Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bandung punya patung

Atas prakarsa wali kota bandung ateng wahyudi telah dibuat patung pemain sepak bola dan bolanya. akan diresmikan setelah lebaran. untuk menghormati persib yang telah mengharumkan bandung.

14 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOLA memang bulat. Namun, di Bandung, ada sebuah bola yang tak bakal menggelinding lagi, walaupun lengkap dengan sosok orang siap menendang. Itulah bola batu, monumen khas Bandung yang diresmikan setelah Lebaran. Hiasan Kota Kembang itu menarik perhatian. Tingginya sekitar tiga meter dan letaknya strategis di "pulau" simpangan Jalan Sumatera-Tamblong-Lembong-Veteran. Patung kreasi Nyoman Nuarta itu campuran tembaga dan kuningan. Beratnya satu ton. Pemrakarsanya adalah Ateng Wahyudi, Wali Kota Bandung, yang juga Ketua Umum Persib. Seperti diduga, patung itu ada hubungannya dengan Persib yang barusan kampiun. Tapi, Ateng wanti-wanti, "Ah, ini cuma proyek memperindah kota. Kebetulan, belum ada monumen berbentuk patung. Jadi, kenapa bukan patung pemain bola saja?" Angan-angan mendirikan patung seperti itu sudah sejak 1988. "Saya ingin menghormati Persib yang telah mengharumkan nama Bandung. Persib pernah juara kompetisi sepakbola perserikatan pada 1937, 1950, 1961, 1985, dan 1990," urai Ateng, 54 tahun, kepada Hedy Susanto dari TEMPO. Maka, enam bulan silam, rencana itu diwujudkan melalui polesan tangan Nyoman Nuarta. Biayanya dari APBD, Rp 76 juta, ditambah sumbangan PT Djarum Rp 20 juta. Di setumpak marmar monumen, dipahatlah nama pemain yang sukses membawa Persib sebagai juara, sejak 1937. Selain official-nya, juga nama Pak Wali? "Iya, dong. Saya kan termasuk official." Mirip siapa, sih, itu patung? "Tidak mirip siapa-siapa. Itu fiktif saja," jawab Ateng. Menurut Yusuf Bachtiar. 28 tahun, seandainya Ketua Persib bukan wali kota, mungkin patung itu tidak terwujud. Gelandang penyerang Persib yang langganan jadi kapten itu setuju kalau patung itu melambangkan semangat bermain bersih, alias fair play. "Tapi, sebaiknya itu ditulis di bawah patung. Kan tak semua orang mengerti seni," katanya. Mungkin yang menimbulkan pertanyaan lagi, apakah semua pemain bola kita paham makna fair play dan peduli bahwa lapangan bola itu bukan ring tinju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus