Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Accelerice - akselerator kuliner berbasis di Indonesia pada Senin lalu meluncurkan Food Innovation and Knowledge Hub di Jakarta. Chief Empowerment Officer (CEO) Accelerice, Charlotte Kowara, mengatakan Accelerice adalah pusat inovasi dan pengetahuan kuliner pertama di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama Accelerice merupakan gabungan dari kata accelerator dan rice atau nasi, sebagai makanan pokok di Indonesia. "Accelerice memiliki tiga elemen yang menjadi fondasi utamanya, yaitu akselerator, fasilitas, dan komunitas,” kata Charlotte di Jakarta, Rabu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Charlotte berharap Accelerice dapat menginspirasi dan mendorong perusahaan rintisan kuliner di Indonesia. Selain itu, untuk membangun dukungan yang kuat terhadap industri kuliner melalui fasilitas lengkap yang mereka miliki.
“Misi kami untuk terus mendukung pertumbuhan UMKM, khususnya food startup, dengan menyediakan sarana dan edukasi bagi mereka agar dapat berkembang, berinovasi, dan memaksimalkan teknologi digital,” ucap Charlotte.
Accelerice hadir untuk membangun ekosistem yang kuat agar dapat semakin meningkatkan industri kuliner Indonesia yang sedang bertumbuh. "Visi kami menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat inovasi dan teknologi rekayasa bahan pangan pada masa depan dengan menekankan bahwa produk yang dihasilkan harus terjangkau, mudah didapat, dan bernutrisi," ujarnya.
Food Innovation and Knowledge Hub menempati gedung empat lantai dengan total area 1.300 meter persegi dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Terdapat kafe yang dapat digunakan untuk uji coba produk, area berkumpul, co-working space, event space, reference room untuk foto produk, dan referensi kemasan produk yang disponsori Toko Kemasan Kita.
Charlotte menjelaskan, tujuan dari Food Innovation adalah membantu para pelaku UMKM lebih berinovasi dari sisi produk, distribusi, dan penjualan. Adapun Knowledge Hub bertujuan menutup kesenjangan di antara pemilik industri rumah tangga yang kesulitan untuk berkembang.
“Juga mempercepat perkembangan usaha mereka dengan menghubungkan fasilitas, program, dan jaringan komunitas yang ada di Accelerice sebagai kesatuan ekosistem yang berkesinambungan satu sama lain,” ujar Charlotte.
Accelerice membangun ekosistem dengan cara membuat program bimbingan dan edukasi untuk usaha makanan dan minuman. Juga menghubungkan antar-jaringan komunitas makanan dan minuman yang ada di Accelerice agar terjadi interaksi satu sama lain dan tercipta ekosistem baru.
“Ekosistem yang terbentuk ini diharapkan dapat membantu dan menginspirasi para pelaku UMKM, khususnya di bidang makanan dan minuman, agar terus berkembang dan membantu perekonomian Indonesia,” kata dia.
Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), terdapat 5,6 juta usaha bidang makanan dan minuman di Indonesia. Dari angka tersebut, 93 persennya hanya berpendapatan rata-rata Rp 300 juta per tahun. Yang punya laporan keuangan 3 persen, memiliki legalitas 3 persen, dan 0,1 persen merupakan franchise. "Saat ini juga masih sedikit sekali sentuhan aspek teknologi untuk kuliner di Indonesia," ujar Charlotte.
Ke depan, Accelerice akan berfokus memperkenalkan perusahaan rintisan kuliner konvensional pada teknologi. Sebab, menurut Charlotte, teknologi digital merupakan salah satu aspek penting untuk pemasaran produk. “Teknologi digital sarana untuk memperkenalkan produk, efisiensi penjualan, dan real time,” katanya.
Kian berkembangnya akses teknologi digital untuk pemasaran produk, aspek produksi, dan distribusi juga berperan penting untuk menunjang pemasaran. “Tujuannya agar produk mereka dapat dinikmati konsumen yang ada di seluruh Indonesia secara cepat dan berkualitas,” ujar Charlotte.
Salah satu perusahaan rintisan yang sudah bekerja sama dengan Accelerice adalah Matchamu, penyedia teh hijau Jepang pertama dan terbesar di Indonesia. Saat awal bekerja sama dengan Accelerice, kapasitas produksi mereka 1.000 sachet per hari. Tahun ini, mereka segera membuka pabrik baru dengan kapasitas produksi 400 ribu sachet per hari.
“Banyak manfaatnya. Bergabungnya Matchamu dengan Accelerice membawa kami ke tingkat lebih maju. Kami berjuang demi peluang bagus apa pun yang ditawarkan Accelerice,” kata Tea Executive Officer Matchamu, Lintang Wuriantari, kemarin.
AFRILIA SURYANIS
Program Accelerice
Akselerator Kuliner Indonesia
Program 3,5 bulan ini berlangsung dalam dua tahap, secara offline dan online. Program offline merupakan pembimbingan selama dua pekan. Program ini mencakup pemasaran, fotografi kuliner, keamanan produk untuk dikonsumsi, pengemasan, dan lain-lain.
Sedangkan program online berlangsung tiga bulan. Program ini sebagai ajang konsultasi bersama mentor yang sudah dijadwalkan. Per kelompok maksimal berisi 30 perusahaan rintisan terpilih dari seluruh Indonesia.
Kelas Memasak
Program ini diadakan oleh Joyful Cooking, mitra kerja Accelerice. Program yang ditawarkan antara lain sertifikasi chef, program memasak, dan kelas memasak.
Pengemasan dan Konsultasi
Program konsultasi gratis oleh Toko Kemasan Kita, satu hari dalam sepekan secara berkala. Konsultasi ditujukan untuk UMKM makanan dan minuman serta komunitas di Accelerice
Fotografi Makanan
Program yang masih dalam rancangan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo