigasi dalam Genggaman

Nokia meluncurkan telepon seluler dengan aplikasi GPS. Minim detail peta.

10 September 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI harus jadi pegangan bagi mereka yang tukang nyasar. Maklum, Jakarta ruwet dan macet. Tata kota dan jalan tak teratur seperti New York. Bagi pengamat telematika yang berdomisili di Jakarta, Roy Suryo Notodiprojo, cara untuk mengatasi Jakarta adalah dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).

”Ke mana pun pergi, saya selalu membawa GPS, baik yang berupa mo­dul maupun yang menyatu dalam telepon genggam,” katanya. Jika sedang menumpang taksi, ia bahkan kerap mengarahkan sopir memilih jalan untuk sampai ke tujuan.

GPS, apalagi yang terintegrasi dengan pernik telepon seluler, memang lebih praktis dibanding membawa peta atau berkali-kali berhenti untuk bertanya kepada orang lain. Pengendara akan lebih percaya diri di jalan, dan penumpang taksi bisa tahu jika sopir melintasi jalan yang tidak semestinya dilewati. Inilah yang membuat produsen asisten digital (PDA) dan telepon seluler mulai melengkapi peralatannya dengan fitur GPS.

Pekan lalu, Nokia meluncurkan seri terbaru telepon seluler yang sudah dilengkapi GPS, N 6110. Ini adalah generasi kelima ponsel yang memiliki GPS yang diluncurkan vendor telepon asal Finlandia itu. Yang membedakan seri ini dengan pendahulunya adalah chip GPS yang dilengkapi tiga aplikasi digital, yaitu Route 66, Nav-Fone, dan SoloMap. Nav-Fone adalah peta yang paling lengkap dan detail untuk Kota Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Bagi pemilik telepon yang berada di luar empat kota itu, Nokia bekerja sama dengan penyedia peta solo digi­tal, Solo System, untuk melengkapi aplikasi peta yang disebut SoloMap. Product Marketing Manager Nokia Indonesia Dominikus Susanto mengatakan SoloMap mencakup semua kota besar di Jawa, Sumatera, Madura, dan Bali. Tapi peta ini hanya bisa didapat dengan membeli CD, yang kemudian di-install ke telepon seluler.

Untuk mulai bernavigasi, cukup menekan tombol Navigator. Selanjutnya, monitor akan menunjukkan posisi pemegang telepon dalam bentuk panah berwarna merah. Bagi yang tak tahu jalan ke tempat yang dituju, ada pilihan untuk memasukkan nama jalan atau tempat favorit yang sudah tersedia dalam daftar. Monitor akan menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Selain gambar, ada suara pemandu.

Menurut Dominikus, chip Navigasi dilengkapi dengan fitur Assistant Global Positioning System (AGPS). Ini adalah aplikasi untuk mendeteksi si­nyal-sinyal satelit navigasi sehingga mempercepat proses penangkapan si­nyal. AGPS mendeteksi 24 satelit GPS yang mengelilingi bumi. Semua satelit itu milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat. ”Siapa saja bisa menang­kap sinyal satelit itu. Gratis,” katanya.

Dari 24 satelit, maksimal hanya 12 satelit yang bisa tertangkap sinyalnya. Sebab, semua satelit tersebar mera­ta di seluruh muka bumi. Jadi, separuh muka bumi terekam oleh 12 satelit. Tapi sangat jarang terjadi ke-12 satelit itu tertangkap sekaligus. Untuk dapat mengetahui posisi sebuah benda di bumi, setidaknya chip GPS harus menangkap tiga sinyal satelit. Dengan tiga sinyal satelit, kesalahan akurasi yang didapat tak lebih dari 15 meter.

Namun itu bukan berarti telepon seluler ber-GPS akan mengantar Anda mulus sampai tujuan. Sebab, perangkat lunak yang ada di dalam telepon belum dilengkapi dengan data yang sangat detail tentang karakter jalan. ”Telepon ini nggak tahu mana jalan yang ditutup atau searah,” kata Bayu Anggoro, 32 tahun, karyawan perusahaan otomotif di Cawang, Jakarta Timur. Kalau sudah begini, Bayu pun mengandalkan na­luri atau bertanya ke orang lain.

Dominikus mengakui bahwa informasi detail seperti itu memang belum tersedia karena memerlukan penelitian khusus dan data lebih besar untuk memasukkannya ke telepon. Lagi pula, penutupan jalan bisa terjadi kapan saja. ”Misalnya ada hajatan, siapa yang tahu,” ujarnya. Setidaknya, kata dia, di samping jalan yang ditunjukkan dalam peta (jalan yang diberi garis biru), ada jalan lain yang terpampang sehingga menjadi alternatif mencapai tujuan.

Toh, Nokia N 6110 masih lebih baik dibanding pendahulunya, N 95 atau Communicator terbaru E 90—keduanya berbasis kartu chip GSM. Aplikasi teknologi GPS pada kedua seri itu membuat pengguna merasa tidak nyaman karena akses sambungan ke satelit memakan waktu terlalu lama. ”Ini karena belum dilengkapi fitur AGPS. Fitur ini mendengar seluruh sinyal satelit sehingga pencarian sinyal berlangsung lebih cepat,” kata Dominikus.

Roy Suryo mengatakan,­ meski belum dimanfaatkan maksimal, teknologi GPS pada telepon seluler akan terus berkembang dan menjadi kebutuhan. Seperti aplikasi lain pada ponsel, misalnya kamera, pemutar musik, dan Internet, pada awal perkenalannya aplikasi ini memang tidak langsung mendapat respons ramai. ”Karena orang berpikir sudah ada kamera, radio, dan komputer. Tapi, se­iring dengan waktu, aplikasi itu menjadi kebutuhan,” kata Roy.

Roy mengatakan, secara tak sadar sebenarnya fungsi GPS sudah sangat diperlukan. Saat seseorang menghubungi telepon seluler, pasti ada pertanyaan: ”Sedang di mana?” ”Orang memiliki rasa ingin tahu yang besar soal keberadaan lawan bicaranya,” kata Dominikus. Menurut dia, ini menjadi alasan Nokia—vendor telepon seluler pertama—meluncurkan ponsel ber-GPS, termasuk dua seri yang berbasis chip CDMA.

Sebelum Nokia, aplikasi GPS pada gadget menjadi monopoli PDA. E-Ten, produsen PDA Taiwan, meluncurkan Glofiish X500 yang disebut-sebut sebagai PDA paling tipis saat ini. Dengan sistem ope­rasi Windows Mobile, fasilitas GPS cukup dikendalikan melalui layar sentuh. Selain itu, ada PDA Phone Dopod D 810 yang diluncurkan Februari lalu. Aplikasi GPS Dopod bahkan bisa memberi angka koordinat lokasi pada foto yang dijepret.

Adek Media


Mencari Posisi GPS

  1. Untuk mengetahui posisi GPS (atau posisi Anda sendiri), diperlukan setidaknya sinyal dari tiga satelit. Pengukuran posisi GPS didasari sistem pengukuran matematika yang disebut dengan triliterasi, yaitu pengukuran suatu titik dengan bantuan tiga titik acu.
  2. Misalnya Anda berada di kota A (di sini kota dianggap sebagai titik), tapi Anda tidak mengetahui di mana tepatnya posisi Anda. Untuk mengetahui posisi, Anda bertanya kepada seseorang. Orang itu menjawab bahwa Anda berada 2 kilometer dari kota B. Jawaban ini tidak memuaskan karena Anda tidak tahu apakah Anda di sebelah selatan, utara, barat, atau timur kota B.
  3. Kemudian Anda bertanya kepada orang kedua dan mendapat jawaban bahwa Anda berada 5 kilometer dari kota C. Dengan jawaban ini, Anda sudah dapat membayangkan di mana posisi anda. Hanya ada kemungkinan dua titik berbeda yang berpotongan antara lingkaran dengan radius kota A dengan kota B dan lingkaran dengan radius kota A dengan kota C.
  4. Untuk lebih memperjelas, Anda memerlukan orang ketiga, misalnya Anda berada satu kilometer dari kota D. Dengan demikian, Anda mendapatkan perpotongan antara lingkaran dengan radius jarak kota A ke kota B, lingkaran antara kota A dan kota C, dan lingkaran antara kota A dan kota D. Dalam GPS, kota A adalah alat penerima GPS, kota B, C, dan D adalah satelit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus