Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, tepat 74 tahun yang lalu, pada 26 Januari 1949, Garuda Indonesia berdiri sebagai perusahaan penerbangan nasional. Berawal dari Indonesian Airways, perusahaan ini telah melalui perjalanan yang panjang dan berkembang menjadi maskapai yang kuat dan terkemuka di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari situs resmi Garuda Indonesia, Indonesian Airways lahir atas inisiatif Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Perjalanan panjang menuju berdirinya Garuda Indonesian Airways (GIA), yang kini dikenal sebagai Garuda Indonesia, dimulai dari momen tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kilas Balik Awal Perjalanan
Penerbangan sipil Indonesia pertama kali terealisasi pada 26 Januari 1949, saat Angkatan Udara Republik Indonesia menyewakan pesawat dengan nama "Indonesian Airways" kepada pemerintah Burma atau yang sekarang disebut Myanmar.
Namun, peran Indonesian Airways hanya berlangsung sementara dan berakhir setelah disepakatinya Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun yang sama. Awak dan pesawatnya baru bisa kembali ke Indonesia pada 1950, setelah peristiwa KMB.
Lebih lanjut, perjanjian KMB pada 1949 mewajibkan Belanda menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda kepada Republik Indonesia Serikat (RIS), termasuk maskapai KLM-IIB Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Inter-Insulair Bedrijf). KLM-IIB adalah perusahaan anak yang berasal dari KLM setelah mengakuisisi maskapai swasta K.N.I.L.M (Koninklijke Nederlandshindische Luchtvaart Maatschappij) yang telah beroperasi sejak 1928 di wilayah Hindia Belanda.
Melalui perundingan lanjutan, akhirnya pada 21 Desember 1949, Presiden Soekarno memilih nama "Garuda Indonesian Airways" (GIA) sebagai maskapai nasional Indonesia. Proses peralihan kepemilikan juga melibatkan KLM, yang bersedia menempatkan sementara stafnya untuk melatih staf udara Indonesia. Dr. E. Konijneburg kemudian dipilih menjadi Direktur Utama pertama GIA, dan armada pertamanya adalah peninggalan KLM-IIB.
Penerbangan Perdana dan Perkembangan GIA
Pada 28 Desember 1949, sehari setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, dua pesawat Dakota (DC-3) milik GIA berangkat dari bandar udara Kemayoran, Jakarta, menuju Yogyakarta untuk menjemput Soekarno.
Peristiwa ini menandai perpindahan Ibukota RI ke Jakarta. GIA terus berkembang, menjadi perusahaan negara pada 1950, dan mengoperasikan armada dengan sebanyak 38 pesawat, termasuk DC-3, Catalina kapal terbang, dan Convair 240.
Penerbangan perdana ke Mekah dilakukan pada 1956, sementara pada 1965, Garuda melakoni penerbangan perdana ke Eropa dengan Amsterdam sebagai tujuan terakhir.
Garuda Indonesia Masa Kini
Dalam 74 tahun perjalanan, Garuda Indonesia telah menjadi kebanggaan bangsa. Saat ini, Garuda melayani lebih dari 60 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Garuda Indonesia Group, dengan 210 armada pesawatnya, terus berinovasi dan berkembang.
Sepanjang tahun 2020, prestasi Garuda Indonesia mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, termasuk meraih peringkat 5-Star On Time Perfomance Rating 2020 dari OAG Flightview yang merupakan Lembaga pemeringkatan On Time Perfomance Independent yang berkedudukan di Inggris.
Selain itu, Garuda Indonesia juga meraih “The Best Airline in Indonesia” selama 4 tahun berturut-turut sejak 2017-2020; “Major Airlines-Traveler’s Choice Major Airline Asia” selama 3 tahun berturut-turut sejak 2018-2020 dari TripAdvisor 2020 Traveler’s Choice Airlines Awards serta berhasil dinobatkan menjadi salah satu maskapai penerbangan dengan penerapan protokol kesehatan terbaik di dunia versi “Safe Travel Barometer”.