Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Telekonferensi Irit untuk Presiden

Ada cara baru berkomunikasi yang lebih hemat ketimbang teknologi telepon internet. Tetap interaktif dan tak perlu menghafal banyak nomor telepon.

19 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LENGUH kereta menambah ribut stasiun bawah tanah di pusat kota Taipei, Taiwan. Benar-benar sebuah dunia yang gaduh: penumpang meluncur bergegas, saling berebut mengejar kereta, mengecek waktu, tersihir oleh kereta yang berseliweran.

Di sebuah pojok yang hiruk-pikuk itu, seorang ahli bedah duduk terpekur menatap laptop di pangkuannya. Mimik mukanya serius. Ia tak hirau dengan kegaduhan di sekelilingnya. Pada layar yang sedang ditatapnya terpampang gambar video seorang dokter dan pasien. Di video tersebut tampak hasil rontgen sang pasien. Mata mereka penuh harap, menunggu komentar ahli bedah, apakah operasi bisa dilaksanakan.

Inilah telemedicine (pengobatan dari jarak jauh) pertama yang digelar Taiwan. Posisi sang pasien dan dokter yang menanganinya ada di sebuah rumah sakit kecil di Lienkiang, di pinggiran Taiwan, sementara ahli bedah yang dijadikan rujukan ada di sebuah stasiun bawah tanah itu tadi. Dengan laptop dan koneksi nirkabel, si jago bedah dari Rumah Sakit Kota Taipei itu memberi arahan kepada dokter dan pasien yang letaknya terpisah berkilometer-kilometer jauhnya.

Semua itu terwujud bukan hanya karena ada jaringan internet nirkabel, tapi juga karena sang ahli bedah dan pasiennya terhubung oleh teknologi Session Initiation Protocol (SIP). Ini standar baru dalam dunia telekomunikasi yang memungkinkan data, suara, video, dan gambar dikirim dalam satu kesatuan ke berbagai peranti sekaligus seperti ponsel, telepon rumah, PDA (personal digital assistant), komputer.

”Inilah standar komunikasi masa depan,” kata Mick Regan, Convergence Chief Architect Nortel untuk Asia Pasifik di Jakarta, beberapa waktu lalu. Di Taiwan, perusahaan pelopor SIP itu memasang SIP Server berupa Multimedia Connection Server 5200.

Dengan SIP, menurut dia, orang tak perlu lagi menghafalkan banyak alamat seperti sekarang ini—alamat surat elektronik, nomor ponsel, nomor telepon, nama di instant messenger seperti Yahoo! Messenger. Semua itu bisa digantikan oleh satu alamat SIP. Sekali tahu alamat SIP, maka pesan bisa dikirimkan ke berbagai alat sekaligus, mulai dari ponsel, PDA, hingga komputer. Pusat komputer akan mencari perangkat tujuan yang sedang online.

Saat koneksi itu terjadi, SIP Server juga akan menganalisis pesan format apa yang bisa disalurkan menuju nomor SIP tujuan. Bila yang dituju menggunakan komputer dengan internet berkecepatan tinggi, jalur komunikasi yang dibuka adalah suara, teks, data, gambar, dan video. Sebaliknya, bila perangkat yang dituju cuma telepon rumah, maka jalur komunikasi yang dibuka hanya suara.

Saat ini, bukan cuma Nortel yang mengembangkan standar teknologi komunikasi ini. Vendor-vendor besar seperti Cisco, Avaya, dan Dlink juga berlomba membuat alat yang mendukung standar SIP. Microsoft pun sudah mengadopsi teknologi ini untuk Windows Messengernya. Bahkan kini tersedia telepon rumah dan ponsel yang juga telah memakai teknologi ini.

Salah satu peranti yang populer saat ini adalah software GizmoProject. Peranti lunak ini adalah pesaing berat Skype, perangkat lunak telepon internet yang dipakai lebih dari 100 juta orang. Bedanya, Skype masih menggunakan teknologi lama Voice over Internet Protocol atau VoIP—orang bisa menelepon dengan hemat ke seluruh dunia.

Adapun Gizmo Project (www.gizmoproject.com) sudah memakai teknologi SIP. Peranti lunak ini bukan cuma bisa dipakai menelepon secara irit ke seluruh dunia, tapi orang juga bisa melihat peta lokasi penelepon, bisa berbagi musik. ”Dengan SIP, orang bisa ketemu langsung di mana pun dengan murah karena memakai internet,” ujar Endang Rachmawaty, Channel & Enterprise Director Nortel Indonesia.

Nah, siapa tahu ini merupakan teknologi komunikasi pilihan berikutnya, agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghemat biaya telekonferensi saat memimpin sidang kabinet dari Amerika Serikat, yang menghabiskan dana 426 juta rupiah itu.

Burhan Sholihin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus