"KITA telah menyeberangi gunung yang besar itu, tapi masih ada
beberapa bukit yang harus kita tempuh," kata Menlu Singapura
Rajaratnam dalam konperensi pers seusai sidang. Basa-basi
Rajaratnam itu menggambarkan kegagalan perundingan penerbangan
sipil internasional (ICAP) Asean-Australia yang berlangsung di
Hotel Borobudur, Jakarta, selama 2 hari pekan lalu.
Bulan lalu, Australia mulai memperlakukan tarip penerbangan
murah lintas Australia-Eropa, yang pertama antara Sydney-London.
Tujuannya meningkatkan jumlah penumpang antara kedua benua itu.
Tarip Australia-lnggeris misalnya, pada musim sepi (off peak
season) adalah A$ 568 atau US$ 636 untuk bolak-balik. Tarip ini
lebih tinggi di musim ramai. Yang mencemaskan Asean adalah
adanya ketentuan begini: penumpang yang mau mampir ke suatu
negara, misalnya Singapura, diharuskan membayar bea singgah
tambahan sekitar A$ 300 sampai A$ 400 tergantung musimnya.
Dengan kata lain, para penumpang dijauhkan dari keinginan mampir
ke negara lain dalam perjalanan ini. Yang mungkin terpukul
paling parah adalah Singapura yang kehilangan banyak turis dan
juga Singapore Airlines (SIA) yang kehilangan banyak penumpang
-- karena jelas penumpang Australia dan Eropa akan lebih
menyukai tarip murah ini.
Tarip penerbangan murah itu ternyata mencapai sasarannya. Arus
wisatawan ke Australia dari Eropa naik. Komisi Kepariwisataan
Australia meramaikan peningkatan rata-rata antara 15% per tahun
antara 1979 -- 1982 dan jumlah wisatawan asing pada 1983
diperkirakan akan mencapai 1 juta. Qantas, perusahaan
penerbangan Australia, malahan memperkirakan kenaikan penumpang
sebesar 20% pada tahun pertama tarip rendah ICAP.
"Tarip terendah Sydney-London kini hanya sekitar 2« minggu
gaji," kata Brett Martin dari Kedubes Australia. Untuk
perbandingan, tarip ini pada 1971 adalah sekitar 8« minggu gaji
rata-rata buruh Australia. Jelas tarip serendah ini akan
mendorong buruh menabung untuk bisa melancong ke Eropa.
Sekaligus juga merangsang arus wisatawan Eropa ke Australia.
Nixon Dan Paketnya
Kebijaksanaan tarip murah itu juga mengesampingkan kemungkinan
perusahaan penerbangan negara ketiga untuk memperlakukan tarip
rendah pada jalur yang sama. Singapura marah. Singapura antara
lain menuntut agar tarip persinggahan ini hanya 10% dari tarip
pener bangan, yang berarti lebih rendah dari A$75, yang
sebelumnya diperlakukan pada skema penerbangan lama. Bagaimana
dengan Indonesia? "Kita memang punya kepentingan, tapi tidak
besar," kata Dirjen Perhubungan Udara Kardono pada TEMPO sebelum
sidang. Artinya Indonesia tidak terlalu dirugikan. Tapi menurut
Sim Kee Roon dari Kementerian Perhubungan Singapura: "Sebenarnya
yang dirugikan bukan hanya Singapura, tapi seluruh negara
Asean."
Dengan kata lain, Singapura kali ini perlu dideking solidaritas
Asean. Maka keberatan Asean pun dinyatakan dalam sikap bersama
sejak Desember tahun lalu dalam pertemuan para Menteri Ekonomi
Asean Sikap ini kemudian disampaikan secara resmi oleh Ketua
Panitia Tetap Asean Menlu Mochtar Kusumaatmadja pada Menlu
Australia Andrew Peacock. Pendekatan ini ternyata gagal hingga
dirasa perlu mengadakan konperensi di Jakarta pekan lalu.
Bahwa kedua pihak menganggap penting konperensi ini bisa dilihat
dari kuatnya delegasi masing-masing negara. Australia datang
dengan 40 anggota delegasi termasuk Menlu Peacock dan Menteri
Perhubungan Peter J. Nixon. Waktu tiba, Nixon mengatakan ia
datang dengan suatu "paket" yang dianggapnya bisa memecahkan
pertentangan Asean-Australia itu. Tapi sampai berakhirnya
konperensi, paket itu ternyata tidak muncul. "Saya tidak mau
bicara soal paket itu," kata Nixon jengkel waktu pers
menanyakannya seusai konperensi.
Asean menghendaki 3 masalah dibicarakan secara keseluruhan dalam
konperensi: Partisipasi perusahaan penerbangan Asean dalam
sistim tarip murah Australia-Eropa, tarip persinggahan penumpang
dalam lintas tadi, dan tarip khusus penerbangan Australia-Asean.
Asean ingin agar konperensi bisa memutuskan sesuatu yang
bersifat garis pokok, sedang pembicaraan teknis nanti bisa
ditangani pejabat tinggi atau ahli penerbangan .
Walaupun sidang tingkat pejabat tinggi pernah dilangsungkan
sampai jam 03.00 dinihari, pembicaraan tak berbuah. Australia
keras menolak 2 tuntutan Asean dan hanya menyetujui tarip khusus
Australia-Ascan.
Tidak Masuk Akal
Hasil konperensi: kedua pihak sepakat untuk mengadakan
pengkajian lebih lanjut mengenai partisipasi perusahaan
penerbangan Asean pada skema tarip rendah penerbangan
Australia-Eropa.
Tentang tarip persinggahan, para menteri sepakat untuk menggarap
lebih lanut berapa tingkat tarip yang pantas. Para menteri
menunjuk pejabat tingginya untuk menggarap dan melaporkannya
dalam waktu sebulan. Pertemuan tingkat pejabat tinggi dan ahli
penerbangan ini direncanakan akan berlangsung di Singapura, 2
minggu sesudah pertemuan Jakarta.
Masalah ini, seperti diakui Menlu Mochtar waktu membuka
konperensi, bisa mengganggu hubungan AseanAustralia. Tapi Asean
jelas tidak ingin menyelesaikannya secara konfrontatif. Siapa
yang menang dalam konperensi itu? "Setengah untuk Asean dan
setengah untuk Australia," kata Rajaratnam bergurau. "Dan akal
sehat tidak mendapat kemenangan," tambah Wakil PM/Menteri
Perdagangan dan Industri Malaysia Mahathir bin Muhammad yang
disambut ketawa wartawan.
Pekan lalu Sekretaris Umum Seknas Asean Indonesia Umarjadi
Nyotowijono mengomentari berita BBC bahwa Singapura telah
mengadakan perjanjian rahasia dengan Australia tentang masalah
ICAP ini sebagai "tidak masuk akal." Asean menurut dia harus
tetap kompak. Walaupun mungkin hanya satu negara anggota saja
yang rugi, tapi menjadi kewajiban Asean untuk membelanya. Ia
menunjuk soal sengketa karet alam Asean dengan Jepang. Yang
terkena langsung Indonesia, Malaysia dan Muangthai, tapi
Singapura dan Pilipina juga solider ikut memperjuangkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini