Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan game asal Swedia, Embracer Group, berencana memanfaatkan kecerdasan buatan atau AI dalam proses pengembangan karyanya. Dilansir dari Antara, Jumat, 21 Juni 2024, rencana itu terungkap dalam laporan tahunan entitas yang merupakan induk usaha THQ Nordic, Gearbox Entertainment, serta Crystal Dynamics-Eidos Montreal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan tahunan, manajemen Embracer menyatakan adopsi AI diperlukan agar tidak tertinggal dari raksasa game global, seperti Electronic Arts (EA), Sony, Square Enix, maupun Ubisoft. Teknologi AI diklaim bisa mempercepat pengembangan proyek dan memberikan pengalaman bermain game yang lebih optimal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"AI memiliki kemampuan memutakhirkan pengembangan game secara masif dengan meningkatkan efisiensi sumber daya, menambahkan perilaku cerdas, personalisasi, dan optimasi ke dalam pengalaman bermain gim," begitu bunyi pernyataan Embracer Group.
Sekalipun bermanfaat, tim Embracer Group menyebut langkah penggunaan AI dalam proyek game bukan tanpa risiko. Mereka mencatat bahwa AI mungkin bisa menciptakan hasil yang “tidak etis”, “bias”, “diskriminatif”, bahkan bisa sepenuhnya salah jika tidak dilatih dan diinstruksikan dengan benar.
Meski begitu, perusahaan meyakini risiko itu tidak akan terjadi. Bahkan, AI disebut akan membuka kesempatan bagi para disabilitas yang tidak dapat mengoperasikan peralatan tertentu.
Embracer Group mengadopsi AI dalam produksi game di tengah kontroversi penggunaan teknologi tersebut dalam industri kreatif. Rencana ini juga terungkap beberapa bulan setelah perusahaan merumahkan sejumlah pegawai dan membatalkan beberapa proyek game.
Perusahaan yang berbasis di Kota Karlstad ini sempat memberhentikan 1.500 karyawan dan membatalkan 80 proyek game selama setahun terakhir. Embracer Group juga menutup studio, misalnya Volition yang terkenal lewat game Saints Row.