Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Tak perlu tombol-tombol itu lagi

Komputer yang menggunakan logika samar (fuzzy logic) sedang dipopulerkan di jepang. fuzzy logic dikembangkan oleh lofti zadeh dari as. sangat bermanfaat untuk pengontrolan robot, mesin, & sejenisnya.

14 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERANGKAT elektronik yang semakin banyak tombolnya sering dinilai semakin canggih. Sayangnya, dalam kenyataan, banyak tombol yang tak disentuh pemakainya. Gejala ini bukannya tak diperhatikan oleh para pakar. "Orang-orang tak tahu lagi untuk apa segala tombol itu," kata Sawaaki Yamada pakar dari Nomura Research Institute di Tokyo. Maka, para perancang perangkat elektronik pun bereaksi. Di Jepang, reaksi itu berbentuk merancang perangkat yang mampu mengatur dirinya sendiri. Bahkan sudah ada yang dipasarkan. Misalnya saja mesin cuci Aisaigo Day Fuzzy, yang sedang gencar dipromosikan di Jepang. Mesin ini mampu mengenal baju kotor yang dimasukkan ke dalamnya, jumlahnya, jenis deterjen yang digunakan, bahkan derajat kotornya pakaian yang akan dicuci itu. Menentukan kotornya baju itu dilakukan dengan memantau air sebelum pembilasan, lalu menghitung berapa lama dan sampai berapa pekat air menjadi jenuh oleh kotoran. Jika kejenuhan itu dicapai dalam waktu lama, maka pakaian dianggap sangat kotor hingga pembilasan dilakukan lebih lama dari biasanya. Ini berarti banyak proses pengambilan keputusan yang diambil alih oleh mesin. Sebab pada mesin cuci biasa keputusan-keputusan itu harus dilakukan oleh pemakai mesin. Dan untuk mengambil keputusan yang tepat, si pemakai harus tahu memanfaatkan berbagai tombol yang ada. Ini berarti harus mampu membaca buku petunjuk, yang barangkali sulit dimengerti oleh ibu rumah tangga kebanyakan. Karena itu, jangan heran jika mesin yang mampu melakukan 600 jenis pembilasan ini ternyata laku. Produk pertama selama 25 ribu buah ternyata habis diserbu konsumen kendati harganya lumayan mahal, hampir sejuta rupiah sebuah. Mahal dan saktinya mesin cuci ini karena "otak" komputer yang digunakan tidak menggunakan logika biner, melainkan apa yang disebut sebagai logika samar (fuzzy logic). Ini adalah buah karya cabang ilmu matematik yang dikembangkan pakar Amerika Serikat, Lofti Zadeh, seperempat abad silam. Pakar kelahiran Rusia ini, yang mengajar di jurusan informatika di University of California, Berkeley, beranggapan bahwa logika biner yang eksak itu tidaklah cocok untuk memecahkan banyak masalah sehari-hari yang umumnya tidak eksak. Jadi, untuk memecahkan masalah sehari-hari itu, menurut Zadeh, diperlukan komputer yang menggunakan logika lain. Dalam hal ini ia menggagaskan logika samar itu. Yakni yang tidak memecah persoalan menjadi logika "1" (ya) atau "0" (tidak), melainkan antara keduanya. Sebagai contoh, pada sekumpulan (dalam istilah matematika disebut satu set) orang-orang jangkung, Amir yang tingginya 175 cm mungkin mempunyai nilai "0,7" sedangkan Hasan yang 190 cm bernilai "0,99". Walhasil, Zadeh berhasil membuat definisi untuk banyak ekspresi samar seperti "agak cepat", "sangat panas" ataupun "biasanya salah". Dan sungguh ajaib, ilmu yang tak eksak ini ternyata sangat bermanfaat dalam merancang pengontrolan robot, perkakas mesin, serta berbagai sistem elektronik lainnya. Sistem pengatur suhu (AC) yang menggunakan logika biner biasa, misalnya, hanya mengenal dua keadaan: "terlalu panas" dan "terlalu dingin". Jadi, bila pengatur suhu itu diset untuk suatu temperatur tertentu, maka AC ini akan mati bila terlalu dingin, dan menyala lagi jika suhu terlalu panas. Sedangkan bila diatur oleh logika samar, AC akan mendeteksi bahwa beberapa suhu adalah lebih dekat kepada suhu ideal daripada yang lain. Maka, pengatur berlogika samar akan -- secara gradual -- mengadakan penyesuaian mendekati suhu ideal itu. Hasilnya: ruangan yang bersuhu lebih nyaman dan rekening listrik yang lebih rendah. Hasil yang menakjubkan ini sebenarnya sudah mulai diaplikasikan di dunia industri sejak awal 1970-an. Anehnya, keberhasilan ini lebih disambut di luar AS. Jepang, misalnya, sangat tertarik untuk mengembangkannya. Terbuka pada 1985 Hitachi berhasil memperkenalkan kereta api bawah tanah yang diatur dengan logika samar. Kereta api di Sandai ini, sekitar 320 km di utara Tokyo, terbukti sangat halus gerakannya. Penumpang yang berdiri, misalnya, tak perlu memegang gantungan tanpa perlu takut jatuh saat kereta mulai berjalan atau berhenti. Walhasil, penggunaan energinya pun lebih hemat sekitar 10% daripada menggunakan sopir manusia. Bahwa para pakar AS kurang berkenan dengan logika samar ini, ada juga sebabnya. Mereka berpendapat bahwa "ketidakpastian" dan "kesamaran" bisa direpresentasikan dengan logika konvensional, misalnya melalui cara statistik atau teori probabilitas. Dan budaya pikir Barat yang berakar pada rasionalitas ini tampaknya memang sulit menerima cara berpikir yang tidak eksak seperti logika samar itu. Sementara itu, para pakar Jepang yang berakar budaya Timur malah terangsang untuk lebih mendalami ilmu yang terasa lebih sesuai dengan filosofi hidup mereka yang lebih ambigus itu. Tapi bukan berarti logika ini sama sekali tak berkembang di AS. Sebuah perusahaan di California, Togai Infralogic, telah berhasil membuat chip yang mampu mengolah 28.600 keputusan berlogika samar per detik. Selain itu, Badan Ruang Angkasa AS (NASA) sedang bereksperimen dengan pengontrol berlogika samar untuk membantu astronaut mengemudikan pesawat ulang alik saat mengorbit bumi. Menurut para pejabat NASA, sampai sekarang hasil eksperimen ini tampaknya memberi harapan. Tak heran jika perusahaan terkenal seperti Rockwell dan Boeing mulai menaruh minat. "Hambatan utama pemakaian logika samar tinggal satu saja," kata Bart Kosko, murid Zadeh yang kini mengajar di jurusan elektronik di University of California, Berkeley. "Yaitu hambatan filosofis pikiran Barat". Bambang Harymurti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus