Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1 color=brown>Bisnis internet</font><br />Gurihnya Berdagang di Dunia Maya

Sinergi Rakuten-Global Mediacom meramaikan bisnis lewat Internet di Indonesia.

6 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sembari tersenyum lebar, Hary Tanoesoedibjo, pemilik Media Nusantara Citra (MNC) Group, berjabat tangan de-ngan Hiroshi Mikitani, pemilik Rakuten Jepang. Di panggung Ballroom Hotel Grand Hyatt Jakarta, Rabu siang pekan lalu, keduanya berbincang sejenak. Mereka kemudian bersama-sama menekan layar i Pad yang disodorkan seorang gadis berbaju merah. Sedetik kemudian gemuruh musik terdengar mengiringi munculnya logo Rakuten, huruf ”R” di tengah lingkaran merah, pada sebuah layar raksasa.

Momen ini menandai terjunnya Media Nusantara Citra Group dalam perniagaan lewat Internet. Tak tanggung-tanggung, Hary menggandeng jaringan mal online Rakuten-Ichiba milik Mikitani. Konglomerasi bisnis e-commerce asal Jepang ini sudah memiliki beberapa cabang di Asia, Eropa, dan Amerika (lihat “Toko Surgawi Rajin Berekspansi”).

Dengan bendera Rakuten Belanja Online atau RBO, pendiri Bhakti Investama itu sesumbar perusahaan anyarnya bakal merajai bisnis e-commerce di Indonesia. “Kami bisa menjadi nomor satu,” ujarnya. Mikitani mengaku klop dengan Media Nusantara Citra Group lantaran perusahaan itu menguasai banyak media. Setelah bersinergi dengan jejaring televisi dan situs berita milik Grup MNC, upaya penetrasi pasar tentu lebih lancar. “Ini memang perkawinan sempurna,” ujarnya.

KONGSI bisnis Hary dan Mikitani dijajaki sejak pertengahan 2009. Ketika itu Rakuten gagal bermitra dengan sebuah badan usaha milik negara. Batal menggandeng perusahaan pelat merah, Rakuten melirik perusahaan milik MNC Group. Tatkala meneliti beberapa perusahaan online milik Hary, di antaranya situs berita okezone.com, perwakilan Rakuten bertemu dengan Reino Barack, Manajer Business Development PT Global Mediacom, induk usaha Media Nusantara Citra. “Kebetulan saya berdarah Jepang, jadi komunikasi lebih lancar,” katanya. Reino tak lain putra Rosano Barack, mitra Hary Tanoe—juga mitra Bambang Trihatmodjo anak bekas presiden Soeharto—di Global Mediacom (dulu bernama Bimantara Citra).

Penjajakan ini berlanjut hingga akhirnya Reino bertemu dengan Mikitani di Singapura pada akhir 2009, dalam konferensi forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Merasa klop, keduanya sepakat mendirikan RBO pada Mei 2010, dengan nilai investasi Rp 60 miliar. “Rakuten memegang 51 persen saham dan kami sisanya,” ujar Reino.

Sepanjang tiga bulan lalu, RBO melakukan uji coba. Saat beroperasi dalam versi beta itu, dalam sehari angka kunjungan mencapai 6.000 orang. Rata-rata sehari terjadi 50 transaksi dengan nilai Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta. “Perangkat elektronik dan fashion paling banyak terjual,” ujar Reino.

Saat ini RBO sudah menampung 60 pedagang online. Beberapa di antaranya perusahaan ternama seperti Electronic Solution, toko buku Kinokuniya, dan pusat perbelanjaan Sarinah. “Tahun ini kami menargetkan bisa menggaet 200 pedagang,” kata Ryota Inaba, Presiden Direktur RBO.

Aksi korporasi Global Mediacom ini pun menambah panjang daftar perusahaan besar yang tergiur manisnya perniagaan di Internet. Sebelumnya produsen rokok Djarum melalui perusahaan terafiliasinya, Gobal Digital Prima, menanam modal di situs komunitas online kaskus.us.

Perusahaan milik negara juga tak ketinggalan mencoba peruntungan. Sebut saja PT Telkom, yang mendirikan plasa.com dan PT Pos dengan plazapos.com. Bahkan, setelah menjadi pengisi lapak RBO, pusat perbelanjaan Sarinah pun bakal membuat situs niaga sendiri. “Kami tengah menyiapkan situs e-commerce bekerja sama dengan PT Pos,” kata Direktur Utama Sarinah, Jimmy Rifai Gani.

Alasan terjun ke bisnis ini cukup masuk akal. Transaksi melalui Internet relatif murah ketimbang toko biasa lantaran tak memerlukan lokasi usaha dan irit tenaga kerja. Potensi pertumbuhannya di Indonesia cukup besar mengingat angka pengguna Internet mencapai 45 juta orang. “Apalagi lebih dari separuhnya berusia muda. Ini pasar yang amat potensial,” kata David Wayne Ika, chief executive officer perusahaan inkubator bisnis dunia maya, Merah Putih Inc.

Tokobagus.com salah satu contoh sukses bisnis lewat Internet. Situs iklan gratis yang didirikan di Bali enam tahun lalu ini punya 700 ribu anggota aktif. Dalam sehari, angka kunjungan mencapai empat juta orang, dan jumlah iklan yang terpasang mencapai 10 ribu. Dalam survei pada Desember tahun lalu, tercatat transaksi dalam sebulan mencapai Rp 300 miliar. “Ini di luar transaksi mobil dan properti,” ujar Ichwan Sitorus, staf komunikasi pemasaran tokobagus.com.

Agar bisa bersaing, pelaku bisnis e-commerce dituntut bisa menyediakan layanan mapan, mulai sisi pembayaran hingga pengiriman barang. Inovasi juga wajib hukumnya agar bisa bertahan. “Kami mencoba menawarkan akses lewat peranti BlackBerry,” kata Ichwan. Persaingan ketat memang menjadi konsekuensi gurihnya bisnis Internet. Hanya yang kuat dan kreatif memanjakan konsumen yang bisa bertahan lama.

Fery Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus