Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga kali sebulan Fajar A. Isnugroho berkelintaran ke kota-kota di Jawa Timur. Tapi setiap menuju Malang, Probolinggo, atau Jember, Ketua Komisi Penyiaran Daerah yang tinggal di Surabaya itu selalu mengeluh: lumpur Lapindo menimbulkan kemacetan di mana-mana.
Sebelum masuk Tanggulangin, Sidoarjo, Fajar biasa memantau kemacetan dari radio. Namun sering kali ia tak mendapatkan informasi mengenai jalan alternatif yang aman dan bisa dilalui mobil. Alhasil, ia tetap menyusuri macetnya lalu lintas di jalan raya Porong hingga lebih dari satu jam—dua kali lebih lama daripada kondisi normal. ”Daripada stres dan pusing, lebih baik bayar Rp 20 ribu ke pemandu,” kata Fajar.
Pemandu yang dimaksud adalah penduduk sekitar jalan raya Porong yang tahu persis berkeloknya jalan tikus. Mereka menawarkan jasa ”antinyasar” dengan ongkos lelah Rp 20 ribu. Kalau sedang terburu-buru, Fajar sering menggunakan jasa pemandu daripada memutar jalur melalui Mojokerto.
Kurangnya informasi kemacetan lalu lintas dan jalur alternatif mengilhami tiga mahasiswa Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Mereka adalah Muhammad Rizky Ramadhan, Arya Nugraha Nawing, dan Mohammad Masbuchin. Mereka membuat kelompok Sacred Warrior, yang merancang aplikasi pemantau lalu lintas Lapindo.
Aplikasi buatan Rizky dan kawan-kawan itu menjadi juara kompetisi IBM The Great Mind Challenge pertengahan Mei lalu. Lomba membuat peranti lunak ini diikuti 126 mahasiswa dari 12 perguruan tinggi di Indonesia. Peranti yang secara real time mengabarkan volume luapan lumpur itu didaulat menjadi wakil Indonesia dalam kompetisi tingkat dunia di India bulan depan.
Rizky, Arya, dan Masbuchin mulai menggagas peranti lunak ini sejak semester kelima. Targetnya memudahkan masyarakat mendapat info kemacetan dan jalan alternatif. Mereka melakukan survei ke daerah luapan lumpur, termasuk mendata nama jalan, jarak antarjalan, rute, dan lain-lain.
Mereka menjelajahi Internet untuk menyempurnakan data. Data lumpur, titik kemacetan, dan jalur alternatif sebenarnya amat lengkap di Internet, tapi terpencar. Setelah beres mengumpulkan data, barulah membangun peranti lunak. ”Kami lembur membuat software ini di kos-kosan selama dua minggu,” tutur Masbuchin.
Untuk merancang alat ini, mereka menghabiskan biaya Rp 10 juta. Ini sudah termasuk biaya survei ke desa-desa di wilayah luapan lumpur. ”Semua dari kantong sendiri,” Masbuchin menambahkan. Dia dan kedua temannya berpatungan. Dosen pembimbing mereka ikut menyawer.
Pemantau lumpur adalah aplikasi yang berfungsi mengetahui keadaan jalan di sekitar semburan lumpur di Kecamatan Porong dan sekitarnya—lengkap dengan jalur-jalur alternatif dari suatu kota ke kota lain. Aplikasi ini menyediakan informasi terbaru tentang kondisi semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo.
Rizky mengatakan aplikasi ini diharapkan dapat menjembatani kurangnya penyaluran informasi kepada pengguna jalan. Selama ini masyarakat tak pernah mendapat panduan lalu lintas yang langsung tersaji serta data terbaru. Radio biasanya mengabarkan kemacetan tanpa membimbing setiap orang menempuh jalur alternatif yang aman.
Peranti lunak pemantau lumpur bikinan Rizky dan kawan-kawan ini dipasang di telepon seluler. Pengguna hanya perlu memiliki telepon seluler berbasis program Java dengan koneksi General Packet Radio Service, GPRS. Aplikasi pemantau lumpur ini bisa diunduh gratis melalui situs web www.sacred-warrior.com. Setelah itu, baru dipasang dalam telepon. ”Amat mudah dan sederhana,” kata Rizky.
Dengan aplikasi ini, pemakai telepon seluler akan disuguhi berita terbaru, misalnya jumlah debit lumpur Lapindo. Ada pula peta yang menunjukkan posisi pemakai, titik kemacetan, dan jalur alternatif. Ruas tiap jalan yang dilalui akan diklasifikasi ke dalam tiga kondisi, yaitu lancar, sedang, dan macet.
Data peta dan berita akan tersaji hangat dengan bantuan kontributor. Pemakai telepon seluler dengan kategori kontributor memiliki menu update untuk memperbarui data. Kontributor bisa saja anggota kepolisian, tentara, petugas Lapindo, lembaga swadaya masyarakat, petugas khusus, atau sukarelawan yang memantau kemacetan di Porong. ”Kecepatannya tergantung kontributor,” ujar Rizky.
Aplikasi dibuat dengan Open Source sehingga memberikan kebebasan kepada semua orang untuk memodifikasi dan menggunakan secara cuma-cuma. Pemakai hanya membayar biaya GPRS yang kini rata-rata Rp 1 per kilobita. ”Informasi ini mudah diakses dan murah,” ucap Arya Nugraha Nawing.
Arya mengatakan timnya akan mengembangkan pemantau lumpur ini dengan tayangan video dan navigasi global positioning system sehingga lebih interaktif. Kalau sudah terpasang dua teknologi ini, peranti lunak bisa dipakai untuk keperluan lain, seperti menghitung jumlah kendaraan.
Aplikasi ini masih dalam tahap uji coba dan terus dalam perbaikan. Menurut Ahmad Hoirul Basori, dosen pembimbing tim Sacred Warrior, peranti lunak tersebut punya kemampuan beradaptasi dengan berbagai kasus bencana, seperti banjir, gempa bumi, dan kebakaran. ”Prinsipnya, hanya dengan melakukan perubahan data ke pusat informasi sistem,” kata Hoirul.
Dia menambahkan, kelemahan aplikasi ini terletak pada ketergantungannya terhadap sinyal telepon seluler—yang memang belum merata di semua wilayah Indonesia. Tapi dia yakin kendala sinyal itu akan sirna karena operator-operator telepon kini semakin gencar melebarkan jangkauan.
Aplikasi ini akan semakin berkembang karena jumlah pengguna telepon seluler terus meningkat setiap tahun di Indonesia. Teknologi 3G sudah menyebar di beberapa kota besar. ”Jadi komunikasi data akan semakin cepat dan akurat,” ujar Hoirul.
Yandi M.R., Adi Mawardi (Surabaya)
Aplikasi Anti Nyasar
Aplikasi Pemantau Lalu Lintas Lapindo merupakan peranti lunak pada telepon selular yang bisa memantau kemacetan lalu lintas di seputar jalan Raya Porong, Sidoarjo. Aplikasi ini bisa memberikan petunjuk pilihan jalan aman dan paling lancar.
Dengan berbasis Open Source, aplikasi ini memungkinkan setiap orang memodifikasi kodenya. Aplikasi ini masih dalam tahap ujicoba dan terus mengalami perbaikan. Ke depan tim penyusun dari Institut akan menambahkan fitur seperti tayangan video atau penunjuk posisi pengguna (GPS). Berikut cara memasang aplikasi pemantau lalu lintas yang terkepung lumpur ini:
- Aplikasi ini hanya bisa terpasang pada ponsel Java MIDP 2.0 yang memiliki koneksi minimal GPRS.
- Mengunduh aplikasi dari www.sacred-warrior.com ke ponsel. Gratis. Saat ini masih tahap ujicoba atau versi beta.
- Terdapat dua ragam aplikasi, yakni lumpurlapindo1.jar untuk pengguna dan lumpurlapindo2 untuk kontributor. Masing-masing ukurannya sekitar 1 megabita
- Pasang aplikasi dalam ponsel.
- Pilih menu sesuai kebutuhan. Aplikasi pengguna hanya memiliki menu untuk melihat berita, peta, dan bantuan. Sedangkan aplikasi kontributor memiliki pilihan menu update untuk memperbarui data.
- Kontributor memperbarui data yang akan disimpan dan disalurkan melalui server. Kontributor bisa jadi pihak kepolisian, tentara, petugas Lapindo, lembaga swadaya masyarakat, atau sukarelawan lainnya.
- Aplikasi ini sudah diujicobakan pada ponsel Nokia dan Sony Ericsson. Tapi pemantau ini bisa juga dipakai pada ponsel merk lain yang memiliki koneksi GPRS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo