Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Windows Rasa Indonesia

Microsoft meluncurkan peranti pengolah dokumen dan Windows yang menggunakan bahasa Indonesia. Akankah jumlah pengguna komputer lokal bisa melonjak?

28 Februari 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di desa di kaki Gunung Gede-Pangrango, komputer itu ibarat penyanyi dangdut. Kedatangannya di Desa Pawenang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi itu menyedot perhatian sebagian warga. Penduduk berbagai usia?mulai dari aki-aki hingga para cucu?datang berbondong-bondong melihat lima komputer yang dipasang di balai desa Pawenang. Itu keriuhan setahun lampau.

Kini, daya pikat komputer itu masih belum juga pudar. Di gedung tua balai desa, kotak cerdas itu hampir tak pernah berhenti berkedip. Cuma pada malam hari mereka mengaso. Selalu ada saja penduduk setempat yang belajar memencet papan ketik atau menggerak-gerakkan tetikus (mouse). Seperti siang itu, lima ibu-ibu separuh baya sibuk belajar mengetikkan tulisan "Windows". "Kang, ini bagaimana?" kata Linda, istri Camat Nagrak, Eddy Abdullah, sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di papan ketik.

Perempuan berusia 40 tahun ini adalah salah satu murid kursus komputer yang rajin. Sepekan dua kali, Linda rela berkendaraan sejauh empat kilometer, menapaki jalan berkelok, demi belajar komputer. "Saya ingin bisa membuat surat-surat undangan dengan komputer," ujar Linda.

Bukan cuma ibu-ibu para pejabat seperti Bu Camat yang terkena demam komputer di daerah itu. Di desa gudang sayur-mayur itu, kini sudah 318 orang yang belajar memakai mesin pintar tersebut, mulai dari anak sekolah menengah hingga para petani. "Peserta kursus tertua di sini berumur 45 tahun," kata Zaenal Abidin, satu dari empat instruktur di tempat pelatihan itu. Saking banyaknya peserta, kini tiap hari di sana ada empat kali kursus. Inilah kursus tersibuk di pedesaan.

Keajaiban di Desa Pawenang itu datang sejak Microsoft mengenalkan peranti lunak Microsoft Office berbahasa Indonesia. "Dengan Windows berbahasa Indonesia ini, kami yang awam ini tak takut lagi belajar komputer," kata Dharma Lijaya, Kepala Desa Pawenang. Darma baru dua minggu ini belajar mengetik dengan program WordPad edisi bahasa Indonesia. "Tapi masih sering salah."

Microsoft, produsen peranti lunak nomor satu dunia, pekan lalu memang melepas dua program barunya, yakni Windows XP Starter Edition dan Microsoft Office Standard Edition 2003 Bahasa Indonesia. Tujuan mereka, kata Tony Chen, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, agar ada jutaan orang Indonesia yang mengikuti jejak Linda atau Darma: tinggal di udik tapi melek komputer.

Windows XP Starter Edition adalah versi sederhana dari program Windows XP. Peranti ini dirancang khusus bagi orang yang baru berkomputer. Agar pengguna komputer tak grogi, disediakan video pengajaran yang cukup detail?tapi buat orang yang biasa memakai komputer akan terasa aneh. Misalnya, ada tayangan bagaimana cara meletakkan tangan di tetikus, jari mana yang harus menekan klik. Semua pelajaran dasar berkomputer ada di sini.

Peranti ini adalah program komputer yang cukup fasih berbahasa Indonesia. Tombol, instruksi, semua sudah disalin dalam bahasa Indonesia. Misalnya tombol "Start" diganti dengan kata "Mulai". Ikon "My Documents" menjadi "Dokumenku ". Wadah naskah yang sudah dihapus, yakni "Recycle Bin", namanya juga diganti menjadi "Tampungan Daur Ulang". Sungguh program yang lumayan menarik.

Penggunaan bahasa Indonesia juga ditawarkan dalam Microsoft Office versi Indonesia. Semua perintah di bundel aplikasi ini, mulai dari pengolah dokumen Microsoft Word, pengolah buku kerja Excel, Access, hingga pengolah naskah presentasi Power Point, semua sudah diindonesiakan. Perintah "Save", misalnya, diganti dengan "Amankan", "Copy" menjadi "Salin", dan "Paste" menjadi "Tempel".

"Ini agar orang awam tak takut belajar komputer," ujar Tony Chen. Tukang ojek, kepala desa, petani, menurut Tony, akan mudah belajar dengan peranti ini. "Awalnya saya grogi. Tapi ternyata tak sulit karena tak perlu paham bahasa Inggris," ujar Rasmun, tukang ojek yang biasa mangkal di Bantar Gebang, Bekasi, yang baru belajar komputer.

Peluncuran Windows dan Microsoft Office rasa Indonesia ini juga disambut gembira pedagang komputer. Sutiono Gunadi, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia, berharap peranti ini akan membuat komputer lebih memasyarakat di Indonesia. "Saat ini cuma dua persen rakyat Indonesia (sekitar 4 juta orang) yang melek komputer," katanya. Padahal, menurut amanat Persatuan Bangsa-Bangsa, agar keterbukaan informasi tercipta, pada 2015 harus ada 50 juta orang yang bisa berkomputer. "Itu upaya yang berat," kata Sutiono menambahkan. Dibandingkan dengan tetangga seperti Singapura dan Malaysia, Indonesia kalah telak. Di Singapura, 60-70 persen penduduknya bukan hanya lihai berkomputer, tapi sudah terhubung ke Internet.

Demi tujuan itulah, Microsoft pekan lalu menggandeng para produsen komputer lokal untuk merakit 1.000 komputer dengan peranti berbahasa Indonesia. Komputer ini diharapkan bisa murah lantaran memang tidak memakai komponen yang canggih. Kualitas prosesornya cuma kelas dua, seperti Pentium Celeron atau AMD Duron. Perakitnya bukan karyawan profesional, tapi sekitar seribu remaja yang ikut kursus singkat merakit komputer.

Komputer inilah yang bakal dilempar ke pasar pengguna pemula, seperti Dharma, Linda, atau Rasmun. Banderol harga komputer itu sekitar Rp 3 juta. "Ini memang dirancang untuk pemula. Mereka pasti belum perlu yang canggih," ujar Tony.

Dengan dua senjata andalan, yakni harga miring serta komputer yang bernotasi bahasa Indonesia, Tony berharap jumlah pengguna komputer Indonesia bisa melonjak. Persis dengan demam komputer di Desa Pawenang, Sukabumi.

Burhan Sholihin, Deden Abdul Aziz (Sukabumi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus