Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBUAH gambar aktris Amerika dengan pose lher terpampang pada portal Yahoo!. Tak cuma satu, tapi dengan berbagai pose dan "selera". Untuk mendapatkan video esek-esek yang mengundang syahwat itu, pengunjung tinggal mengeklik dan mengisi formulir yang didesain secara seronok. Soal pembayaran, tak perlu repot-repot. Berbagai kartu kredit, seperti Dinners, Visa, dan American Express, menjadi alat pembayaran yang well accepted. Itulah "ide brilian" dari Yahoo! Inc., portal terpopuler yang tiap hari diakses jutaan pengunjung internet.
Namun, rencana diversifikasi bisnis video porno yang dilakukan Yahoo! mendapat ganjalan. Banyak pengguna Yahoo! melayangkan protes keras. Diterpa reaksi demikian, akhirnya Yahoo! membatalkan rencana terjun ke bisnis esek-esek begitu. "Kami memutuskan untuk meninggalkan bisnis berselera rendah itu," kata Tim Koogle, CEO Yahoo! Incorporation. Belakangan, posisi Tim Koogle dialihkan ke Terry S. Semel. Tak jelas apakah penggantian pimpinan Yahoo! yang efektif berlaku pada 1 Mei 2001 itu berhubungan dengan kasus video porno atau tidak.
Yang menarik, kenekatan pihak Yahoo! untuk menggeluti bisnis berselera rendah itu punya latar kisah. Rupanya, terpuruknya nasib bisnis dotcom telah membuat para petinggi Yahoo! agak kalap. Tilik saja harga sahamnya di lantai bursa NASDAQ (lihat Grafik Harga Saham Yahoo! ). Selama setahun terakhir, saham Yahoo! seperti sedang terjun bebas tanpa parasut. Kini, saham perusahaan penyedia jasa program pencari, komunikasi internet, dan e-commerce itu diperdagangkan pada kisaran US$ 19 per lembar. Padahal, pada awal 2000, saham Yahoo! mencapai harga US$ 240 per lembar!
Hatta, untuk mengatasi memburuknya keuangan dan kinerja perusahaan, pihak Yahoo! Inc. tak tinggal diam. Berbagai produk terbaru yang cukup inovatif diluncurkan. Produk seperti Yahoo! Broadcast, Yahoo! Travel, yang bisa diakses secara nirkabel, Yahoo! Experts, yang mampu menjawab pertanyaan berbagai topik khusus, ataupun Yahoo! Real Time Quotes, yang mampu mengakses harga-harga saham dan untuk melakukan on-line trading, menjadi pelengkap yang menarik.
Tak hanya itu. Untuk membangun jaringan dan memperbesar volume usaha, Yahoo! mengakuisisi berbagai perusahaan sejenis. Pada Agustus 2000, contohnya, Yahoo! mengucurkan dana US$ 25 juta untuk membeli eGroups Inc., provider komunikasi e-mail group terkemuka.
Sayang, meski telah melakukan inovasi habis-habisan, perusahaan yang didirikan oleh David Filo dan Jerry Yang itu tak kuasa melawan tekanan kondisi force majeure yang sangat buruk. Memang, secara umum, bisnis dotcom dan telekomunikasi sedang menyusut tajam. Composite index di lantai bursa NASDAQ, Amerikatempat ribuan saham perusahaan dotcom dan perusahaan telekomunikasi diperdagangkanmengalami tekanan yang sangat kuat. Setelah pada tahun lalu sempat mencapai indeks 5.000, composite index NASDAQ kini hanya berkisar di angka 2.000. Artinya, secara umum harga saham di NASDAQ menurun sebesar 60 persen.
Penurunan skala bisnis Yahoo! tentu bukan cuma lantaran kondisi obyektif itu. Faktor persaingan bisnis berupa munculnya puluhan portal tandingan yang menawarkan berbagai fasilitas yang bervariasi, seperti Google, Infoseek, Lycos, dan FindWhat, ikut berpengaruh. Dalam soal popularitas dan portal teraktif, Yahoo! memang masih menempati urutan teratas (lihat Grafik 2). Toh, dalam beberapa segi lainnya, ternyata Yahoo! mulai kedodoran. Dalam soal jumlah website yang terindeks, misalnya, posisi Yahoo! menjadi anak bawang.
Menurut Search Engine Watch, lembaga independen yang memantau kualitas portal search engine, portal Google merupakan program pencari yang memiliki indeks terbesar, yakni mencapai 1.347 juta website. Posisi kedua dan ketiga ditempati Fast dan Alta Vista, masing-masing dengan 575 juta dan 550 juta website. Sedangkan Yahoo! hingga kini hanya mampu melakukan link dengan sekitar 200 juta website.
Walhasil, buruknya performa bisnis itu mengakibatkan Yahoo! terpaksa melakukan rasionalisasi. Pada medio April 2001, perusahaan yang berkantor pusat di California, Amerika Serikat, itu mengumumkan rencana pengurangan jumlah karyawannya sebanyak 12 persen. Itu berarti sebanyak 420 dari 3.510 orang karyawannya akan kehilangan pekerjaan.
Mungkinkah Yahoo! Inc. bisa segar kembali? "Harus ada terobosan spektakuler dari petinggi Yahoo!," kata John Denim, analis perusahaan dotcom di Amerika.
Setiyardi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo