Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa nyana Ohio, kota besar di Chicago, Amerika Serikat, ternyata lebih kuno dibanding Daejon, kota di Korea Selatan. Tapi itulah yang dirasakan Matt Recnk setiap mudik dari tempat kerjanya sebagai ekspatriat di negeri ginseng itu.
Setiap pulang kampung, Recnk selalu merasa sedang terlempar di lorong waktu, mundur ke masa 15 tahun lalu. Di Daejon, dia dengan mudah mendapatkan akses Internet berkecepatan 8 megabyte per second (Mbps). Hanya dengan sekali klik, semua hiburan, juga pekerjaan, bisa tuntas. Dia bisa mengunduh lagu atau menjalankan situs pribadinya (http://torgodevil.com), main game, membuat penugasan pekerjaan rumah untuk anak didiknya, dan menonton video.
Sebaliknya, di Ohio, yang bisa dia pakai adalah Internet lewat saluran telepon biasa (dial-up)?teknologi yang sudah dipakai sejak 15 tahun lalu. "Duh, sungguh lelet dibanding di Daejon," keluh Recnk seperti dikutip Fortune. "Saya seperti orang cacat di sini."
Recnk bukannya tak mampu menyewa akses Internet seperti yang bisa dia nikmati di Daejon. Gajinya sebagai ekspat di Korea Selatan jauh di atas gaji rata-rata orang Ohio. Masalahnya, di Ohio, salah satu kota termodern Amerika, infrastruktur Internetnya tak secanggih di Daejon.
Internet lelet memang bukan penyakit khas negara miskin seperti Indonesia. Amerika Serikat, negeri nenek moyang Internet, pun mengalaminya. Di negeri ini, hanya 20 persen rumah yang menikmati akses Internet broadband?Internet berkecepatan tinggi. Bandingkan dengan Korea Selatan. Di sini 75 persen rumah sudah terhubung ke jalur Internet supercepat. Maka tak aneh, saat Tempo melawat ke sana beberapa bulan lalu, bukan pemandangan janggal melihat ibu-ibu rumah tangga, bahkan anak kecil, mengakses Internet dari layar monitor yang menempel di pintu kulkas dapur.
Ketimpangan infrastruktur itulah yang memacu 149 perusahaan di Amerika Serikat, Eropa, bahkan juga Cina dan India, untuk mengembangkan teknologi WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access). Ikut bergabung perusahaan raksasa seperti Intel, Fujitsu, Motorola, Nokia, Philips.
WiMAX adalah teknologi yang bisa menyalurkan Internet berkecepatan tinggi lewat gelombang radio sampai radius 50 kilometer. Dengan teknologi ini, pemegang laptop atau PDA (personal digital assistant) bisa mengakses Internet tanpa kabel hampir di seluruh pelosok kota.
Teknologi WiMAX memang pengembangan dari teknologi Wi-Fi (Wireless Fidelity) yang sekarang sudah banyak terpasang di kafe atau pusat belanja di Indonesia. Berkat Wi-Fi, kita bisa mengakses Internet melalui laptop atau PDA sambil menyeruput cappuccino di meja kafe. Semua dilakukan tanpa kabel, persis seperti kita memakai handphone.
Sayang, Wi-Fi memiliki kelemahan, yaitu daya pancar sinyal Internetnya terlalu kecil. Pemakai laptop atau PDA hanya bisa menikmati Internet dalam radius sekitar 90 meter alias hanya di sekitar pemancar yang tersedia di kafe atau mal.
Keterbatasan inilah yang diatasi melalui WiMAX. "WiMAX itu seperti hot spot raksasa," kata Benhur Masfin, Direktur Penjualan Wireless Broadband Motorola Electronic Pte. Ltd., kepada Tempo pekan lalu. Raksasa karena daya pancar sinyal Internet itu tidak lagi 90 meter, tapi melebar hingga 50 kilometer.
Kecepatannya pun melonjak, dari kecepatan Wi-Fi yang rata-rata 11 Mbps ke 74 Mbps. Dengan kecepatan setinggi ini, kita bisa mengunduh sebuah film berformat VCD hanya dalam 17 menit. Kehebatan lainnya, WiMAX mampu menerobos halangan seperti rerimbunan pohon, bahkan beton. Jadi, dengan WiMAX, tak ada masalah bila kita duduk di dalam busway yang melaju di Jalan Sudirman, Jakarta, membuka laptop, lalu berselancar di dunia maya.
Pada 2005, menurut Masfin, teknologi ini sudah mulai diaplikasikan untuk koneksi Internet di rumah-rumah atau perkantoran. Cukup dengan memasang semacam alat penerima sebesar ubin kamar mandi di atap rumah, maka data Internet kecepatan tinggi sudah bisa diakses.
"Ini teknologi paling ampuh dibanding teknologi nirkabel lain," kata Onno W. Purbo, doktor mikroelektronik yang juga pakar jaringan tanpa kabel. WiMAX, menurut dia, sudah jauh melompat ke depan dengan mengusung teknologi 4G (generasi ke-4). Indonesia saja kini baru berkutat untuk bisa menerapkan akses 3G (generasi ke-3)?yang bisa mengusung data, suara, dan video dalam waktu singkat.
Kelebihan inilah yang membuat Altitude Telecom Prancis ngiler berat. Mereka menggandeng Alvarion, perusahaan pembuat peralatan Wi-Fi dan WiMax dari Israel, yang akan memasang WiMAX di seluruh Prancis pada 2005. Target mereka adalah menutup wilayah Prancis yang belum terjangkau jaringan Digital Subscriber Line (DSL, seperti Telkom Speedy di Indonesia).
Selain Alvarion, perusahaan yang sedang berpacu mengembangkan WiMAX adalah Intel. Raja prosesor itu sekarang sedang membuat chip khusus WiMAX, yakni Rosedale. Dengan Rosedale inilah kelak laptop atau telepon seluler bisa mengakses WiMAX.
Intel, menurut Budi Wahyu Jati, Country Manager Intel Corporation Indonesia, telah menguji laptop ini. Namun, "WiMAX pada laptop baru akan masuk pasar pada 2006 nanti," kata dia.
Untuk tahap pertama, tutur Budi, Wimax akan masuk ke pasar pada awal 2005 dalam bentuk peralatan luar ruangan, berupa antena kotak seperti sebilah papan berukuran 15 x 30 sentimeter. Kemudian, pada semester kedua tahun 2005, WiMAX bisa dinikmati di dalam ruangan, tapi juga masih dengan peranti yang tak gampang ditenteng. Baru pada 2006 WiMAX diperkirakan bisa melekat dalam sebuah komputer jinjing, seperti halnya teknologi Centrino yang kini melekat di laptop untuk mengakses Wi-Fi.
Bila ini terwujud, ke mana pun seseorang ngelayap, asal tak lebih dari 50 kilometer?jalan-jalan di mal, dugem di diskotek?dia bisa membuka laptop untuk melihat berita, mengirim e-mail, atau mengunduh lagu-lagu terbaru. Kelak, jika jalanan Jakarta begitu macet, orang bisa mampir sebentar ke taman di pinggir jalan, memesan teh botol, duduk di rumput, membuka laptop, lalu mulai bekerja dan mengirim hasilnya ke kantor saat itu juga.
Selamat datang di kota tanpa kabel.
Burhan Sholihin/Nurlis Meuko
Pendobrak Masa Depan
WiMAX bukanlah satu-satunya pahlawan jaringan tanpa kabel masa depan. Dalam 2-3 tahun terakhir ada banyak rencana dan teknologi yang dikembangkan beberapa perusahaan besar. Selain Wi-Fi dan WiMAX, inilah yang sudah dikembangkan:
Zigbee Peralatan nirkabel sebesar koin yang bisa mengontrol peranti lain seperti tv dan kulkas. Peranti mini ini bisa ditanam di kebun apel atau anggur untuk memantau data seperti suhu, kelembapan, dan kandungan gizi. Bila anggur sudah ranum, Zigbee akan mengirimkan sinyal ke kantor mandor.
Mobile-Fi Pesaing Wi-MAX ini didesain khusus untuk mengirimkan data bagi pengguna bermobilitas tinggi, seperti sedang naik mobil atau naik kereta peluru yang melaju dengan kecepatan 200 kilometer per jam
Ultrawideband Peranti nirkabel untuk mengirimkan data-data raksasa seperti dari laptop di bagasi mobil ke PDA. Ultrawideband juga didesain untuk mengirimkan video dari komputer ke televisi, namun jaraknya tak lebih dari 9 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo