Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

2019, Defisit BPJS Kesehatan Diestimasikan Capai Rp 28,5 Triliun

Direktur Keuangan BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso mengatakan defisit keuangandiestimasikan mencapai Rp 28,5 triliun pada tahun ini.

21 Agustus 2019 | 22.01 WIB

Logo BPJS Kesehatan.  bpjs-kesehatan.go.id
Perbesar
Logo BPJS Kesehatan. bpjs-kesehatan.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso mengatakan defisit keuangan yang ditanggung lembaganya diestimasikan mencapai Rp 28,5 triliun pada tahun ini.

"Estimasi kita pada current running seperti ini RP 28,5 triliun, ini carried dari tahun lalu Rp 9,1 triliun plus tahun ini Rp 19 triliun," ujar Kemal di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019.

Kemal mengatakan salah satu penyebab defisit itu adalah perkara iuran. Di samping besarannya yang disarankan naik, kolektabilitas dari iuran tercatat belum maksimal. "Ada hal lain yang harus kami perbaiki seperti efisiensi, kontrol manajemen risiko, semuanya."

Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, defisit BPJS Kesehatan terus melebar sejak 2014 lalu. Kendati, pemerintah juga terus memberi bantuan keuangan kepada lembaga jaminan sosial kesehatan tersebut,

Pada 2014, defisit itu tercatat Rp 1,9 triliun dan belum ada bantuan pemerintah yang digelontorkan. Angka tersebut melebar menjadi Rp 9,4 triliun pada 2015. Dengan adanya injeksi pemerintah RP 5 triliun, defisit itu berkurang menjadi Rp 4,4 triliun.

Berikutnya, pada 2016 defisit BPJS Kesehatan tercatat Rp 6,7 triliun. Namun, dengan bantuan pemerintah Rp 6,8 triliun, angkanya pun surplus menjadi Rp 100 miliar. Setahun kemudian, angka itu lubang defisit kembali menganga ke angka Rp 13,8 trliun. Suntikan dana pemerintah Rp 3,6 triliun berhasil memangkas defisit menjadi Rp 10,2 triliun.

Tak kunjung sehat, defisit di 2018 kian melebar dengan mencapai Rp 19,4 triliun. Meski telah diberi dana pemerintah Rp 10,3 triliun, defisit tetap ada di angka RP 9,1 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada sejumlah akar masalah defisit BPJS Kesehatan, antara lain struktur iuran yang masih underpriced atau di bawah perhitungan aktuaria. Di samping itu, banyak peserta mandiri yang mendaftar pada saat sakit dan saat mendapat layanan kesehatan berhenti mengiur BPJS Kesehatan.

Di samping itu, tingkat keaktifan peserta mandiri BPJS Kesehatan masih cukup rendah, yaitu hanya sekitar 54 persen. Padahal, tingkat utilisasinya tergolong sangat tinggi. Ia juga mengatakan beban pembiayaan penyakit katastropik masih sangat besar, yaitu 20 persen dari total biaya manfaat.

 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus