Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semuanya dimulai dari sebuah gang di tepi Bogor. Modalnya hanya keinginan yang besar dan tekad. Dan seperti biasa, sikap nekat selalu ditertawakan. Itulah yang dialami Ade Mulyana Aripin dan kawan-kawannya.
Syahdan, empat setengah tahun silam, Ade dan beberapa alumni Institut- Pertanian Bogor serta Universitas Guna-darma, Depok, mengajukan izin untuk mendirikan SMK Informatika- Bina Generasi di sebuah gang di tepi Bogor. Dinas Pendidikan Kabupa-ten Bogor malah mener-tawakan. -”Me-re-ka- menyarankan lebih baik kami mendirikan lembaga kursus saja,” kata Ade mengenang.
Tapi Ade menutup telinga. Sebuah rumah dua lantai seluas 700 meter persegi, 50 meter masuk gang dari Jalan Raya Taman Pagelaran, Ciomas, disulap jadi sekolah. Ia memperoleh lima ruang kelas, empat laboratorium komputer, dan ruang guru. Tanpa lapangan. Walhasil, setiap Senin, untuk upacara bendera, mereka harus jalan kaki hampir setengah kilometer ke alun-alun desa.
Di usianya yang belum lewat bali-ta, SMK Bina Generasi sudah lebih dari sekadar tempat belajar. Berbekal 100 buah komputer dengan spesifikasi pas-pasan—semuanya berprosesor Intel Pentium 3—sekolah itu juga menjadi penyedia jasa desain situs, instalasi jaringan, dan multimedia. Klien-nya, antara lain, ICT Center Bogor, KONI Bogor, dan Perumahan Ciomas Permai. ”Hasilnya lumayan, bisa untuk bayar koneksi Internet dan honor,” ujar Ade.
Sekolah ini kemudian merajai ber-ba-gai lomba. ”Jumlah total seluruhnya ada 15 penghargaan tingkat daerah dan nasional,” ujar Dody Firmansyah-, sa-lah satu pengajar. Prestasi yang diraih di antaranya adalah juara pertama- -desain situs Internet yang diadakan IPB dan juara pertama me-rakit komputer se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang diadakan Bogor Internet, salah satu provider Internet tertua di Indonesia. Pertengahan- Agustus lalu, mereka- merebut gelar juara pertama desain situs web nasio-nal yang digelar Depar-temen Pendidikan Nasional -dengan- menyisihkan 54 situs sekolah lainnya.
Dari segi desain, situs dengan ala-mat Error! Hyperlink reference not valid itu tak bisa disebut canggih. Di dalamnya hanya tersaji informasi tentang- sekolah dalam dwibahasa—Ing-gris dan Indonesia—dengan sedikit bumbu Macromedia Flash. Yang cukup- istimewa adalah fitur musik dan video yang tersedia secara online.
Departemen Pendidikan menyadari kekurangan itu. ”Bahkan rata-rata si-tus- yang dilombakan pun desain dan konsepnya masih sangat sederhana,” ujar Mansyur Ramly, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Depar-temen Pendidikan Nasional.
Sebetulnya prestasi semacam ini bukan monopoli SMK Bina Generasi- saja. Nun di Muntilan, kota kecil di perbatasan Yogyakarta dengan Jawa -Tengah, ada SMA Pangudi Luhur Van Lith yang tak kalah moncer. Belum se-bulan dipampang di Internet, pada Feb-ruari 2001, situs Van Lith (www.vanlith-mtl.sch.id) menyabet gelar si-tus terbaik dari Master Web Indonesia.
Asosiasi Perancang Web Internasio-nal- juga memberi Van Lith gelar Golden- Web 2001-2002. Lalu, pada 2003, situs yang sama menyabet gelar juara pertama lomba nasional yang dibesut Departemen Komunikasi dan Informasi. Pada 2004, Van Lith kembali meraih yang terbaik dalam kompetisi situs sekolah dan pesantren seIndonesia yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
Bagaimanapun, Mansyur menganggap prestasi kedua ”sekolah kampung” itu bukan gambaran bahwa teknologi ini telah dikuasai sekolah di pelosok. Jumlah peserta lomba yang mengikuti lomba desain situs web itu hanya 54 sekolah, yang menunjukkan ”minimnya penguasaan teknologi itu”. Padahal- teknologi ini borderless—tak terhalang jarak, tanpa tapal batas.
Sapto Pradityo, Deffan Purnama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo