Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CARA memainkannya simpel. Tampilannya pun sederhana, dalam dua dimensi tanpa disertai grafik rumit. Ukuran file tak terlalu besar, sekitar 2,83 megabita. Tapi justru unsur kesederhanaan dan kemudahan bermain itu yang membuat game Onet mampu memikat siapa pun. Tercatat sudah 4 juta pengguna yang mengunduh aplikasi ini dari Google Play Store.
Onet adalah game puzzle untuk perangkat mobile yang dimainkan dengan cara mencocokkan dua gambar yang sama, baik yang berada berdekatan secara vertikal maupun horizontal tanpa terhalang oleh gambar lain. Untuk naik ke level yang lebih tinggi, pemain harus mencocokkan semua gambar yang sama hingga habis. Itu saja, sangat gampang.
Di balik keberhasilan Onet memikat jutaan pengguna, tak banyak yang tahu bahwa game ini dibuat oleh warga Bandung. Ya, Onet yang bisa diunduh secara gratis di Google Play Store ini dirancang oleh sepasang suami-istri, Refi Rufaidah dan Anugrah Redja Kusuma. Mereka mengembangkan game Onet versi mobile di bawah bendera Grafian Software Crafter.
Pencapaian hingga 4 juta unduhan ini tergolong luar biasa. Rata-rata game mobile buatan pengembang lokal diunduh dalam hitungan ratusan ribu. Sushi Chain, misalnya, game bergenre manajemen waktu besutan Touchten, baru diunduh 1 juta pengguna. Infinite Sky—juga buatan mereka—diunduh 3,3 juta kali. Football Saga (buatan Agate Studio) diunduh oleh lebih dari 150 ribu pengguna—95 persennya orang Indonesia.
Rahasia Onet dalam memikat jutaan orang mirip game Angry Birds besutan Rovio. Keduanya sama-sama tak rumit dan bisa dimainkan siapa saja yang belum pernah mengenalnya. Tak ada batasan usia ataupun bahasa yang digunakan karena memang tak diperlukan kata-kata panjang untuk menjelaskan tujuan permainan.
Mulanya Onet hanya tersedia dalam versi komputer desktop. Game ini populer pada awal 2000-an. Tapi, lantaran orang mulai meninggalkan kebiasaan bermain game di komputer dan beralih ke perangkat mobile, popularitas Onet meredup. Lantas Grafian Software Crafter berusaha banting setir ke perangkat mobile dan meraih sukses.
Refi, yang lahir di Bandung 30 tahun silam, terlecut membuat Onet versi mobile setelah konsep game ini ia ajukan sebagai bahan skripsi di Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia, Bandung. Proposalnya ternyata disetujui dosen pembimbing. Mulailah ia menggarap proyek ini selama dua bulan. Rata-rata pengerjaan lima-enam jam per hari.
Pada Mei 2012, ia berhasil menyelesaikan game ini dan diberi nama Fruit Onet karena gambar ikon yang dipakai adalah buah-buahan. Tak disangka Fruit Onet versi mobile disukai teman-temannya. Lantas Refi mencoba memodifikasi game Onet dengan gambar dan mode permainan yang berbeda, meniru versi aslinya di komputer.
Pada pengembangan selanjutnya, Refi tak bekerja sendiri. Ia dibantu suaminya, Anugrah Redja Kusuma, dalam pembuatan versi terbaru Fruit Onet. "Waktu itu saya belum menguasai pengembangan aplikasi untuk perangkat mobile. Saya dibantu Mas Anugrah," ujarnya.
Dalam membuat game, mereka memanfaatkan kit pengembangan perangkat lunak atau Software Development Kit (SDK) untuk platform Android dan iOS. Untuk Android, mereka memakai Eclipse + ADT (Android Development Tools) + Android SDK. Lalu untuk iOS yang digunakan adalah Xcode + iOS SDK. Pemilihan aplikasi SDK karena dianggap lebih mudah dan tutorial tersedia cukup lengkap.
Android SDK adalah tools application programming interface yang diperlukan untuk memulai pengembangan suatu aplikasi pada platform Android yang menggunakan bahasa pemrograman Java. Android merupakan subset perangkat lunak untuk telepon seluler yang meliputi sistem operasi, middle-ware, dan aplikasi kunci yang dirilis oleh Google.
Sebagai platform aplikasi netral, Android memberi kesempatan kepada siapa saja untuk membuat aplikasi yang bukan bawaan ponsel atau perangkat mobile. "Proses pembuatan hingga rilis awal kira-kira memakan waktu sebulan. Selanjutnya pengembangan masih tetap berjalan untuk perbaikan dan penambahan fitur," kata Anugrah.
Setelah rampung, mereka mendaftarkan aplikasi game Onet ke tiap platform, yakni Google Play Store dan Apple App ÂStore. Mendaftarkan aplikasi ini tentu tak gratis. Di Google Play Store, mereka membayar US$ 25, yang berlaku selamanya. Sedangkan di Apple App Store, biaya yang dikeluarkan US$ 99 per tahun.
Refi bersama Anugrah lantas menyelesaikan versi terbaru hasil pengembangan Fruit Onet dengan menggunakan gambar tokoh-tokoh kartun asal Jepang, Pokemon. Namanya pun berubah menjadi Onet, tanpa embel-embel Fruit. Game ini kemudian populer disebut Onet. Versi inilah yang diunduh 4 juta kali.
Sedang digandrungi, Onet tiba-tiba mendapat masalah. Lantaran menggunakan karakter Pokemon tanpa izin, mereka dianggap melanggar hak cipta. Pada September 2013, game Onet dihapus dari Play ÂStore oleh Google. Tak mau kehilangan pasar, Refi dan Anugrah merilis game Onet dengan tampilan baru. Kali ini karakter yang digunakan adalah hewan.
Lagi-lagi Google menarik game Onet versi baru dari Play Store tanpa memberi tahu alasannya. Surat protes dilayangkan Refi-Anugrah untuk meminta penjelasan. Namun, hingga kini, belum ada respons dari Google. Meski saat ini tak lagi tersedia di Play Store, Onet bisa diunduh melalui situs mereka. "Saat ini kami sedang mengembangkan game Onet yang sesuai dengan aturan main Google Play Store," ujar Anugrah.
Konsultan bisnis online Abang Edwin mengatakan permasalahan pelanggaran hak cipta sering menimpa pengembang aplikasi mobile asal Indonesia. Masalahnya, mereka kurang informasi. Sebelum membuat aplikasi, pengembang semestinya melakukan riset atau penelusuran apakah aplikasi yang akan dibuat tak melanggar hak cipta. "Tidak cukup aplikasi itu keren. Kalau idenya diambil dari tempat lain, ya, namanya melanggar," kata Edwin.
Meski begitu, ia yakin para pengembang aplikasi lokal sangat paham aturan yang harus dipatuhi. Apalagi bisnis aplikasi mobile saat ini memasuki masa puncak yang didorong oleh pertumbuhan media sosial dan semakin tingginya penggunaan perangkat bergerak, seperti ponsel cerdas dan sabak.
Rosalina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo