Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akhir pekan lalu mestinya bisa menjadi momen penting dan langka bagi Boediono. Sedianya, Gubernur Bank Indonesia itu akan bertemu dengan Ben S. Bernanke, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, untuk membahas krisis finansial global. Pertemuan dengan Bernanke itu merupakan rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Industri (G-20) di Washington, Amerika Serikat, 15-16 November lalu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga diundang dalam forum itu.
Tapi, gara-gara PT Bank Century Tbk. kesulitan likuiditas, Boediono terpaksa mengurungkan rencananya. Seretnya penyediaan dana jangka pendek bank hasil merger PT Bank CIC Internasional Tbk., Bank Pikko, dan Bank Danpac ini telah memicu banyak rumor menyesatkan di dalam negeri. Kabarnya, ada tujuh bank lain yang mengalami kesulitan likuiditas parah. ”Gara-gara desas-desus itu, saya tidak jadi ke Amerika,” katanya kepada wartawan di Jakarta pekan lalu.
Sumber Tempo mengungkapkan, rumor yang santer beredar pada Kamis pekan lalu itu memaksa Bank Indonesia menggelar rapat darurat malam harinya. Rapat yang juga dihadiri pejabat Departemen Keuangan dan Komite Stabilitas Sektor Keuangan itu membahas kemungkinan risiko sistemik Bank Century dan langkah pengamanan sektor perbankan. ”Rapat juga membahas perlu-tidaknya fasilitas pembiayaan jangka pendek atau malah pembiayaan darurat untuk Century,” ujar sumber itu.
Tanda-tanda Bank Century kesulitan likuiditas mulai terlihat pada Kamis pagi. Sejak siang hari, sejumlah nasabah tak bisa menarik dana di anjungan tunai mandiri bank itu. Nasabah Century juga tak bisa menarik uang lewat ATM Bersama—sistem jaringan bersama 67 bank nasional dan asing. Pengumuman yang dipasang Bank Century di pintu depan kantor pusat bank ini di Sentral Senayan I lantai 1, Jakarta, menguatkan dugaan kesulitan likuiditas itu.
Di atas kertas putih ukuran A3, manajemen Bank Century menyatakan, ”Kami memang tidak dapat mengikuti kliring hari ini (Kamis, 13 November). Namun hal tersebut lebih disebabkan masalah teknis keterlambatan bank dalam mengalokasikan dana pre-fund untuk kebutuhan kliring.” Kekurangan alokasi dana pre-fund itu pun, kata Sekretaris Perusahaan Bank Century Dedy Triyana, jumlahnya sangat kecil, hanya Rp 5 miliar. Waktu keterlambatannya juga hanya 15 menit.
Sejumlah sumber menyatakan Century mengalami masalah likuiditas gara-gara kalah main valuta asing. Sebelum merger dan masih berstatus lembaga keuangan bukan bank, fokus CIC memang dalam perdagangan valuta asing. Dedy membantah rumor ini. ”Itu tidak benar,” ujarnya. Kendati valuta asing menjadi bisnis andalan perseroan, Dedy menegaskan, Bank Century tak pernah melakukan permainan valas.
Dedy juga menyatakan kondisi Bank Century sudah kembali normal Jumat pekan lalu. Bank Century pun sudah bisa melakukan kliring dengan Bank Indonesia. Penarikan besar-besaran (rush) nasabah juga tak terjadi. ”Semua manageable,” ujarnya kepada Tempo. Sampai September 2008, rasio kecukupan modal (CAR) Century 14,8 persen dan rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR) 47,59 persen.
Meski demikian, itu bukan berarti persoalannya tuntas. Indikasinya, bank yang dikendalikan First Gulf Asia Holding Limited ini diketahui telah mengajukan fasilitas pembiayaan jangka pendek ke Bank Indonesia senilai Rp 1 triliun untuk mengatasi kesulitan likuiditas. Menurut sumber Tempo, hal itu menunjukkan Century sedang menghadapi masalah likuiditas tidak permanen. ”Cadangan wajib (giro wajib minimum) bank itu tak sampai lima persen seperti yang dipersyaratkan,” katanya.
Dedy mengaku belum mendapat konfirmasi dari manajemen soal itu. Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Halim Alamsyah hanya mengatakan semua bank yang menghadapi kesulitan likuiditas bisa saja mengajukan fasilitas pembiayaan jangka pendek. ”Sejauh ini, status untuk Bank Century belum diputuskan,” ujarnya kepada Tempo.
Masalahnya, rumor yang mengikuti Century bejibun, terutama melalui pesan pendek. Jika ini dibiarkan berlalu begitu saja, bukan tidak mungkin bank-bank lain bakal terseret. ”Masyarakat tak perlu panik,” kata Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono. Menurut dia, perbankan kalah kliring atau kesulitan likuiditas jangka pendek merupakan hal yang wajar dan lazim terjadi. Lagi pula, kata Menteri Keuangan ad interim Sofyan Djalil, duit nasabah di bank dijamin pemerintah dan kondisi perbankan nasional cukup sehat.
Padjar Iswara, Harun Mahbub, Ari Astri Yunita, Amandra Megarani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo