Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Tukang Nujum dari Lapangan Kasti

Prakiraan hasil pemilu Amerika oleh FiveThirtyEight.com paling akurat. Mengadopsi metode statistik hasil pertandingan baseball.

17 November 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 Obama-
Biden
McCain-
Palin
NBC/Wall Street Journal51%43%
Rasmussen Daily Tracking52%46%
Gallup53%40%
ABC/Washington Post54%43%
Zogby Daily Tracking49%44%
Investor's Business Daily47%45%
FiveThirtyEight52,3%46,2%

SABAN pagi, dalam beberapa pekan terakhir ini, Allan L. McCutcheon punya ritual baru. Sambil menyesap secangkir kopi atau mengunyah sepotong sandwich, profesor statistik Universitas Nebraska, Amerika Serikat, itu mengamati angka-angka proyeksi hasil pemilihan presiden dan anggota senat Amerika di FiveThirtyEight.com.

Itulah situs milik Nathaniel "Nate" Read Silver, 30 tahun. Situs itu begitu cepat merengkuh popularitas. Hingga pemilihan Presiden AS pada 4 November kemarin, jumlah pengunjung (unik) FiveThirty berkisar 1 juta orang per hari.

Padahal FiveThirtyEight-namanya diambil dari jumlah total electoral vote di seantero Amerika sebanyak 538-baru nongol di Internet pada Maret lalu. Nate pun mendadak jadi "penujum politik" yang laris. Dari stasiun televisi MSNBC, ia meloncat ke FOXNews, kemudian CNN, lalu hinggap di pertemuan dengan para investor di bursa saham. Semua ingin mendengarkan "nujum" Nate tentang pemilihan. Sampai pekan lalu, Nate pun masih diundang beberapa stasiun televisi.

FiveThirty sebenarnya proyek Nate pada waktu senggang. Pada awalnya yang terpampang di FiveThirty juga bukan nama dia sebenarnya, melainkan Poblano. Nate terpaksa membuka kedoknya karena dipaksa wartawan. Ceritanya, pada Mei lalu, menjelang detik-detik terakhir pemilihan kandidat presiden dari Partai Demokrat, sebagian besar jajak pendapat meramal Hillary Rodham Clinton bakal meraup dukungan di Indiana dan North Carolina. Jajak pendapat juga meramal momentum itu akan terus bertahan hingga dukungan terhadap Hillary melampaui suara yang didapat Barack Hussein Obama.

Prediksi Nate berlawanan arah dengan hasil jajak pendapat itu. Dia memperkirakan, Hillary bakal unggul dua poin di Indiana, tapi kehilangan 17 suara di North Carolina. Terbukti ramalan Nate lebih jitu. Hillary hanya unggul satu poin di Indiana dan kalah 15 suara di North Carolina. Nama Poblano melambung. Wartawan pun segera memburu Poblano. "Terpaksa saya harus membuka identitas," kata Nate.

Nate bukan profesor politik atau politikus dengan sederet pengalaman. Bahkan bisa dibilang pengalaman politiknya nol. Modalnya cuma satu: ia tergila-gila pada angka dan statistik. Soal kegilaan pada angka dan statistik sudah terlihat sejak kecil. "Pernah, ketika saya mengantarnya ke prasekolah, dia meloncat dari mobil dan mengatakan 'Sekarang aku mesin angka'," kata ayahnya, Brian Silver, profesor politik di Michigan State University. Pada usia 13 tahun, Nate sudah mampu membuat model statistik sederhana untuk menganalisis pemain baseball.

Nate lulus dari Jurusan Ekonomi Universitas Chicago, kemudian bekerja sebagai konsultan di kantor akuntan KPMG. Di perusahaan raksasa itu, dia hanya tahan tiga setengah tahun. Kegilaannya terhadap angka dan statistik membuat ia pindah kerja di Baseball Prospectus, perusahaan konsultan dan analis permainan mirip kasti itu.

Modalnya untuk menjadi analis olahraga ini adalah program bernama Player Empirical Comparison and Optimization Test Algorithm (Pecota). Lagi-lagi, ia menyiapkan program ini pada saat senggang di KPMG. Nah, Pecota ini kemudian ia jual ke Baseball Prospectus.

Pecota adalah metode statistik untuk memprediksi kinerja pemain atau tim baseball berdasarkan kemiripan data historis dengan pemain atau tim lain sebelumnya. Dengan Pecota, untuk musim pertandingan 2008 Prospectus menujum tim Tampa Bay Rays bakal mencatat rekor menang-kalah 88-74. Sebuah ramalan yang dianggap agak sinting dan kelewat optimistis, karena rekor pertandingan Tampa tiga tahun sebelumnya selalu jauh lebih buruk. Tapi hasil akhirnya memang Tampa menjuarai Divisi Timur dengan rekor kemenangan 97-65.

Pecota ini yang diadopsi Nate ke FiveThirty. Kali ini yang digunakan bukan data historis pemain, melainkan rekam jejak semua jajak pendapat per negara bagian dalam pemilihan Presiden Amerika sejak 2000. FiveThirty memang tak melakukan jajak pendapat, melainkan hanya mengagregasi polling.

Setiap jajak pendapat diberi peringkat dan bobot berdasar tingkat akurasinya. Semakin obyektif dan akurat suatu jajak pendapat, bobot penilaiannya semakin besar. Cara FiveThirty ini sedikit beda dengan RealClearPolitics, yang juga mengagregasi hasil jajak pendapat namun minus pembobotan. Hasil pembobotan FiveThirty kemudian dikombinasikan dengan data kependudukan. Untuk menguji konsistensi pola pemilih, Nate membuat simulasi 10 ribu kali per hari. "Saya (memang) terobsesi pada detail," katanya.

Hasil Pecota yang dimodifikasi itu lumayan mengesankan. Sehari sebelum pemilihan presiden, dia mengumumkan proyeksinya. Menurut Nate, pasangan Obama-Joe Biden akan mengungguli duet John McCain-Sarah Palin dengan perolehan dukungan 349 suara (electoral vote) lawan 190 suara. Untuk perolehan suara pemilih (popular vote), Obama-Biden juga unggul 52,3 persen dibanding 46,2 persen.

Proyeksi FiveThirty terbukti mendekati jitu. Obama-Biden unggul telak dari McCain-Palin dengan mendapat 364 electoral vote lawan 163 suara. Masih ada 11 suara belum menentukan sikap. Obama-Biden juga meraup jumlah suara populer 52,6 persen, lebih tinggi 6,5 persen dari McCain-Palin yang mengantongi 46,1 persen dukungan.

Hingga pemilihan raya Amerika usai, rata-rata nujuman FiveThirty jauh lebih presisi ketimbang rata-rata jajak pendapat. Jajak suara oleh Gallup pada 31 Oktober, misalnya, memberikan hasil bagi Obama 53 persen dan McCain 40 persen. Penjajakan Pew Center for Research malah menunjukkan dukungan bagi Obama hanya 49 persen, dibanding suara bagi McCain 42 persen. "Saya tidak tahu siapa yang membuat proyeksi itu, tapi pekerjaannya sangat bagus," ujar Charles Franklin, pendiri Pollster.com, salah satu pesaing FiveThirty.

Namun FiveThirty-demikian pula agregator jajak pendapat lain seperti RealClearPolitics-tak sepi dari kritik. Sam Wang, profesor statistik dari Universitas Princeton dan pemilik Princeton Election Consortium, mengatakan hasil jajak pendapat semestinya tidak digunakan untuk meramal masa depan. Soalnya, akurasi nujuman itu bergantung pada ketepatan hasil polling.

Toh, Allan L. McCutcheon, yang selalu mengunjungi situs ini begitu bangun tidur, merasa tak terganggu oleh soal material yang dipakai dalam nujuman Nate. "Situs itu justru membantu membuat sesuatu yang kelihatannya sulit dinalar menjadi masuk akal," katanya.

Sapto Pradityo (New York Times, New York, ESPN, Newsweek)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus