Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Nasabah Wanaartha Meninggal Usai Sidang, Diduga Serangan Jantung

Nasabah Wanaartha Life (dalam likuidasi), Deddy Agustono Djaya, meninggal usai sidang class action pada Selasa kemarin. Dia diduga terkena serangan jantung karena emosi.

21 Desember 2023 | 13.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wanaartha Life. Facebook

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Nasabah Wanaartha Life (dalam likuidasi), Deddy Agustono Djaya, meninggal usai sidang gugatan perwakilan kelompok alias class action pada Selasa, 19 Desember 2023 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pria berumur 47 tahun itu diduga terkena serangan jantung karena emosi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Almarhum Deddy adalah suami yang membelikan polis untuk istri," kata Ketua Aliansi Korban Wanaartha Life, Johanes Buntoro, kepada Tempo, Kamis, 21 Desember 2023. "Beliau telah berjuang bersama para korban sejak 2020."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Johanes menjelaskan, Deddy meninggal saat menghadiri sidang class action dengan nomor perkara 609/Pdt.G/2023/PN Jkt.Pst. Dilansir dari laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), pihak tergugat adalah Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kejaksaan RI, dan Wanaartha Life.

Nasabah Wanaartha lain yang hadir dalam sidang kemarin, Francisca Fistanio, mengatakan pengadilan telah memanggil Wanaartha sebanyak lima kali tapi tidak hadir. Baru pada panggilan keenam, Wanaartha hadir dengan diwakili oleh Tim Likuidasi Wanaartha.

"Tim likuidasi itu mendapatkan kuasa dari owner untuk menghadiri sidang, kenapa nggak dari awal? Kami jadi curiga kan," ujar Sisca, sapaannya, saat dihubungi Tempo, hari ini.

Sisca menjelaskan, Ketua Tim Likuidasi Wanaartha, Harvardy M. Iqbal, sempat menghadiri sidang pada 5 Desember lalu. Namun kali ini, Harvardy diwakili tiga orang.

"Kami nanya, 'mana surat tugas kalian?'. Dia enggak bisa nunjukin," tutur Sisca. "Mereka ngeyel, jadi malah memicu kemarahan kami, terjadilah baku hantam di dalam ruang sidang itu sampai berantakan kursinya."

Setelah dilerai kepolisian, kata dia, tiga orang perwakilan tim likuidasi keluar lewat jalan yang berbeda. Dua orang melalui pintu utama dan satu orang lainnya lewat pintu samping. Anggota tim likuidasi yang lewat parkiran lalu dihampiri para nasabah Wanaartha, di antaranya almarhum Deddy dan nasabah lain bernama Joni. 

Selanjutnya: "Rupanya mereka itu sempat dorong-dorongan...."

"Rupanya mereka itu sempat dorong-dorongan yang kayak dia (anggota tim likuidasi) teriak-teriak. Pak Joni marah banget karena dia kan masih muda, sedangkan Pak Joni sudah lanjut usia," ucap Siska.

Kemudian, Deddy tiba-tiba jatuh, kejang-kejang, dan mulutnya berbusa. "Kata-kata terakhir, dia kan sempet ngomong sama si tim likuidasi 'kamu enggak boleh begitu!'," ujar Siska.

Sisca menjelaskan, Deddy bermaksud menanyakan kenapa tim likuidasi baru hadir usai dipanggil lima kali. "Dia nanya begitu, terus dia emosi banget makanya tangannya mengepal berusaha enggak memukul orang," tutur Sisca.

Sisca dan nasabah lain lantas membawa Deddy ke Rumah Sakit Husada. Namun, dokter menyatakan Deddy sudah meninggal sesampainya di sana.

Dokter tak bisa menjelaskan penyebab kematian Deddy karena tidak terjadi kecelakaan. Almarhum juga tak memiliki riwayat penyakit. 

"Tapi menurut logika umum teman-teman, sepertinya sih jantung kalau mendadak," ucap Siska.

Dugaan tersebut juga diungkapkan pemegang polis Wanaartha lainnya Christian. "Mungkin Pak Deddy sudah terlalu emosi hingga jantungan, jatuh terduduk, dan kaku," ujar dia kemarin.

Amelia Rahima Sari

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus