Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INTERNET itu mirip oasis. Setidaknya bagi Alexander Wood, salah satu dari 41 juta warga penyandang cacat di Amerika Serikat—sumber lain menyebut angka 54 juta—yang menjadikan internet sebagai tempat pelepas dahaga informasi. Sebagai pencandu jagat maya, Wood menggunakan jaringan global itu sebagai alternatif untuk memenuhi nyaris segala kebutuhannya, dari memesan buku sampai berburu pekerjaan. Hanya, sebagai orang yang terpaksa duduk di kursi roda, Wood merasa internet sangat diskriminatif. Semua yang ada di jaringan yang populer lebih dari enam tahun silam itu lebih bisa dirasakan manfaatnya oleh mereka yang normal.
Wood jelas tidak sendiri. Dewasa ini, 76 persen penyandang cacat di Amerika hobi bermain internet. Ironisnya, 98 persen situs yang ada di internet justru sulit diakses oleh mereka. Belum banyak situs yang dilengkapi perangkat yang berguna bagi penyandang cacat untuk berselancar di jagat maya. Misalnya, alat bantu baca dan pengubah teks biasa ke huruf braille untuk tunanetra.
Hingga beberapa waktu lalu, para perancang situs sepertinya mengabaikan komunitas orang-orang yang kurang beruntung itu. Tapi, kini tidak lagi. Kini ada satu situs baru buat mereka, diberi nama We Media (www.wemedia.com). Inilah situs pertama yang dikhususkan untuk para penyandang cacat dan keluarga mereka.
We Media Inc. didirikan oleh Jerome Belson dan Cary Fields pada 1997. Mulanya, perusahaan ini hanya bergerak di bidang penerbitan majalah gaya hidup, WE. Ketika majalah sejenis ramai-ramai mengeluarkan edisi online, WE pun tak ketinggalan. Mereka lalu membuka situs www.wemagazine.com pada 1998. Isinya pelbagai informasi tentang pendidikan, hiburan, belanja, dan lain-lain. Situs ini dianggap cukup sukses menarik pengakses. Karena itu, para pengelolanya kemudian mengembangkan gagasan situs We Media bagi penyandang cacat.
Situs We Media menyediakan pelbagai jenis informasi bagi mereka yang tak beruntung, dari soal lowongan pekerjaan sampai jual-beli rumah khusus pemakai kursi roda, dari gaya hidup hingga info wisata. We Media tampaknya cukup cerdik menangkap peluang bisnis dengan target pasar penyandang cacat. Menurut sensus pemerintah Amerika pada 1996, warga penyandang cacat punya daya beli sebesar US$ 1 triliun.
Kehadiran situs seperti We Media jelas sangat bermanfaat bagi orang-orang semacam Wood. "Rasanya menyenangkan ada situs seperti We Media," kata Wood. "Mereka memberdayakan kami." Wood kini acap berkunjung ke situs We Media. Dia paling suka mencari daftar lowongan pekerjaan baru khusus bagi penyandang cacat.
Apa yang dikerjakan We Media tergolong penting. CEO perusahaan itu, Cary Fields, mengatakan internet mirip hutan belantara. "Anda seperti mencari jarum di tumpukan jerami bila membutuhkan sesuatu," katanya seperti dikutip situs warta teknologi, CNET. Orang cacat, misalnya, sulit menemukan produk dan jasa yang khusus disediakan buat mereka. Kini, dengan sedikit berpromosi, Fields sesumbar siapa pun bakal gampang mencari sesuatu melalui mesin pencari yang ada dalam situsnya.
Salah satu fasilitas yang disediakan adalah daftar situs yang menyediakan fasilitas semacam pengubah teks ke suara atau sebaliknya, yang menurut Fields jumlahnya belum sampai dua persen dari semua tempat yang ada di internet. Fasilitas itu berguna bagi para tunarungu dan tunawicara. We Media pun masih berusaha keras memenuhi kebutuhan fasilitas tersebut. "(Aksesibilitas) merupakan sesuatu yang harus dipikirkan oleh mereka yang bergelut di bisnis ini," Fields menjelaskan.
World Wide Web Consortium (W3C) sendiri sejatinya pernah mengeluarkan satu panduan tentang cara membuat fasilitas untuk suatu situs agar dapat diakses orang cacat, pada Mei 1999. Pada waktu hampir bersamaan, pemerintah Amerika memperkenalkan panduan membuat situs sebagai tindak lanjut dari Akta Rehabilitasi Seksi 508, yang mengatur hak-hak orang cacat. Selain itu, pemerintah federal juga mendorong perusahaan swasta agar memberi kemudahan akses bagi mereka yang tidak beruntung. Namun, hingga sekarang belum ada sambutan antusias dari para pendesain situs.
Bagi Indonesia, kemunculan We Media mestinya menjadi teladan bagus dalam hal membuat situs yang bermanfaat bagi mereka yang kurang beruntung.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo