Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Surabaya - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memproyeksikan realisasi investasi mencapai Rp 886 triliun pada tahun 2020 mendatang. Artinya, diharapkan pertumbuhan investasi rata-rata bisa m sebesar 11,7 persen per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan BKPM, Nurul Ichwan mengatakan, target tahun depan lebih tinggi dari target 2019 yang mencapai Rp 792 triliun. "Sampai kuartal III/2019, realisasi investasi kita sudah mencapai 75,9 persen atau sekitar Rp 601,3 triliun," kata dia di Surabaya, Senin 23 Desember 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Realisasi investasi 2019 itu terdiri dari PMDN 52,9 persen dan PMA 47,1 persen. Kami optimistis di kuartal terakhir tahun ini bisa merealisasikan target 2019," ujarnya Nurul.
Nurul mengatakan meski kondisi ekonomi kurang mendukung, potensi investasi di Indonesia masih sangat besar. Bahkan tahun ini saja masih banyak investasi yang belum terfasilitasi akibat berbagai hambatan usaha dengan potensi sekitar Rp 708 triliun.
"Identifikasi potensi investasi dari yang sudah mendaftar itu sekitar Rp 708 triliun, tapi mereka masih terhambat. Ada 4 megaproyek yang 90 persen sudah pasti masuk dan BKPM sudah bantu fasilitasi," katanya.
Dia menjelaskan, hambatan investasi yang masih dialami para pelaku usaha baik asing maupun lokal ini di antaranya seperti permintaan fasilitas dan insentif tax holiday, dan masalah lahan.
"Ada masalah lahan yang tumpang tindih karena lahan yang sudah dibeli ternyata milik perusahaan lain. Masalah-masalah seperti ini yang membuat potensi investasi tadi tidak bisa terserap optimal," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, sudah ada 20 perusahaan skala besar baik PMA maupun PMDN yang sudah melakukan izin prinsip dan diharapkan bisa tergarap tahun depan. Dari potensi Rp708 triliun tersebut, kebanyakan mengincar investasi di wilayah Banten, Kepulauan Riau, dan sejumlah daerah di luar Jawa.
Diharapkan dengan momentum dibangunnya ibu kota baru di Kalimantan pun dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi baru di wilayah timur seperti Sulawesi, Maluku dan Papua. "Yang paling akan didorong adalah investasi di Papua karena pemerintah ingin menunjukkan bahwa infrastruktur yang sudah dibangun di sana harus bisa menunjukkan hasil terhadap sektor industri, pertambangan dan perkebunan," imbuh Nurul.
BISNIS