Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dunia menjadi gelap bagi Ismail Prawira Kusuma. Itu terjadi 26 tahun silam. Meski kebutaan tidak datang seketika. Semula, kebutaan terjadi lima tahun silam akibat sebuah kecelakaan. Namun kehilangan penglihatan total jauh dari perkiraannya.
Pelatihan di Yayasan Mitra Netra menyelamatkan hidup Ismail. Di sana Ismail mendapat pelatihan komputer—memanfaatkan aplikasi Microsoft Office dan Internet—dan dasar-dasar jurnalistik. Kebetulan dia juga suka menulis sejak SMA. Hasilnya, kini dia menjadi salah satu dari 12 wartawan tunanetra untuk situs Mitra Netra (www.mitranetra.or.id).
Tanpa penglihatan, tentu saja tidak gampang menjadi wartawan. ”Untuk laporan pandangan mata, terpaksa kami selalu mengandalkan penglihatan orang lain,” kata Ismail. Belum lagi kesulitan saat menulis laporan dan riset bahan di Internet. Untung ada teknologi JAWS.
Teknologi Job Access With Speech (JAWS) adalah peranti lunak yang berfungsi membacakan teks di layar komputer menjadi suara (screen reader). Arahkan penunjuk kursor di teks komputer, maka peranti buatan Freedom Scientific tersebut akan mengubahnya menjadi suara. ”Kami menyebutnya komputer bicara,” kata Nur Ichsan, Kepala Penelitian dan Pengembangan Mitra Netra.
Mitra Netra sudah memasang komputer bicara sejak 1993. Waktu itu masih menggunakan aplikasi ArcticVision untuk sistem operasi MS-DOS. Instalasinya rumit karena butuh kartu audio khusus. Kini Mitra Netra menggunakan JAWS 7.0—yang terbaru versi 7.1—untuk Microsoft Windows. Tak perlu kartu audio khusus. Sayang, tidak ada peranti untuk tunanetra yang murah. Satu lisensi JAWS untuk satu komputer berharga Rp 12 juta.
Padahal, JAWS tak sempurna dalam membacakan teks bahasa Indonesia. Maklum, sejatinya software ini untuk teks bahasa Inggris. Walhasil, saat membaca teks bahasa Indonesia, telinga mesti awas. ”Butuh adaptasi satu atau dua bulan,” kata Ichsan. Sebenarnya ada screen reader versi bahasa Indonesia, yakni Indo Text to Speech (IndoTTS) buatan Dr Arry Akhmad Arman, dosen Institut Teknologi Bandung. Sayangnya, IndoTTS belum bekerja sempurna.
Tapi, paling tidak, berkat JAWS, Ismail dan teman-temannya bisa bebas menggunakan komputer dan menjelajah Internet. Ismail bahkan mendapat kontrak pembuatan buku semi-biografi seorang mantan menteri. Masa depan pun tidak lagi sekelam sebelumnya. Dia berujar kepada Tempo: ”Saya ingin menjadi penulis.”
Sapto Pradityo
Perkakas untuk Mereka
E-aksesibilitas. Inilah tema Hari Internasional untuk Penyandang Cacat pada 3 Desember nanti. Artinya, akses terhadap informasi bagi sekitar 180 juta penyandang cacat di dunia diperbaiki dan ditingkatkan. Caranya: minta bantuan pada perangkat elektronik (digital). Inilah beberapa peranti tersebut. Sebagian telah dijual di Indonesia, sebagian masih dalam tahap riset. Sebagian besar masih mahal.
Telepon Seluler Samsung Touch Messenger Touch barangkali bakal menjadi telepon seluler pertama yang dirancang khusus bagi mereka yang tunanetra. Papan ketiknya memuat 12 tombol dengan 26 karakter huruf Braille. Hasil ketikan pesan pendek dapat diperiksa di layar Braille-nya dengan rabaan jari. Touch diganjar Gold Award 2006 oleh Industrial Designers Society of America untuk kategori produk dengan desain terbaik. Touch sedang dalam tahap persiapan untuk diproduksi secara massal.
Komputer Bicara Job Access With Speech (JAWS) adalah peranti lunak yang berfungsi sebagai pembaca teks di layar komputer (screen reader). Dirancang oleh Ted Henter dari Freedom Scientific, software ini dirancang untuk membantu tunanetra. Versi pertama, JAWS 1.0, diluncurkan pada 1993 untuk komputer dengan sistem operasi MS-DOS. Yang terbaru, JAWS 7.1 untuk Microsoft Windows, diluncurkan pada Juni 2006. Kini JAWS—yang di Yayasan Mitra Netra dipanggil Komputer Bicara—menjadi screen reader paling populer di dunia. Alternatifnya, Windows Eyes buatan GW Micro Inc. JAWS tidak murah. Per lisensi per komputer harganya Rp 12 juta.
SMS Bicara Sementara di komputer ada JAWS, di telepon seluler ada TALKS milik Brand & Gröber Communications, dan Mobile Speak milik Code Factory. Fungsinya untuk membacakan dari teks menu navigasi hingga SMS (pesan pendek). TALKS juga tidak murah. Harganya sekitar Rp 2,5 juta.
Pembaca Buku DAISY Buku audio digital dengan format DAISY tidak bisa dibaca oleh sembarang pemutar audio atau MP3, tapi harus dengan DAISY player. Misalnya, PlexTalk Daisy Player atau Victor Reader Wave. Harganya masih jauh lebih mahal dari pemutar MP3 biasa. ”Rata-rata masih di atas Rp 6 juta,” kata Nur Ichsan.
Buku Bersuara Semula, Yayasan Mitra Netra membuat buku audio dalam format analog. Buku dibacakan dan direkam ke dalam kaset. Dengan cara ini, satu buku 300-an halaman menghasilkan sekitar 20 jam rekaman. Berarti perlu sekitar 20 kaset yang harganya lumayan mahal.
Setahun terakhir, bentuk kaset itu telah beralih ke format digital. Satu buku 300 halaman dengan 20 jam rekaman dapat dikompresi ke format MP3 dan cukup disimpan dalam satu keping cakram padat. ”Jauh lebih murah,” kata Nur Ichsan. Mitra Netra telah punya lebih dari 200 buku digital.
Agar file buku tersimpan lengkap dengan penanda alinea, halaman, dan bab, buku digital ini disimpan mengikuti standar Digital Accessible Information System (DAISY) untuk tunanetra yang ditetapkan World Wide Web Consortium (W3C). DAISY membuat pencarian halaman atau bab menjadi lebih gampang bagi tunanetra.
Pembaca Bahasa Isyarat Glovology dibuat bagi tunarungu, terdiri dari sarung tangan elektronik dan komputer saku. Sarung tangan elektronik mengubah bahasa isyarat menjadi data digital dan dikirim ke komputer saku secara nirkabel. Komputer mengubah data ini menjadi teks atau suara. ”Sehingga kita bisa memahami mereka (tunarungu) lebih baik,” kata Aloysius Goh, mahasiswa Ngee Ann Polytechnic, Singapura, yang merancang Glovo-logy bersama Wong Fu Yau.
Komputer Saku Maestro 2.0 Maestro dari HumanWare menggabungkan komputer saku (Dell Axim X500 atau HP iPaq) dengan papan ketik Braille lewat koneksi bluetooth. Di dalam Maestro telah ditanam peranti pembaca teks menjadi suara.
Pembaca Otak Brainy Communicator masih dalam tahap riset. Dirancang oleh Institute of Infocomm Research dan Society of Physically Disabled, Singapura, Brainy ditujukan bagi mereka yang lumpuh seluruh badan dan tidak bisa bicara. Brainy menangkap gelombang otak, lalu menginterpretasikan dan mengubahnya menjadi teks.
Sumber: Mitra Netra, Samsung, BBC, Wikipedia, PlexTalk, HumanCare
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo