Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah orang mengeluh tak bisa mengakses layanan obat gratis dari Kementerian Kesehatan usai terkonfirmasi positif Covid-19 melalui tes PCR. Mereka telah mengikuti anjuran tracing demi bisa berperan membatasi penularan penyakit itu di tengah keluarga dan lingkungan masing-masing, namun ternyata jalur layanan telemedisin yang berlanjut ke pengiriman paket obat gratis tak semudah yang dikira, padahal mereka berada dalam wilayah layanan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengalaman Tempo dan kerabat yang menjalani jalur tersebut menemukan titik pangkal persoalan ada pada awal begitu hasil tes positif PCR didapat. Jika proses pendataan identitas yang dilakukan oleh petugas laboratorium ataupun petugas medis di pusat layanan kesehatan benar, hasil positif itu akan segera diikuti dengan notifikasi dari Kementerian Kesehatan yang dikirim via ponsel. Isinya menyatakan kalau si penerima--disertai data NIK--telah terdata sebagai pasien positif Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini, kok saya gak terima ya padahal sudah lewat beberapa hari sejak tes PCR," kata seorang kerabat. Dia tes PCR mandiri di RSUD setempat di Ibu Kota dan dinyatakan positif. Tapi, sejak itu pula dia tak mendapat petunjuk untuk bisa mengakses layanan paket obat gratis dari Kementerian Kesehatan. Dalam notifikasi pesan singkat yang semestinya segera diterimanya sebagai pasien positif Covid-19, dicantumkan panduan untuk pemakaian fasilitas ISOMAN GRATIS berupa konsultasi dokter dan pengobatan dari Kemenkes.
Warga saat mengikuti tes antigen dan PCR massal di Krukut, Tamansari, Jakarta, Selasa 11 Januari 2022. TEMPO/Subekti.
Itu sebabnya, ketika dia mencoba mengakses link isoman.kemkes.go.id, NIK-nya tak dikenal sebagai pasien positif sehingga proses pengajuan resep obat gratis tak bisa berlanjut. "Yang seperti ini banyak juga, mereka mencoba 'menerobos' ke layanan obat gratis tapi tidak bisa karena NIK nya tak terdaftar (sebagai pasien positif)," ujar Irwan Heriyanto, dokter yang juga Ketua Tim Medis di Halodoc.
Dalam keterangannya, Irwan menekankan dua syarat awal perihal mendapatkan obat gratis ini. Pertama, program ini khusus untuk pasien Covid-19 gejala ringan atau tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri. Kedua, harus mendapatkan notifikasi lewat pesan dari Kemenkes tersebut--yang di dalamnya juga memuat kode voucher untuk digunakan saat menjalani telemedisin di satu platform tertentu dan mendapatkan layanan konsultasi gratis dari dokternya.
Itu artinya, tahapan konsultasi dokter via telemedisin wajib dilalui. Pengalaman Tempo di tahapan ini adalah pentingnya berkonsultasi sejelas mungkin sekalipun harus melakukannya secara tertulis. Dari gejala yang dipahaminya, dokter akan meresepkan pertama-tama apakah kita akan diberikannya obat gratis dari pemerintah berupa Paket A atau B. Yang pertama ditujukan kepada pasien yang tidak bergejala dan karenanya hanya berisi multivitamin.
Paket B akan memuat pula obat antivirus dan parasetamol karena pasien bergejala. Obat antivirus inilah yang cukup mahal jika harus ditebus mandiri, karenanya pastikan jika memang bergejala dokter meresepkan yang Paket B.
Proses konsultasi yang jelas juga memudahkan dokter telemedisin meresepkan obat tambahan di luar paket, sesuai gejala atau kondisi kita. Resep digital dari dokter di tahap ini nanti yang diunggah di link isoman.kemkes.go.id. Nah, di bagian ini agak membingungkan karena apapun isi resep, sepanjang apapun jenis obat yang ditulis di sana, yang akan dikirim nantinya dari Apotek Kimia Farma terdekat adalah paket obat gratis, A atau B, tersebut. Itu sebabnya tak ada pembayaran apapun hingga di titik ini.
Layanan Telemedisin bagi pasien isoman. Foto: Istimewa
Seandainya, jenis-jenis obat lain dalam resep itu dibutuhkan, inilah yang harus ditebus mandiri alias berbayar. Caranya, kembali ke platform telemedisin dan ikuti cara pembelian obat di sana. "Sistem dari pemerintah memang baru seperti itu," kata Irwan.
Catatan lain adalah proses pengiriman obat gratis yang membuat kita harus menunggu. Tempo menerima paket obat itu di tangan setelah berselang lebih dari 24 jam dari status tebus obat sedang diproses. Tentang ini Irwan tak terkejut karena berbagai alasan. Di antaranya adalah beban di setiap apotek Kimia Farma, atau lokasi si pasien termasuk memiliki positivity rate Covid-19 tinggi sehingga banyak yang harus dilayani.
"Jadi tunggu saja, paling besok datangnya," kata dia dan terbukti. Tempo membandingkan waktu pengiriman obat gratis itu dengan yang tebus obat tambahan mandiri yang jauh berbeda.
Berikut ini keterangan tentang jenis obat gratis Paket A dan Paket B dari Kementerian Kesehatan:
Pasien Tanpa Gejala (Paket A)
- Multivitamin C, B, E, Zinc - 10 tab
- Untuk semua umur, termasuk ibu hamil,*
- Dosis 10 hari
Pasien Gejala Ringan (Paket B)
- Multivitamin C, B, E, Zinc - 10 Tab
- Favipiravir 200mg - 40 Kap atau Molnuvirapir 200mg - 40 Tab
- Paracetamol 500mg - 10 Tab
- Untuk umur 18+
- Dosis 10 Hari